EKONOMI INDONESIA

Optimistis 2021 Jadi Titik Balik Perekonomian

Nasional | Senin, 18 Januari 2021 - 20:00 WIB

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Pemerintah optimistis 2021 menjadi titik balik pandemi Covid-19. Jika vaksinasi bisa meredam persebaran wabah, perekonomian akan bangkit dan ketidakpastian berakhir.

Pertanyaan tersebut dilontarkan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) setelah vaksinasi Rabu lalu (13/1). Dia mengklaim vaksinasi sebagai game changer atau kunci penentu arah pemulihan ekonomi nasional (PEN) 2021.


“Anak-anak kita bisa belajar di sekolah lagi, kita bisa kembali beribadah dengan tenang, dan perekonomian nasional bisa segera bangkit,” ujarnya.

Jokowi menginstruksikan vaksinasi kepada sekitar 181.500.000 rakyat Indonesia tuntas sebelum akhir 2021. Untuk PEN 2021, pemerintah menyiapkan anggaran sebesar Rp 372,3 triliun.

“Kita juga bersyukur UU Cipta Kerja telah diundangkan dan peraturan turunannya segera terbit agar kita semakin kompetitif di pasar global,” terangnya.

Pemerintah telah menerbitkan regulasi tentang pembentukan lembaga pengelola investasi, Indonesia Investment Authority (INA). Tujuan lembaga itu adalah meningkatkan foreign direct investment dan menurunkan rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB).

“Saya tadi bisik-bisik ke Bu Menkeu, sebulan atau dua bulan berapa target yang masuk. Dijawab Bu Menkeu kira-kira USD 20 miliar,” ungkap Jokowi.

Lantas, bagaimana respons pelaku usaha? Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Rosan Roeslani menegaskan bahwa vaksinasi akan menimbulkan rasa aman, rasa percaya, dan mengurangi ketidakpastian. Itu akan membuat masyarakat mulai spending dan mengaktifkan kembali roda perekonomian.

Menurut Rosan, mengetahui impact vaksinasi terhadap perekonomian tetap butuh waktu. Idealnya, vaksinasi rampung pada kuartal I 2021 agar perekonomian punya waktu tiga kuartal untuk konsolidasi, pulih, dan bertumbuh.

“Kalau vaksinasi selesai kuartal III atau kuartal IV, apalagi tahun depan, perekonomian 2021 masih relatif landai,” ujarnya.

Ketua Umum Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey berharap perekonomian pada kuartal II bisa tumbuh 1,4 persen. Maka, pada kuartal III dan IV, pertumbuhan ekonomi bisa menjadi 4,5 persen.

“Ritel akan mengikuti pertumbuhan proyeksi ini,” ujarnya.

Optimisme terhadap vaksin juga muncul dari sektor otomotif.

“Pastinya kabar baik. Harapannya, dapat memberikan stimulus positif bagi ekonomi secara umum di Indonesia,” ujar Business Innovation and Sales & Marketing Director PT Honda Prospect Motor (HPM) Yusak Billy.

Sementara itu, Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede menyatakan bahwa vaksinasi meningkatkan ekspektasi masyarakat terhadap pemulihan ekonomi. Terutama terkait ketersediaan pekerjaan pada masa mendatang. Berdasar data Bank Indonesia (BI), indeks ekspektasi terhadap ketersediaan pekerjaan pada Desember 2020 meningkat menjadi 121,7. Bulan sebelumnya, indeks tercatat 117,7.

“Bahkan, bagi masyarakat dengan pendapatan Rp 4 juta–Rp 5 juta dan lebih dari Rp 5 juta mencatatkan indeks lebih dari 100,” ujarnya kepada Jawa Pos Ahad (17/1).

Terkait vaksinasi, Kadin Indonesia mengusulkan akses mandiri bagi swasta. Tujuannya adalah percepatan vaksinasi secara nasional. Menurut Rosan, swasta ingin berpartisipasi menyukseskan dan mempercepat vaksinasi.

“Dibukanya akses vaksinasi mandiri (untuk swasta, Red) akan mengurangi beban anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk pembiayaan vaksinasi,” ujar Rosan.

Dia mengusulkan, vaksinasi mandiri swasta diperuntukkan bagi kalangan dunia usaha, karyawan atau pekerja, dan keluarga karyawan. Kendati demikian, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menekankan bahwa vaksinasi mandiri itu bersifat opsional.

Sebab, tidak semua perusahaan mampu untuk mengadakan vaksin mandiri. Itu bergantung kondisi keuangan perusahaan.

“Jadi, itu tidak melepaskan tanggung jawab negara terhadap vaksinasi untuk seluruh rakyat Indonesia,” ujar Hariyadi.

 

PERTUMBUHAN PDB INDONESIA 2020

Q1: 2,97 persen

Q2: minus 5,32 persen

Q3: minus 3,49 persen

JUMLAH INVESTOR RITEL

2016: 894 ribu

2017: 1,123 juta

2018: 1,619 juta

2019: 2,484 juta


Sumber : JawaPos.com

Editor : M Ali Nurman









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook