JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mencapai puncaknya pekan ini. Rupiah tembus angka psikologis Rp14 ribu per dolar AS. Hal ini tentunya membuat pengusaha yang menjalankan aktivitas impor menjadi wawas, termasuk PT Pertamina (Persero).
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengaku menguatnya dolar AS terhadap mata uang di negara-negara emerjing market memang memberikan pengaruh bagi perusahaan. Akan tetapi, Pertamina sudah lebih dulu melakukan antisipasi dengan cara hedging.
“Kita lakukan hedging untuk menjaga itu. Kita ada kebijakan untuk hedging,” ujar Nicke di Jakarta, Sabtu (12/5) kemarin.
Diakui Nicke, setiap tahunnya perusahaan sudah mengalokasikan hedging baik untuk menjaga kurs maupun melakukan saat transaksi impor. Namun, Nicke tak dapat menyebutkan berapa alokasi yang digelontorkan Pertamina untuk melakukan hedging.
Hedging atau lindung nilai adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang investor seperti Pertamina untuk mengurangi atau menghilangkan suatu sumber risiko ketika dolar AS tengah perkasa terhadap rupiah. Dengan melakukan lindung nilai, maka Pertamina bisa mengurangi resiko valas yang dilakukan sebagai transaksi impor.
Sebagai infromasi, data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia menunjukkan rupiah pada perdagangan Rabu (9/5) berada di kurs tengah Rp14.074 atau terdepresiasi 38 poin dari perdagangan sebelumnya Rp 14.036. Rupiah diperdagangkan di kisaran Rp14.144 (kurs jual) dan Rp 14.004 (kurs beli).(uji/jpg)