Lifting Migas Tak Capai Target hingga Juni 2023, Ini Kata SKK Migas

Nasional | Rabu, 19 Juli 2023 - 14:34 WIB

Lifting Migas Tak Capai Target hingga Juni 2023, Ini Kata SKK Migas
Ilustrasi, Eksplorasi ladang minyak. (IST)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) mencatat realisasi lifting minyak dan gas (migas) pada semester I/2023 masih di bawah target yang ditetapkan. Adapun salah satu penyebabnya karena terdampak oleh sejumlah kecelakaan kerja yang terjadi pada awal tahun ini.

"Beberapa pekerjaan investasi tertunda pengembangan. Di PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) di awal tahun ada accident, fatality kemudian dilakukan safety stand-down," kata Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf kepada awak media di Kantor SKK Migas, Jakarta, Selasa (18/7/2023).


Nanang melaporkan, realisasi lifting minyak pada Semester I/2023 mencapai 615,5 ribu barel per hari (BPH) atau setara 99,5 persen dari target. Angka itu naik 0,16 persen dibandingkan capaian semester I/2022 sebesar 614,5 ribu BPH.

Meski begitu, realisasi lifting minyak semester pertama tahun 2023 ini masih di bawah target realisasi lifting minyak yang ditargetkan sebesar 618,7 BPH. Selanjutnya, Nanang melaporkan bahwa realisasi produksi gas selama Semester I/2023 sebesar 5.308 juta kaki kubik per hari (MMscfd).

"Realisasi itu turun 0,3 persen apabila dibandingkan dengan semester 1 tahun lalu yang mampu 5.326 MMscfd atau sementara target tahun ini sebenarnya 6.160 MMscfd," jelas Nanang.

Lebih lanjut, Nanang menyampaikan, sektor hulu migas hingga semester II berjalan ini masih mengalami kekurangan alat pengeboran. Tak hanya itu, jumlah pekerja juga masih tercatat minus untuk bisa menyelesaikan berbagai proyek yang berkontribusi langsung terhadap produksi.

"Jadi pada posisi sekarang kekurangan rig, kita berusaha terus penuhi tambahan rig tapi harus sesuai dengan inspeksi atau persyaratan safety," tandasnya.

Nanang kembali menegaskan bahwa realisasi lifting migas pada Semester I/2023 ini sangat erat dipengaruhi oleh beberapa insiden yang terjadi pada awal tahun. Atas kejadian itu, pihaknya kemudian melakukan inspeksi terhadap rig atau alat pengeboran di sejumlah wilayah kerja.

Kemudian, dilakukan stand shut down sehingga semua rig yang ada di PHR di seluruh Pertamina Group dilakukan asesment sehingga sebagian tidak bisa digunakan lagi.

"Harus melalui perbaikan perbaikan melengkapi peralatan safety sehingga dihindari kecelakaan yang sama sehingga posisi sekarang ini kita kekurangan rig. Kita butuh tambahan rig tentunya yang sesuai dengan inspeksi atau seduai dengan persyaratan safety," ujarnya.

Sementara itu, Deputi Eksploitasi SKK Migas Wahju Wibowo menerangkan ada beberapa faktor yang menyebabkan lifting migas belum mencapai target. Tak hanya kejadian pada awal tahun, tetapi juga didorong oleh entry point, delay proyek, dan hasil pengeboran serta downtime Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).

Dia merinci, hingga Semester I/2023 realisasi pemboran sumur pengembangan mencapai 354 pemboran. Jumlah tersebut tercatat meningkat daripada realisasi tahun lalu pada periode yang sama sebesar 291 pemboran.

Adapun tahun ini, SKK Migas menargetkan bisa melakukan pemboran terhadap 864 sumur. Angka ini tercatat lebih rendah dari target tahun 2023 sebesar 991 sumur.

“Saat ini hampir 100 sumur yang enggak bisa diselesaikan industri penunjang tidak bisa mensuplai kebutuhan yang diinginkan,” tandas Wahju.

Sumber: Jawapos.com

Editor: Eka G Putra









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook