Neraca Dagang Surplus, Ekspor Mulai Turun

Nasional | Selasa, 18 Oktober 2022 - 11:24 WIB

Neraca Dagang Surplus, Ekspor Mulai Turun
ILUSTRASI (BURHARI ANAS)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Neraca perdagangan RI kembali mencetak surplus. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan September 2022 surplus 4,99 miliar dolar AS. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto menjelaskan, ekspor pada bulan lalu mencapai 24,8 miliar dolar AS. Impor sebesar 19,81 miliar dolar AS.

"Neraca dagang ini membukukan surplus selama 29 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," ujar Setianto, Senin (17/10).


Dia menambahkan, jika dibandingkan pada Agustus 2022, surplus itu menyusut. Pada Agustus, surplus neraca dagang tercatat 5,7 miliar dolar AS. Penurunan tersebut dipicu kinerja ekspor yang merosot dari 27,91 miliar dolar AS menjadi 24,8 miliar dolar AS.

Surplus neraca perdagangan ditopang nonmigas sebesar 7,09 miliar dolar AS. Kontributornya adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan, serta besi dan baja. Sementara itu, neraca perdagangan migas menunjukkan defisit 2,10 miliar dolar AS. Penyumbang defisit adalah minyak mentah dan hasil minyak.

Dengan perkembangan itu, neraca perdagangan secara kumulatif sejak Januari 2022 hingga September 2022 mencatat total surplus 39,87 miliar dolar AS. Angka itu naik 58,83 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. "Bahkan, total surplus neraca perdagangan sejak Januari 2022 hingga September 2022 ini melebihi capaian surplus neraca dagang sepanjang 2021 yang sebesar 35,34 miliar dolar AS," jelas Setianto.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan neraca transaksi berjalan juga mencatat surplus. Data realisasi hingga 22 September masih sesuai dengan perkiraannya. Jadi, surplus perdagangan diproyeksikan menyempit ke depan.

Selain itu, tren kenaikan harga sebagian besar komoditas terlihat bakal tertahan. Seiring dengan meningkatnya ketakutan pasar terhadap resesi global yang bersumber dari lonjakan inflasi. Hal tersebut dapat melemahkan permintaan global dan memberikan risiko melemahnya kinerja ekspor. "Namun, perlambatan ekspor dapat dibatasi di tengah kuatnya ekspor terkait dengan hilirisasi nikel," tuturnya.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Timur Eddy Widjanarko menyatakan, banyak pengusaha yang memperlambat kinerjanya. Alasannya, pasar Eropa dan Amerika Serikat (AS), dua tujuan ekspor besar Indonesia, sedang terancam resesi. "Saya baru datang dari Milan, Italia. Di sana saya lihat masyarakat memang mulai menahan belanja. Jadi, di mana-mana sepi," ungkapnya.(dee/han/dio/jpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook