42 KORBAN MENINGGAL AKIBAT GEMPA M6,2

Gempa Susulan Bisa Picu Tsunami

Nasional | Sabtu, 16 Januari 2021 - 09:30 WIB

Gempa Susulan Bisa Picu Tsunami
Kantor Gubernur Sulawesi Barat rusak berat akibat gempa bumi berkekuatan 6,2 magnitudo di Majene, Jumat (15/1/2021) dini hari pukul 01.20 Wita.(JPG)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Gempa dengan magnitude M=6,2 yang melanda Kabupaten Majane pada Jumat (15/1) dini hari pukul 02.28 Wita telah memakan korban meninggal 42 orang. Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan gempa susulan bisa memicu tsunami.

BMKG melaporkan rentetan gempa diawali dengan gempa awalan (foreshock) pada hari Kamis (14/1) pukul 13.35 WIB (14.35 Wita) dengan magnitudo M=5,9 dengan episenter sekitar 4 kilometer arah barat laut Kabupaten Majene Sulbar dengan kedalaman 10 kilometer. Kemudian disusul dengan guncangan utama (main shock) yang berkekuatan magnitudo M=6,2 yang terjadi pada Jumat dinihari  pukul  01.28 WIB (02.28 WITA) dengan episenter di darat 6 kilometer arah timur laut Majene dengan kedalaman 10 kilometer. Gempa inilah yang menimbulkan kerusakan di beberapa kabupaten di Sulawesi Barat.


Sementara berdasar laporan BMKG hingga kemarin sudah terjadi 28 kali gempa susulan (aftershock). Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan masih ada potensi gempa susulan berikutnya yang masih kuat. "Bisa mencapai kekuatan yang seperti sudah terjadi, M6,2 atau sedikit lebih tinggi (kuat, red) lagi," katanya.

Faktor yang harus diwaspadai kata Dwikorita adalah batuan maupun tebing di sekitar daerah pusat gempa yang sudah digoncang sampai lebih dari 28 kali. Kondisi ini membuat struktur batuan rapuh. Jika terjadi longsor ke dalam laut, atau longsor di bawah laut, maka akan memicu tsunami (landslide tsunami). Karena kedekatan pusat gempa dengan pantai.  

"Jadi dapat pula berpotensi terjadi tsunami apabila ada gempa susulan berikutnya," jelasnya.

Untuk itu, Dwikorita menghimbau pada warga masyarakat di daerah terdampak tidak hanya menjauhi bangunan-bangunan yang rentan atau gedung-gedung yang rawan rubuh , tapi juga wajib waspada jika beraktivitas dekat pantai. Apabila kebetulan berada di pantai, kemudian merasakan ada getaran gempa, harus segera menyelamatkan diri menuju ke tempat yang lebih tinggi.  

"Segera jauhi pantai. Tidak perlu menunggu peringatan dini tsunami. Anggaplah gempa itu sebagai peringatan dini tsunami," katanya.

Meskipun ada risiko gempa dan tsunami susulan,  Dwikorita mengatakan bahwa masyarakat tidak perlu panik.  "Yang paling penting sudah tahu apa yang harus dilakukan. Siapkan juga jalur yang ada di pantai menuju ke tempat yang lebih tinggi," jelasnya.

Sampai pukul 20.00 WIB malam tadi, Pusat Pengendali Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana melaporkan jumlah korban meninggal dunia akibat gempa Majene menjadi 42 orang dengan rincian 34 orang meninggal dunia di Kabupaten Mamuju dan 8 orang di Kabupaten Majane. Sementara laporan kerusakan terakhir yang dimutakhirkan oleh Pusdalops BNPB menyebutkan bahwa beberapa kerusakan di Kabupaten Mamuju antara lain Rumah Sakit Mitra Manakarra dengan status rusak berat, RSUD Kabupaten Mamuju dengan status rusak berat serta kerusakan di Pelabuhan Mamuju dan Jembatan Kuning yang berlokasi di Takandeang, Kecamatan Tapalang Mamuju. Sedangkan pada Kabupaten Majene 300 unit rumah rusak yang masih dalam proses pendataan hingga rilis ini disiarkan.

Kapusdatinkom BNPB Raditya Jati Mengatakan, saat ini terdapat tiga rumah sakit yang saat ini aktif untuk pelayanan kedaruratan di Kabupaten Mamuju, antara lain RS Bhayangkara, RS Regional Provinsi Sulawesi Barat dan RSUD Kabupaten Mamuju. Raditya mengatakan, sebagian wilayah di Kabupaten Mamuju sudah dapat dialiri listrik dan sebagian lainnya masih mengalami gangguan.

"Kabupaten Majene masih dilakukan proses perbaikan arus listrik sehingga seluruh wilayah masih dalam keadaan pada," katanya.

Sementara BPBD Kabupaten Majene, Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Polewali Mandar masih melakukan pendataan dan mendirikan tempat pengungsian serta beroordinasi dengan TNI - Polri, Basarnas, relawan dan instansi terkait dalam upaya pencarian para korban terdampak gempa tersebut.

Di Istana Kepresidenan di Bogor, Presiden Jokowi menyatakan turut berduka atas bencana yang terjadi di Tanah Air. Mulai dari tanah longsor di Sumedang, banjir di Kalimantan Selatan, hingga gempa bumi di Sulawesi Barat. Presiden telah berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mengatasi hal ini.

"Saya ingin pemerintah daerah dan pemerintah pusat selalu hadir dalam keadaan bencana ini," ungkapnya kemarin.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu telah menerima laporan dari Kepala BNPB Doni Monardo terkait gempa di Sulawesi Barat dan longsor di Sumedang. Jokowi juga telah menelpon Gubernur Sulawesi Barat dan Kalimantan Selatan untuk memastikan keadaan di sana. Termasuk memastikan bantuan apa yang dibutuhkan masyarakat.

"Saya memerintahkan Kepala BNPB, Mensos, Basarnas, Panglima TNI, dan Kapolri untuk melakukan langkah-langkah tanggap darurat," bebernya.

Jokowi ingin korban segera dicari dan ditemukan. Sementara yang luka segera dilakukan perawatan. Di Kabupaten Sumedang, Jokowi memerintahkan Menteri PUPR untuk merelokasi warga yang terdampak bencana.

"Saya juga minta kepada masyarakat untuk tetap tenang dan mengikuti pentunjuk yang disampaikan oleh petugas di lapangan," ujarnya. Selain itu dia mengimbau agar semua waspada cuaca ekstrem. Terutama hujan lebat yang akan terjadi beberapa hari kedepan.

"Selalu memperhatikan peringatan dini dari BMKG. Saya akan terus memantau bencana di tanah air," imbuhnya.  

Pasukan dari TNI AD, TNI AL, maupun TNI AU bergerak cepat ke daerah terdampak bencana tersebut. Baik pasukan yang sudah tergelar di Sulawesi maupun personel di Jakarta, semua serentak mendukung operasi kemanusiaan yang dilaksanakan di Sulbar. Langkah tersebut sesuai dengan arahan panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto.

Kemarin (15/1) Hadi mengantar Menteri Sosial Tri Rismaharini dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Monardo yang bertolak ke Majene memakai pesawat TNI AU. Mereka bertolak dari Pangkalan Udara (Lanud) TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Selain itu, pesawat TNI AU lainnya bertolak dari Lanud TNI AU Atang Sendjaja ikut terbang ke Sulbar. Pesawat-pesawat tersebut tidak hanya membawa personel, melainkan turut mengangkut bantuan.

Berdasar keterangan Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau) Marsekal Pertama TNI Indan Gilang Buldansyah, tidak kurang tiga pesawat dikerahkan ke Sulbar lengkap dengan bala bantuan. Yakni C-130 Hercules A-1314, C-130 Hercules A-1321, serta Boeing 737 A-7302. "Ketiga pesawat tersebut mendarat di Bandara Tampa Padang, Mamuju," imbuhnya. Bantuan logistik dan personel yang diangkut menggunakan tiga pesawat itu langsung didistribusi kepada masyarakat di Mamuju dan Majene.

Dari Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), TNI AU memberangkatkan pesawat intai maritim dari Skadron Udara Lanud TNI AU Hasanuddin Makassar. "Melaksanakan pengamatan dan pemotretan udara di wilayah Mamuju," kata Indan.

Selain itu, pesawat tersebut juga membawa bantuan logistik dan prajurit Pasukan Khas (Paskhas) berjumlah 21 orang. Hasil pengamatan dan pemotretan dari udara oleh pesawat itu menunjukkan beberapa titik yang hancur pasca gempa.(tau/syn/lyn/jpg)

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook