Aksi Mahasiswa untuk Ketuk Hati DPR dan Pemerintah

Nasional | Rabu, 25 September 2019 - 22:45 WIB

Aksi Mahasiswa untuk Ketuk Hati DPR dan Pemerintah
Naufal Nabil Siregar, mahasiwa Universitas Pertamina, salah satu korban luka yang diperbolehkan pulang. (RIESKA VIRDHANI/JAWAPOS.COM)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Salah satu mahasiswa korban luka akibat kericuhan demonstrasi di Gedung DPR, Naufal Nabil Siregar (19), sudah diperbolehkan pulang setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP). Mahasiswa Universitas Pertamina jurusan teknik sipil semester 3 itu, mengalami dua luka lebam di area kanan wajahnya, yakni dekat pelipis dan dekat sudut bibir.

Kepada JawaPos.com, Rabu (25/9), Naufal mengaku datang ke RSPP lagi untuk melakukan kontrol atas luka yang dideritanya. Akibat luka itu, dia harus menerima dua jahitan.


"Saya datang lagi karena untuk cek saja ke dokter. Katanya disuruh rujuk ke dokter spesialis bedah saraf," tutur Naufal.

Kronologinya, kata dia, semula mahasiswa unjuk rasa dengan damai tanpa anarkis. Namun, diduga ada provokator yang menyusup. Tiba-tiba pagar gedung DPR dirobohkan dan dia terkena serangan dari arah kanan.

"Saya tidak melihat pasti luka saya siapa yang memukul. Karena sudah ricuh banget. Yang pasti bukan karena sikutan pendemo lain atau pukulan. Saya juga tidak tahu," jelasnya.

Naufal berharap aksi kali ini bisa mengetuk pintu hati DPR dan pemerintah untuk mencabut semua pasal yang digulirkan. Bukan sekadar menunda atau memundurkan waktu pengesahan. Dia menegaskan, sejauh ini belum ada ajakan untuk melakukan aksi lanjutan.

"Kami kurang puas kalau hanya direvisi ya pasal-pasalnya. Harusnya dicabut. Kalau ditunda, ini berarti pemerintah dan DPR sengaja mengulur waktu. Membuat kami lelah lagi atau luka lagi atau mau bagaimana. Tuntutannya hanya soal RKUHP dan RUU KPK saja, bukan yang lain-lain," tegas Naufal.

"Kami hanya menyuarakan kebebasan aspirasi kami. Sejauh ini belum ada ajakan demo. Tapi kalaupun ada unjuk rasa lagi, saya mau istirahat dulu," tambahnya.

Sementara itu ketika dikonfirmasi ke pihak RSPP, Humas RSPP Agung W Susetyo menegaskan, pihak medis tak bisa memastikan luka yang diderita mahasiswa apakah benar karena peluru karet atau bukan. Sebab secara medis, peluru karet juga tak berbekas dan tak ada tanda forensik dan ciri-ciri lainnya.

"Nah, untuk itu kami enggak bisa memastikan ya. Karena kan peluru karet tak meninggalkan bekas atau sisa peluru di tubuh, jadi kami tidak bisa memastikan pengakuan para mahasiswa," tegas Agus.

Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook