PASOKAN BBM AMAN, IMBAU JANGAN PANIC BUYING

Pertamina Investigasi Kebakaran Tangki

Nasional | Senin, 15 November 2021 - 11:00 WIB

Pertamina Investigasi Kebakaran Tangki
Asap tebal mengepul dari tangki Pertamina di Cilacap, Ahad (14/11/2021). (DIDA NUSWANTARA/AFP)

Terkait dengan ketersediaan stok BBM dan LPG akibat insiden tersebut, CEO Subholding Commercial and Trading Alfian Nasution memastikan, stok baik nasional maupun lokal terjaga dengan baik. Untuk stok BBM jenis premium saat ini berada di posisi 27 hari, pertamax 15 hari, pertalite di atas 10 hari, solar 20 hari, avtur 35 hari serta pertamax turbo 50 hari dan LPG 12,7 hari.

 ‘’Dengan demikian kami sampaikan masyarakat tidak perlu khawatir, pendistribusian BBM dan LPG berlangsung seperti biasanya baik di daerah Jawa Tengah maupun sebagian Jawa Barat yang merupakan cover area dari kilang Cilacap,’’ kata Alfian.


Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memamparkan analisis kondisi cuaca di sekitar langit Cilacap dekat Kilang Pertamina RU IV pada saat kejadian yakni pada 13 November 2021 antara pukul 18.00-19.30 WIB. BMKG menangkap 2 kali sambaran petir yang terjadi di dekat kilang. Dalam keterangan tertulis yang dirilis kemarin (14/11), Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan, 2 event sambaran etir terjadi pada pukul 18.47.27 WIB dan Jam 19.23.32 WIB sebagaimana yang dianalisis oleh alat monitoring kelistrikan udara BMKG yang terdapat di Stasiun Geofisika Banjarnegara.

 "Sambaran petir terdekat dengan kilang minyak RU IV Cilacap adalah untuk event jam 18.47.27 WIB," kata Dwikorita kemarin.

Koordinat sambaran petir berada pada 7.67942574 LS, 109.1110952 BT. Titik sambaran ini kata Dwikorita berjarak kurang lebih 12 km sebelah timur laut kilang Minyak RU IV Cilacap. Titik sambaran diketahui masuk kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap.  

Sementara untuk peristiwa sambaran petir jam 19.23.32 WIB berada pada titik koordinat 7.437264713 LS, 108.7736507 BT berlokasi di kecamatan Sidareja, dengan jarak kurang lebih 43 km barat laut dari kilang minyak RU IV Cilacap.

Analisis citra satelit dan radar cuaca menunjukkan bahwa terdapat pertumbuhan awan konvektif di wilayah Kabupaten Cilacap pada periode pukul 17.00 WIB hingga 21.00 WIB. Dwikorita menyebut  suhu puncak awan mencapai kisaran -62.5 hingga -75.1 °C yang mengindikasikan adanya pertumbuhan awan konvektif jenis Cumulonimbus (Cb).

Awan Cb ini memiliki karakteristik meyebabkan terjadinya potensi hujan intensitas ringan hingga lebat yang dapat disertai potensi kilat atau sambaran petir dan angin kencang. Berdasarkan alat pengukuran curah hujan di Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, dapat diidentifikasi bahwa telah terjadi hujan dengan intensitas mencapai 47 mm selama periode pukul 16.00 hingga 19.00 WIB.

Dwikorita mengingatkan bahwa hingga saat ini kejadian cuaca ekstrem berupa hujan intensitas sedang-lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang masih cukup tinggi potensinya. Ia menghimbau agar masyarakat terus meningkatkan kewaspadaan.

Untuk menghindari sambaran petir, Dwikorita menyarankan menghindari lokasi tanah lapang, persawahan ketika hujan disertai kilat/petir. "Hindari juga berteduh di bawah pohon atau bangunan tidak permanen di area yang lapang," katanya.

Selain itu ia menambahkan, untuk memitigasi bahaya/ancaman sambaran petir disarankan untuk bangunan rumah, bangunan elektronik/komputasi dan bangunan objek vital nasional, serta bangunan lainya yang sensitif terhadap sambaran petir agar dipasangi Sistem Penangkal Petir Terpadu dan Sistem Grounding yang memadai.

Legislator menilai insiden kebakaran kilang Pertamina di Cilacap ini sebagai kelalaian dari perusahaan. Pertamina dianggap menyepelekan perawatan kilang minyak yang akhirnya menyebabkan kebakaran. Apalagi kilang minyak di Cilacap juga baru terbakar Juni lalu.

Anggota Komisi VII dari Fraksi PKS Mulyanto menyesalkan bahwa kebakaran ini terjadi setelah Pertamina menyampaikan rencana-rencana perawatan dan pencegahan kebakaran. Rencana itu dipaparkan dalam rapat kerja dengan Komisi VII pada Oktober lalu.

"Bahkan saat itu, Pertamina berjanji untuk melaksanakan pencegahan melampaui standar yang ada," jelas Mulyanto, kemarin.

Pertamina sendiri mengungkapkan bahwa penyebab kebakaran sebelumnya adalah karena korosi dan sambaran petir yang menimbulkan kebocoran. Mulyanto pun menilai bahwa rencana pencegahan yang telah dilaporkan direktur utama Pertamina itu tidak dilaksanakan sesuai prosedur sehingga gagal mencegah terjadinya kebakaran kilang.

"Terkesan Pertamina menyepelekan perawatan kilang ini," jelas wakil ketua Fraksi PKS tersebut.

Adanya insiden kebakaran kilang minyak Cilacap dalam jeda waktu hitungan bulan ini menimbulkan kekhawatiran terhadap kondisi ribuan kilang minyak Pertamina lainnya. Mulyanto pun mendorong dilakukan audit menyeluruh dan melakkan pemetaan terhadap seluruh kilang yang ada.(dee/tau/deb/jpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook