JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Bicara transportasi mudik Idulfitri, moda transportasi bus umum akan menjadi favorit masyarakat untuk pulang kampung, seperti tahun-tahun sebelumnya. Untuk itu, Perusahaan Otobus (PO) harus memperhatikan kompetensi pengemudinya. Khususnya untuk rute jarak jauh.
Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno mengingatkan menjelang masa angkutan mudik, jatah libur atau istirahat pengemudi bus harus diperhatikan oleh pengelola PO.
Djoko menyampaikan beberapa hal soal keselamatan angkutan mudik.
"Untuk trayek lebih dari delapan jam, agar disediakan dua orang pengemudi," katanya, Ahad (17/4).
Keberadaan dua sopir ini sangat penting. Yaitu untuk memberikan waktu bagi sopir saling beristirahat. Apalagi saat masa angkutan mudik nanti, ada risiko kemacetan di sejumah titik.
Djoko juga mengatakan PO harus memastikan armadanya layak jalan. Khususnya untuk menempuh perjalanan jarak jauh. Di tengah kemajuan teknologi, PO menyiapkan pemandu perjalanan berbasis Google Maps. Untuk itu perlu dipastikan jalur yang bakal dilalui merujuk Google Maps harus sesuai kelas jalan dan tidak ekstrem medannya.
Djoko juga memberikan perhatian kepada pemudik dengan mobil pribadi. Dia berharap pemudik dengan mobil pribadi untuk menjaga istirahat sebelum mudik. Kemudian mengecek kendaraannya supaya layak menempuh perjalanan jarak jauh.
"Tidak kalah penting mengecek kondisi ban dan tekanan udaranya," tuturnya.
Dia juga menyambut baik imbauan untuk tidak mudik menggunakan motor bagi yang berjarak lebih dari tiga jam. Dia juga menyampaikan di beberapa titik dipasang imbauan tidak menggunakan motor matic.
"Yaitu pada turunan yang curam," kata dia. Seperti di Batu-Cangar, Gunung Lio, daerah Wonogiri, Bawang-Dieng, Cijapati-Garut, dan lainnya.
Penyediaan Fasilitas Kesehatan
Di sisi lain meskipun pemerintah memastikan tidak akan ada lagi penyekatan maupun pemeriksaan syarat perjalanan dalam mudik tahun 2022 ini, pemerintah diminta tetap memperhatikan sektor kesehatan dalam mudik. Termasuk menyiapkan fasilitas dan sarana prasarana yang dibutuhkan.
Menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Tjandra Yoga Aditama, musik kali ini tentu tidak bisa disamakan dengan mudik dalam tahun-tahun sebelum pandemi. Yoga menyebut beberapa hal yang mesti diperhatikan oleh pemerintah.
Pertama, kesehatan bagi pengemudi. Mengingat tipe perjalanan saat ini adalah perjalanan monoton yang panjang karena kehadiran Jalan Tol Trans Jawa dan Sumatera.
"Ini juga tantangan terhadap kesehatan para pengemudi. Perlu penempatan pos kesehatan juga disesuaikan dengan rest area jalan tol dengan segala spesifikasinya," jelas Yoga.
Kemudian yang kedua, kata Yoga, perlu dipertimbangkan bagaimana sistem rujukan jika ada kecelakaan dan masalah di jalan tol. Perlu dipastikan jika ada kebutuhan membawa pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap alat dan tenaganya di luar jalan tol.
"Juga bagaimana kalau ada masalah kesehatan di antara dua rest area yang jaraknya mungkin cukup jauh satu dengan lainnya," katanya.
Kemudian yang ketiga, yang tidak kalah penting, kata Yoga, adalah adanya Covid-19 yang tetap harus amat diwaspadai kemungkinan penularannya. Ia menyebut, di masa sebelum Covid-19 Indonesia pernah menyediakan sekitar 700 pos kesehatan, puskesmas dan RS di sepanjang jalan arus mudik, termasuk di bandara, pelabuhan, stasiun KA dan terminal bis di seluruh Indonesia.
Jumlah yang akan disiapkan sekarang tentu akan disesuaikan dengan perkembangan sarana transportasi yang ada. Pos pelayanan kesehatan juga dapat didirikan di lokasi-lokasi strategis seperti tempat ibadah dan lokasi wisata.
"Juga tentunya perlu diadakan pemeriksaan kesehatan terhadap pengemudi kendaraan umum. Pemeriksaan faktor risiko pengemudi ini antara lain dapat meliputi pemeriksaan tekanan darah, gula darah, alkohol darah, dan amphetamin dalam urin," jelas Direktur Pascasarjana Universitas Yarsi ini.
Korlantas Terapkan Oneway Dikombinasi Ganjil Genap
Sementara itu, Korlantas Polri terus merancang rekayasa lalu lintas (lalin) untuk memperlancar arus mudik 2022. Yang terbaru, rekayasa lalin di jalan tol akan mengkombinasikan antara oneway dengan ganjil-genap (gage) untuk arus dari Jakarta menuju Jawa Tengah.
Kakorlantas Polri Irjen Firman Sanytabudi menuturkan, skema oneway arus mudik akan dilakukan sejak Kamis (28/4) hingga Selasa (1/5) di jalan Tol Jakarta-Cikampek Km 47 hingga Gerbang Tol Kalikangkung Km 414, Semarang, Jawa Tengah. Penerapan oneway ini akan dilakukan dari pukul 07.00 hingga 24.00.
"Oneway sejak Kamis karena itu hari terakhir masyarakat berangkat kerja," jelasnya.
Bila kemacetan tidak mampu diatasi dengan oneway, maka petugas akan mengkombinasikan oneway dengan menerapkan ganjil-genap. Dengan begitu hanya kendaraan dengan nomor plat ganjil bisa melewati jalan tol di tanggal ganjil dan sebaliknya.
"Sistem ganjil genap mencegah menumpuknya kendaraan," ujarnya.
Karena itu diharapkan masyarakat untuk mudik sesuai dengan nomor kendaraannya. Bila kendaraannya ganjil, tentunya berangkat mudiknya di tanggal ganjil dan sebaliknya.
"Kami informasikan supaya masyarakat menyiapkan diri, plat nomor apa dan kapan bisa digunakan," terangnya dalam keterangan tertulisnya, kemarin.
Sementara Kabagops Korlantas Kombespol Eddy Djunaedi menuturkan, Korlantas bersama stansi terkait telah melakukan survei bersama di sejumlah jalan tol, jalan arteri, dan pelabuhan. Bahkan, petugas telah melakukan kegiatan gladi terkait cara bertindak dalam pengaturan mudik 2022.
"Pengamanan dilakukan di semua jalur, dari jalan tol, arteri, tempat wisata," ujarnya.
Ada berbagai konsep pengamanan berdasarkan situasi dan kondisi. Pengamanan akan berbeda bila kondisinya berbeda, dari situasi normal, padat, macet dan emergency.
"Skenario disiapkan melalui manajemen kapasitas dan prioritas bertindak untuk di jalan tol," ujarnya.
Selain soal contraflow dan oneway untuk kemacetan di jalan tol, petugas juga menyiapkan tim pengurai di setiap daerah rawan kemacetan.
"Kami juga siapkan kontingen untuk kondisi emergency," tuturnya kepada Jawa Pos (RPG).
Untuk cara bertindak di jalan arteri dan tempat wisata juga telah ditentukan. Yakni, ganjil genap, buka tutup, pengalihan arus, pengaturan parkir, dan oneway sepenggal.
"Patroli juga dilakukan untuk pengaturan daerah rawan macet di jalan arteri dan tempat wisata," ungkapnya.
Sementara itu, Kementerian Perhubungan melakukan identifikasi titik-titik rawan kemacetan di jalur arteri mudik khususnya jalur pantura. Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Budi Setiyadi menyebut beberapa titik antara Purwokerto dan Jakarta yang berpotensi mengalami kemacetan akibat adanya perbaikan sudah terlihat cukup baik dan diharapkan pada H-10 sebelum Lebaran sudah siap digunakan para pemudik.
Dari hasil pantauannya, Budi berkesimpulan beberapa titik simpul kemacetan di sekitar jalan nasional dari Pejagan sampai Prupuk Jawa Tengah terpantau sudah cukup bagus karena sebelumnya terjadi kerusakan jalan.
"Tadi (kemarin, red) saya juga melewati Jembatan Kretek-Bumiayu terlihat sedang dibersihkan water bariernya. Mengingat Kementerian PUPR telah memastikan H-10 menjelang Lebaran tidak ada kegiatan konstruksi," kata Dirjen Budi.
Budi juga mengingatkan pemerintah daerah dapat mengantisipasi aktivitas pasar tradisional yang terletak tepat di sisi jalur utama Pantura yang dikhawatirkan menjadi pusat kemacetan. Di jalur Pantura Cirebon, setidaknya terdapat 6 pasar tradisional yang dikhawatirkan rawan kemacetan yakni Pasar Sandang Tegal Gubuk, Pasar Darurat Pasalaran, Pasar Mundu, Pasar Gebang, Pasar Kue Weru, dan Pasar Minggu Palimanan.
Budi menyebut, aktivitas para pedagang dan pembeli di pasar tradisional tersebut tidak jarang meluber hingga ke bahu jalan. Akibatnya dapat berpotensi menghambat pergerakan laju kendaraan arus mudik, dari Jakarta menuju Jawa Tengah, dan juga sebaliknya.
"Oleh karena itu, saya mengimbau kepada Pemerintah Daerah terkait untuk menyiapkan skema yang tepat dalam mengantisipasi rawan kemacetan ini agar perjalanan para pemudik dapat terjamin aman dan lancar," ujarnya.(idr/tau/wan/jpg)