Dua WNI Tewas dan 85 Lainnya Siap Dipulangkan

Nasional | Kamis, 23 Februari 2023 - 12:11 WIB

Dua WNI Tewas dan 85 Lainnya Siap Dipulangkan
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kanan) mengunjungi korban gempa yang menerima perawatan di Fakultas Kedokteran Universitas Ankara, Rabu (22/2/2023). (AFP/KANTOR PERS KEPRESIDENAN TURKI)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Delegasi kemanusiaan Pemerintah Indonesia yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy tiba di Turki.

Tiba melalui Bandara Adana, Turki, Rabu (22/2), pukul 00.00 waktu setempat, Muhajir langsung sempatkan pimpin Salat Jenazah bagi Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban gempa.


Didampingi oleh Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, Dubes RI untuk Turki Lalu Muhamad Iqbal, serta sejumlah pejabat dari unsur TNI, Polri, dan Kementerian Kesehatan, Muhadjir memimpin Salat Jenazah bagi korban yang beragama Islam, Irma Lestari. WNI tersebut diketahui berasal dari Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Selain Irma, satu WNI lainnya yang meninggal dunia akibat gempa bumi Turki adalah Ni Wayan Supini, warga asal Bali. Kedua jenazah korban akan dipulangkan ke Tanah Air bersama dengan kepulangan rombongan delegasi kemanusiaan Indonesia.

Menurut Muhadjir, dua WNI yang meninggalkan dunia ini akibat gempa ini adalah pekerja profesional. Mereka merupakan pahlawan devisa dan pahlawan bagi keluarganya. ''Saya minta agar mereka dipulangkan dengan cara yang terhormat,'' ujarnya kepada Tim Kementerian Luar Negeri dan Polri yang bertugas mengurus proses pemulangan kedua jenazah tersebut, Rabu (22/2).

Muhadjir juga sempat menemui 85 WNI selamat dari gempa. Mereka nantinya ikut dalam rombongan kembali ke Indonesia usai misi penyerahan bantuan rampung.

Sesuai dengan misi awal, Muhadjir telah menyerahkan secara langsung bantuan kemanusiaan untuk korban gempa Turki. Bantuan diserahkan secara simbolik kepada Anggota Dewan Penasihat Kebijakan Luar Negeri Turki Murat Salim Esenli. Dia turut menyampaikan, bahwa ada perintah dari Presiden untuk berkunjung sekaligus membawa bantuan tahap ketiga korban bencana alam di Turki.

''Pertama, atas nama Pemerintah Indonesia menyampaikan salam dari Presiden Joko Widodo. Presiden menyampaikan duka yang mendalam untuk Pemerintah Turki dan seluruh rakyat Turki yang sedang mengalami musibah kebencanaan,'' ungkapnya.

Menurutnya, Pemerintah Indonesia terus memberikan dukungan dan bantuan, baik berupa personal maupun logistik. Untuk bantuan personal, sebelumnya telah memberangkatkan Tim MUSAR (Medium Urban Search and Rescue) untuk mencari dan menemukan korban. Kemudian, dikirim pula Tim EMT (Emergency Medical Team) yang menangani kedaruratan.

Sedang untuk bantuan logistik, Indonesia memberikan berbagai bantuan seberat 140 ton berupa kebutuhan-kebutuhan dasar. Antara lain berupa tenda pengungsi, tenda keluarga, tenda regu, pakaian dewasa, pakaian anak, selimut, kantong tidur, velbed, makanan siap saji, rendang sapi, matras, hygiene kits, jaket anak, jaket dewasa, genset 2KVA, dan kain kafan. Selain itu, diberikan pula bantuan uang tunai 1 juta dolar AS. ''Jumlah yang setara juga dikirim ke Suriah,'' katanya.

Mantan Mendikbud itu menambahkan, selain bantuan logistik Indonesia juga siap membantu Turki setelah masa darurat bencana berakhir. Yakni, pada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi pascagempa.

Indonesia sendiri dinilai memiliki kemampuan memadai terkait penanganan pasca gempa ini. ''Ada kemungkinan kita juga akan tetap terlibat pada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. Akan kita tularkan pengalaman kita menangani tahap-tahap rehabilitasi dan rekonstruksi di Indonesia,'' tegasnya.

Intinya, lanjut dia, Indonesia mendukung dan mendoakan agar seluruh korban bisa ditemukan dengan selamat. Dan diharapkan Turki bisa segera bangkit kembali menjadi lebih kuat dari yang sebelumnya.

Rombongan delegasi kemanusiaan Indonesia dijadwalkan berada di Turki hingga Kamis (23/2). Sebelum kepulangan ke Tanah Air, delegasi akan melakukan kunjungan ke Hatay, provinsi paling terdampak gempa 7,8 SR di Turki Tenggara pada tanggal 6 Februari 2023 lalu.

Di sana, Menko PMK bakal meninjau Tim INASAR (Indonesia Search and Rescue). Kunjungan akan berlanjut ke Antakya guna melihat secara langsung lokasi yang juga terdampak parah gempa bumi Turki. Selanjutnya, menuju Hassa Distrik untuk penyerahan simbolis bantuan Pemerintah Indonesia kepada Pemerintah Turki sekaligus mengunjungi rumah sakit lapangan dan dapur umum Indonesia.

1,5 Juta Warga Kehilangan Rumah
Setelah gempa dahsyat Turki pada 6 Februari lalu, ada sekitar 1,5 juta orang yang kehilangan rumah. Untuk menampung mereka, diperlukan setidaknya pembangunan 500 ribu rumah baru. Data itu hasil estimasi Louisa Vinton, perwakilan penduduk Turki dari Program Pembangunan PBB (UNDP).

''Jumlah itu jelas menunjukkan bahwa ini adalah gempa terbesar dalam sejarah Turki dan mungkin bencana alam terbesar yang pernah dihadapi negara tersebut,'' ujar Vinton dalam unggahan situs resmi PBB.

Penanganan sampah juga bakal menjadi masalah. Diperkirakan, ada sekitar 116–210 juta ton reruntuhan yang harus dibersihkan lebih dulu sebelum memulai pembangunan. Pada gempa di Turki 1999, reruntuhannya hanya berkisar 13 juta ton.

Pada penanganan bencana sebelumnya di berbagai negara, UNDP memiliki partner untuk memastikan reruntuhan tersebut dikelola dengan aman bagi lingkungan. ''Sebagian besar bisa didaur ulang untuk konstruksi,'' kata Vinton.

Sementara itu, Pemerintah Turki meluncurkan program yang melarang pemutusan hubungan kerja (PHK) di sepuluh kota terdampak gempa. Larangan tersebut juga berlaku untuk sepuluh provinsi yang berstatus darurat. Status darurat yang ditetapkan sejak 7 Februari itu berlaku selama tiga bulan.

Kebijakan larangan PHK tersebut bertujuan untuk melindungi pekerja dan pebisnis dari dampak finansial gempa. Juga merupakan langkah pemerintah untuk meminimalkan dampak ekonomi negara. Pengusaha yang tempat usahanya rusak berat atau sedang akan mendapatkan bantuan. Sehingga dapat menutupi sebagian upah para pekerja yang jam kerjanya dipotong. Sejauh ini sebagian besar pekerja belum bisa kembali beraktivitas karena masih tinggal di penampungan.

Kalangan pebisnis dan ekonom menyatakan, gempa di Turki itu bisa menelan biaya pembangunan hingga USD 100 miliar atau Rp 1,5 kuadriliun. Angka tersebut hanya untuk pembangunan perumahan dan infrastruktur.(mia/sha/c9/hud/jpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook