OPERASI SAR SRIWIJAYA AIR BISA DIPERPANJANG

Kumpulkan 239 Kantong Jenazah

Nasional | Jumat, 15 Januari 2021 - 08:45 WIB

Kumpulkan 239 Kantong Jenazah
Petugas Basarnas membawa kantong yang berisi serpihan pesawat dan mayat usai tiba di Posko SAR Dermaga JICT, Jakarta, Kamis (14/1/2021).(FEDRIK TARIGAN/JPG)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Syarif Rafiq Yusop Al Idrus berusaha tegar saat menginjakkan kaki di Dermaga Jakarta International Container Terminal (JICT) Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (14/1). Suami Panca Widya Nursanti, salah seorang korban jatuhnya Sriwijaya Air PK-CLC itu datang ke Posko Search And Rescue (SAR) karena ingin tahu lebih jauh progres pencarian korban pesawat dengan rute penerbangan Jakarta–Pontianak tersebut.

Melihat ribuan orang bahu-membahu dalam operasi SAR tersebut, Syarif berulang menyampaikan terima kasih. Meski jenazah belahan hatinya belum ditemukan, dia merasa tim SAR sudah bekerja dengan baik.


"Terima kasih sekali, karena apa pun yang terjadi sudah Tuhan yang atur," kata dia pelan.

Syarif menyatakan, sudah dua hari dia berada di Jakarta. Sebelum ke JICT, dia mendatangi Rumah Sakit Polri Kramat Jati untuk menyerahkan data-data yang dibutuhkan tim dokter Polri. Sampai kemarin, dia masih menunggu kepastian mengenai jenazah Nursanti.

"Kalau sudah ditemukan, kami bawa langsung (ke Pontianak)," imbuhnya. Pria 49 tahun itu ingin segera memakamkan istrinya di kampung halaman. Syarif menyatakan, dia dan keluarga sudah ikhlas. Tentu saja tidak mudah melepas kepergian perempuan yang bertahun-tahun mendampinginya. Apalagi dia sudah cukup lama tidak bersua muka secara langsung. Terakhir 22 Desember tahun lalu, sebelum istrinya terbang ke Jawa.

Di JICT, Syarif sempat melihat langsung pecahan pesawat yang dikumpulkan Tim SAR Gabungan. Dia juga menyaksikan kantong-kantong jenazah korban. Tidak pernah terbayang olehnya, video call beberapa saat sebelum Sriwijaya Air PK-CLC take off dari Bandara Internasional Soekarno–Hatta menjadi perbincangan terakhir dengan Nursanti. Beruntung, keluarga selalu menguatkan. Dia juga mendapat trauma healing dari petugas yang berada di Jakarta. Termasuk petugas di JICT.

Syarif hanya satu dari banyak keluarga korban yang sampai saat ini masih menunggu kepastian dari Rumah Sakit Polri Kramat Jati. Sampai kemarin, mereka masih bekerja. Kantong jenazah pun tidak henti berdatangan dari JICT. Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI Purnawirawan Bagus Puruhito menyatakan, tidak kurang 98 kantong jenazah berhasil dikumpulkan kemarin. Selain itu, ada sembilan kantong serpihan pesawat dan lima potongan besar pesawat dibawa ke JICT.

Hasil operasi SAR tersebut sekaligus menambah jumlah kantong jenazah yang dikumpulkan oleh Tim SAR Gabungan. Yakni 239 kantong jenazah, 40 kantong serpihan pesawat, dan 33 potongan besar pesawat. Itu belum termasuk black box berisi flight data recorder (FDR) yang sudah dibawa oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Bagus mengakui regu pencari masih berusaha mengumpulkan temuan dari titik jatuh. Termasuk cockpit voice recorder (CVR).

Tidak hanya penyelam, Tim SAR Gabungan sudah menurunkan remotely operated vehicle (ROV) untuk menemukan CVR.

"Dan masih belum ada hasil yang kami dapatkan," jelas Bagus. Namun demikian, tim di lapangan tidak menyerah. Setelah menurunkan penyelam dan ROV, mala mini mereka kembali mencari kotak hitam tersebut menggunakan sonar. Dia mengakui, lepasnya underwater locator beacon yang berfungsi mengirim sinyal ping dari black box menjadi salah satu kendala.

Selain itu, arus di bawah permukaan laut yang berpotensi menggeser posisi benda tersebut juga turut berpengaruh terhadap proses pencarian. Sejauh ini, kata Bagus, baru bungkus CVR yang ditemukan oleh penyelam. Sedangkan CVR-nya masih dicari. Kemarin, KR Baruna Jaya IV milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melaporkan berhasil menemukan lokasi yang diduga kokpit dan ekor Sriwijaya Air yang jatuh di Perairan Kepulauan Seribu.

KR Baruna Jaya IV milik BPPT baru bisa masuk ke titik utama penemuan FDR setelah mendapatkan clearance dari Basarnas dan KNKT. Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT Djoko Nugroho yang ikut berada di KR Baruna Jaya IV menyatakan, ada sejumlah temuan signifikan dari misi yang mereka jalankan. Dia menjelaskan hasil penyisiran oleh ROV dalam radius 53 meter persegi ditemukan 34 titik potongan pesawat. Dengan potongan terjauh berjarak 53 meter dari titik FDR ditemukan.

Kemudian dari hasil pemantauan tim BPPT dan KNKT mencatat dua titik dari 34 titik lokasi potongan SJ-182 diduga bagian dari kokpit pesawat. "Melalui monitor ruang kendali ROV di kapal Baruna Jaya IV, diduga bagian tersebut adalah throttle," jelasnya. Kemudian juga terdapat sebuah bagian besar yang diduga kuat merupakan ekor pesawat. Seperti diketahui di bagian ekor pesawat inilah dua kota hitam,  CVR dan FDR,berada.

Pada tahapan selanjutnya temuan 34 titik termasuk titik yang diduga kokpit dan ekor itu diteruskan kepada tim penyelam. Sehingga bisa dilakukan penyisiran secara lebih detail. Dia menyebutkan, kemarin pagi sampai siang hari, pasukan dari TNI AL terus menjalankan misi penyelaman.  "Dengan memprioritaskan pada dua titik yang diduga bagian ekor dan kokpit pesawat," jelasnya.

Upaya menemukan CVR dipastikan tidak akan berhenti. Meski tidak terlalu mengganggu operasi penyelaman seperti dua hari lalu (13/1) cuaca dan gelombang di perairan pulau seribu di sekitar area SAR Sriwijaya SJ-182 diperkirakan masih akan bergelombang. BMKG memperkirakan cuaca pada hari ketujuh operasi SAR, hari ini (15/1)  akan diwarnai hujan ringan dini hari dan siang harinya. Sementara pada pagi dan sore diperkirakan hanya berawan. Tinggi gelombang di sekitar area pencarian berkisar antara 0,5;1,25; hingga 1,5 meter.

"Dengan gelombang setinggi  1,5 meter memang agak merepotkan pada operasi penyelaman," kata Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG Eko Prasetyo kepada Jawa Pos (JPG), kemarin. Untuk hari berikutnya, yakni 16 Januari 2021, jika pencarian masih terus dilakukan, tim SAR diperkirakan akan menghadapi gelombang setinggi 0,5 hingga 1,25 meter dengan cuaca yang relatif lebih baik yakni cerah pada pagi hari dan berawan pada siang hingga sore hari.  

Meski demikian, kata Eko tinggi gelombang tidak akan melebihi 1,5 meter. Kecuali memang ada pertumbuhan awan Cumulonimbus (CB) yang biasanya terbentuk secara cepat dan mendadak.

"Tapi biasanya tidak akan berlangsung lama," kata Eko.

Operasi SAR memang baru akan dievaluasi setelah pencarian hari ini selesai. Namun, Basarnas memprediksi misi kemanusian itu diperpanjang. "Situasi memungkinkan kami  memperpanjang pelaksanaan operasi SAR tersebut," tutup Bagus.(syn/tau/wan/jpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook