JAKARTA(RIAUPOS.CO– Pemerintah berupaya keras melakukan penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) terus melakukan hujan buatan.
Berdasar data BPPT titik panas (hot spot) terpantau 1.352 titik api. Diyakini pada akhir September terus menurun. Dengan potensi awan yang ada, hujan buatan terjadi dan titik api menurun drastis pada akhir bulan ini.
Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian LHK Raffles B Panjaitan mengungkapkan, ada beberapa titik panas yang terpantau. Jumlahnya lebih rendah dari pada Senin lalu (23/9).
Menurutnya, hot spot yang terpantau belum pasti ada titik api. ”Ada beberapa titik kebakaran namun sudah ada tim untuk memadamkan,” katanya saat di temui di Kantor KLHK, Selasa (24/9).
Upaya untuk pemadaman dan pendinginan terus dilakukan, supaya kebakaran hutan tak meluas. Harpannya, dengan menurunnya titik panas dapat menurunkan kabut asap. Lokasi yang terbakar menurutnya tak lagi luas. Hanya satu hingga lima hektare saja. ”Hambatannya air sulit terutama di Jambi. Sehingga pakai tengki 10 ribu liter milik Manggala Agni,” ujar Raffles.
Sementara itu, untuk penegakan hukum terus berlangsung. Penegakan hukum dibantu kepolisian. Di Riau terdapat 52 kasus, Sumatera Selatan 17 kasus, dan Jambi 10 kasus.
Di Kalimantan pun demikian. Kalimantan selatan ada empat kasus, Kalimantan Tengah 57 kSus, dan Kalbar 55 kasus. ”Ada yang sudah masuk penyidikan ada juga yang sudah siap disidangkan,” tuturnya. Bahkan sanksi administratif juga telah diputus untuk 179 kasus.
Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) BPPT Tri Handoko Seto menyatakan bahwa saat ini ada empat pesawat terbang yang membantu modifikaai cuaca. Nantinya akan ditambah satu pesawat lagi. Sebab, potensi awan hujan semakin banyak. ”Hasilnya hujan merata di Kalimantan Barat. Di Kalimantan Tengah meski tak selebat Kalbar juga sudah ada hujan,” tuturnya saat ditemui di tempat yang sama.
Selain di Kalimantan, hujan juga terjadi di Sumatera. Di Riau misalnya, kerapatan hujannya mencapai 30 juta meter kubik. ”Sampai akhir bulan ini saya optimistis akan ada pengurangan titik panas dan asap yang cukup signifikan,” ujar Seto.
Hujan buatan ini menurutnya yang paling efektif memadamkan api dibanding cara lain. Namun yang menjadi hambatan adalah arah angin yang kadang tak tepat membawa awan hujan. ”Water boombing tepat ke titik api tapi air yang disiram sedikit. Sekitar 8 ton air,” katanya. Sehingga kedepan upaya pemadaman titik api karhutla akan difokuskan pada hujan buatan.
Meski hot spot diklaim menurun, serangan asap masih terus mengepung. Banyak warga yang dilaporkan bertahan di safe houses untuk berlindung. ”Masih banyak. Sekitar 50-100 orang di masing-masing safe houses,” ujar Menteri Sosial (Mensos) Agus Gumiwang ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (24/9).
Karena jumlah yang terus bertambah, pihaknya pun akhirnya memperbanyak safe houses. Dari 47 safe houses yang tersebar di lima provinsi terdampak, kini mencapai ratusan. ”Penambahan terus terjadi. Kita kerja sama dengan banyak pihak. Kemenkes, NGO, dan perusahaan-perusahaan,” katanya.
Dalam kerja sama tersebut, pihaknya memastikan layanan dasar terpenuhi. Mulai dari AC, penyaring udara, tabung oksigen, sampai tenaga medis. “Tenaga medis ini perlu, untuk assessment, apakah yang datang ini sudah terkena ISPA (infeksi saluran pernapasan atas, red) atau belum,” tegasnya. Jika positif terdeteksi, lanjut dia, maka wajib untuk langsung dirujuk ke rumah sakit. Sehingga, bisa mendapat penanganan intensif.
Koordinator Lapangan BBTMC- BPPT Posko TMC Riau Samba Wirahma menuturkan, empat kota/kabupaten di Jambi diguyur hujan mulai pukul 16.50 kemarin. Yakni, Jambi, Muaro Jambi, Batanghari, dan Sarolangun. Hujan turun dengan intensitas sedang.
Sementara itu, Kejaksaan Agung saat ini belum menurunkan tim jaksa khusus untuk menyelesaikan perkara-perkara terkait karhutla di sejumlah provinsi. Sebelumnya, Jaksa Agung M Prasetyo mendorong agar kejaksaan di daerah memberi perhatian khusus bagi penyelesaian kasus karhutla.
Riau, Kalteng, dan Sumsel adalah tiga provinsi dengan jumlah berkas perkara karhutla terbanyak. Hingga kemarin, 11 kasus sudah diputus bersalah dengan putusan berstatus inkracht. Tiga di antaranya ada di Riau dan delapan di Kalteng.
Kapuspenkum Kejagung Mukri menyatakan bahwa Kejagung terus memonitor perkembangan kasus karhutla di berbagai daerah tersebut. Soal tim penguat dari Kejagung, Mukri menjelaskan bahwa pihaknya belum menurunkan tim karena menunggu laporan tim kejaksaan daerah. “Ini masih kita konfirmasi ke daerah, jadi masih menunggu perkembangan untuk menurunkan,” jelasnya.
Sumber : Jawapos.com
Editor: Deslina