PANDEMI COVID-19

MPR Khawatir Bangsa Ini Bisa Kehilangan Satu Generasi

Nasional | Jumat, 26 Juni 2020 - 06:39 WIB

MPR Khawatir Bangsa Ini Bisa Kehilangan Satu Generasi
Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid dalam suatu acara diskusi dengan tema Covid-19 di Tengah Masa Kenormalan Baru mengatakan, maju atau tidaknya suatu bangsa ditentukan oleh sumber daya manusia-nya. (DOK MPR RI)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid dalam suatu acara diskusi dengan tema Covid-19 di Tengah Masa Kenormalan Baru mengatakan, maju atau tidaknya suatu bangsa ditentukan oleh sumber daya manusia (SDM)-nya.

"Ilmu dapat mengangkat derajad hidup seseorang," tutur politisi PKB itu menegaskan arti penting akan pendidikan dan kewajiban untuk meraihnya.


Pria yang disapa Gus Jazil itu juga menuturkan, mencari ilmu merupakan suatu tuntunan hidup yang wajib ditempuh dari ayunan hingga liang lahat. "Dengan ilmu itulah seseorang bisa sukses hidupnya," ujarnya.

Dalam masa pandemi Covid-19, pria yang akrab dipanggil Gus Jazil itu mengakui dunia pendidikan di Indonesia dan di banyak negara lain yang juga terdampak pandemi Covid-19 terganggu. Akibat adanya larangan berkerumun membuat sekolah ditutup. Sebagai gantinya proses pendidikan dilakukan degan cara jarak jauh, seperti lewat online.

Untuk itu Koordinator Nasional Nusantara Mengaji kembali menegaskan, agar pemerintah tanggap memberi pelayanan publik dalam masa new normal. Karena salah satu yang harus diperhatikan pemerintah dalam dunia pendidikan di masa new normal adalah memberikan layanan penyediaan internet.

"Kita butuh jaringan komunikasi yang bagus," tuturnya.

Karena menurutnya, dengan jaringan yang bagus dan ketersediaan internet, maka proses pendidikan akan tetap berlangsung. Dirinya sedih ketika proses pendidikan selama masa PSBB, stay at home, work from home, terganggu.

"Bila demikian terus berlanjut bukan tidak mungkin akan menyebabkan hilangnya satu generasi. Sebab, anak-anak selama masa pandemi Covid-19 jadi kekurangan asupan pendidikan," ujarnya.

Ia juga berharap kepada pemerintah agar memperhatkan dunia pendidikan seperti pemerintah juga memperhatikan dunia usaha. Diakui sekarang kebutuhan internet merupakan kebutuhan primer.

"Dulu kebutuhan primer sandang, pangan, dan papan, sekarang ditambah dengan kebutuhan internet," tegasnya.

Menurut Gus Jazil, yang terdampak dari pandemi Covid-19 tidak hanya dunia pendidikan umum. Pesantren pun juga terkena dampak yang sama. Oleh sebab itu, dirinya meminta kepada pemerintah juga memperhatikan pendidikan pesantren.

Dia mengajak semua untuk mengambil hikmah dari wabah Covid-19 yang melanda sejak awal tahun 2020. Dengan adanya wabah membuat manusia dituntut untuk hidup bersih.

"Bersih badan dan lingkungan," paparnya.

Untuk mengatasi Covid-19, di saat vaksin belum ditemukan, Jazilul Fawaid meminta semua untuk waspada. Diharapkan semua mematuhi aturan protokol kesehatan yang diberlakukan. Dicontohkan, aktivitas di Komplek Parlement sudah menerapkan protokol kesehatan.

"Namun yang sifatnya kerumunan masih kita hindari. Meski hidup dalam masa pandemi, kita jangan kehilangan produktifitas," ucapnya.

Paling penting dalam masa pandemi Covid-19 menurut Jazilul Fawaid adalah penanganannya. "Jangan sekadar membuat konferensi press tentang perkembangan jumlah orang tertular," ucapnya.

Untuk menyatakan daerah itu masuk zona merah atau hijau, ia mengusulkan wilayah yang diukur adalah luasan kecamatan. Kalau wilayah yang diukur kabupaten akan merugikan masyarakat. "Dengan demikian tidak semuanya ditutup," ungkapnya.

Hal demikian, kata Gus Jazil, diusulkan sebab ada banyak juga wilayah-wilayah kecamatan yang berada pada zona hijau. Karena itu, jika perang melawan Covid-19 ini dilakukan dengan kebersamaan dan saling bantu, maka kemenangan sudah dekat.

"Dalam masa new normal kita melakukan aktivitas seperlunya, sepentingnya, saja dengan menerapkan protokol kesehatan," paparnya.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook