Proses evakuasi terhadap 12 jenazah korban jatuhnya helikopter MI-17 milik Penerbad, tuntas Sabtu (15/2) lalu. Bagaimana proses evakuasi dari Pegunungan Mandala, Distrik Oksop, Kabupaten Pegunungan Bintang? Berikut laporannya
OKSIBIL (RIAUPOS.CO) -- Ahad (16/2) sekitar pukul 07.00 WIT, di mana suhu di sekitar Bandara Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, tercatat 19 derajat celsius, terlihat empat helikopter yang terdiri dari tiga helikopter bell milik TNI AD dan satu helikopter Demonim Air milik PT Antam mendarat dengan mulus.
Empat helikopter ini membawa pulang tim evakuasi yang terdiri dari 29 prajurit Batalyon Infanteri (Yonif) 751/Rider dan satu warga sipil yang sukses mengevakuasi 12 jenazah korban kecelakaan helikopter MI-17 yang jatuh pada 28 juni tahun 2019 di pegunungan Mandala, Distrik Oksop, Pegunungan Bintang.
Dengan membawa ransel di punggung serta menyandang senjata, satu persatu prajurit Yonif/751 Raider dan warga sipil ini turun dari helikopter. Meskipun terlihat lelah, namun mereka masih tersenyum saat disambut pelukan dan ucapan selamat datang dan terima kasih dari Komandan Korem (Danrem) 172/PWY, Kolonel Inf Jonathan Binsar Sianipar dan Kasi Ops Korem 172/PWY Mayor Inf Johny Nofriadi.
Pagi itu, cuaca Oksbil cerah. Usai meletakkan ransel dan senjata mereka, para prajurit isterahat sejenak di Bandara Udara Oksibil.
Cenderawasih Pos (Jawa Pos Group) berkesempatan bercerita dengan para prajurit yang baru saja kembali melakukan misi kemanusian setelah 3 hari 2 malam berada di hutan belantara Pegunungan Bintang dengan ketinggian 3.720 Mdpl. "Evakuasi kami berhasil dan berjalan lancar berkat doa pimpinan kami serta doa semua orang," ucap Kapten Inf Muhammad Hafidh mengawali percakapannya dengan Cenderawasih Pos di Bandara Udara Oksibil.
Hafidh sendiri menjadi Danki Satgas evakuasi 12 jenazah kecelakaan heli Mi-17 di Puncak Mandala.
Tentang perjalanan evakuasi, secara logika medannya cukup berat. Bagaimana tidak, lokasi yang berada di ketinggian 3.720 Mdpl dengan suhu rata-rata 5 hingga 0 derajat celcius. Belum lagi jalan yang dilewati penuh dengan lumut dan batu-batu bergerak.
Menurut Hafid, saking dinginnya tim terpaksa beristirahat setiap bergerak kurang lebih 300 meter. Mereka punya cara agar tak mau kalah dengan medan dan juga suhu dingin, di mana setiap langkah kaki diiringi dengan saling semangat dan mensuport sesama prajurit. "Yang ada dipikiran saya saat itu adalah, menemukan lokasi jatuhnya heli lalu melakukan evakuasi terhadap 12 jenazah. Keluarga mereka tentu sudah menunggu di rumah," ucap Hafidh dengan kelopak mata yang basah.
Sebelumnya, Hafidh bersama 28 personel lainnya, Kamis (13/2) diturunkan menggunakan helikopter di ketinggian sekira 10 ribu feet di kaki pegunungan Mandala yang lokasinya tak jauh dari jatuhnya helikopter MI-17. Usai didroping, Hafidh dan rekannya berjalan kaki untuk bisa menuju ke lokasi.
Selama tiga hari dua malam, 29 prajurit dari Satuan 751/VJS Rider khusus itu bermalam di hutan. Menahan dingin di hutan belantara Pegunungan Bintang. Mereka bertahan hidup dengan cara mereka masing-masing, meskipun akhirnya kulit wajah mereka terkelupas akibat dinginya suhu di ketinggian 3 ribuan Mdpl.
Melewati medan yang terjal, dimana samping kiri kanan adalah jurang serta jalanan berlumut dan batu-batu bergerak, mengiringi perjalanan mereka untuk mencapai lokasi jatuhnya heli Mi-17. Saat itu, 20 prajurit menuju lokasi hanya menggunakan rompi, helm, senjata dan membawa tenda. Sedang beberapa anggota berada di camp pertama untuk melakukan pengamanan lokasi.
"Saat tiba di lokasi jatuhnya heli, kami melihat bangkai helikopter. Disitulah kami merasa sangat bersyukur, tidak percaya bisa sampai di titik tersebut. Kami saling menatap satu dengan yang lain. Ada yang melakukan pengamanan lalu melakukan evakuasi dan alhamdulillah semua berjalan lancar. Jenazah bisa kami kumpulkan lengkap sebanyak 12 jenazah meskipun sebagian dari mereka ada yang tidak utuh," tutur Hafid dengan raut wajah yang sedih.***
Laporan, Elfira, Oksibil