JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Pasar saham Indonesia belum bisa bangkit kembali ke level 6.000-an. Meskipun penutupan perdagangan, Rabu (16/5), sukses menapaki naik tipis 3,34 poin atau 0,05 persen ke 5.841,46. Sementara Indeks LQ45 naik 0,12 poin atau 0,01 persen menjadi 935,47, Jakarta Islamic Index (JII) turun2,31 poin atau 0,35 persen ke 659,66, dan indeks IDX30 naik 0,46 poin atau 0,09 persen ke 508,62.
Kemarin, sebanyak 153 saham menguat, 214 saham melemah, dan 122 saham stagnan. Transaksi perdagangan mencapai Rp10,42 triliun dari 10,25 miliar lembar saham diperdagangkan. Mayoritas sektor penggerak IHSG melemah dengan sektor manufaktur dasar memimpin penurunan hingga 0,64 persen. Sementara sektor infrastruktur memimpin penguatan sebesar 2,19 persen.
Direktur Penilaian Bursa Efek Indonesia (BEI) Samsul Hidayat mengatakan, sulitnya IHSG yang bangkit dari zona merah tak terlepas dari isu aksi terorisme yang mengusik keamanan Indonesia dalam beberapa hari terakhir.
Seperti diketahui, aksi teror bom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo Ahad (13/5) dan Senin (14/5) lalu. Selanjutnya, aksi teroris kembali terjadi, Rabu (16/5). Markas Kepolisian Daerah (Mapolda) Riau diserang oleh kawanan teroris yang membawa senjata tajam jenis samurai.
Samsul menuturkan, kondisi tersebut turut mempengaruhi persepsi para investor yang berimbas pada kecemasannya mereka di dalam negeri. “Jadi semakin banyak gangguan keamanan yang terjadi, maka persepsi atas keamanan di negara kita semakin menurun. Persepsi itu mempengaruhi keputusan si investor,” ujarnya di Gedung BEI, Rabu (16/5).
Samsul menyampaikan, pemerintah tidak bisa hanya memberikan jaminan fundamental ekonomi. Lebih dari itu, pemerintah harus meyakinkan soal keberlangsungan investasi dari para investor di Indonesia, terutama dalam kondisi genting saat ini.
Pasalnya, secara fundamental ekonomi, Indonesia masih kuat. Namun, bukan tidak mungkin jika fundamental ekonomi dapat terimbas kondisi keamanan yang terguncang. “Ini yang sebenarnya kita jaga, supaya investor tidak merasa bahwa investasi mereka di Indonesia bisa terhambat,” imbuhnya.
Pihaknya berharap agar kerjasama dari pihak pemerintah dan keamanan dapat segera mengatasi kondisi ini. Sebab, tidak bisa dipungkiri, keamanan yang goyah turut melemahkan sisi perekonomian. “Investor sebenarnya sudah cukup imun dengan kondisi ini, tapi kan harapan kita ini bisa diatasi secepatnya oleh pihak keamanan agar lebih aman dan investor nyaman untuk investasi,” ujarnya.(mys/jpg)