DEPOK (RIAUPOS.CO) – Terjadi sejak Selasa sore (8/5) kericuhan berbuntut penyanderaan aparat kepolisian di Rumah Tahanan (Rutan) Salemba Cabang Mako Brimob, Depok, Jawa Barat (Jabar) mampu ditangani secara penuh oleh Polri, Kamis pagi (10/5). Kepastian itu diperoleh pascamereka berhasil memaksa 155 narapidana teroris (napiter) menyerah.
Operasi penanggulangan insiden itu dipimpin oleh Wakapolri Komjen Pol Syafruddin. Setelah berhasil membebaskan Bripka Iwan Sarjana, Kamis (10/5) dini hari, aparat kepolisian sukses memaksa ratusan napi kasus terorisme di rutan tersebut menanggalkan senjata api yang sempat mereka rampas dari petugas.
Menko Polhukam Wiranto mengakui, operasi itu menyedot banyak energi. Sebab, turut menyita perhatian masyarakat luas. Baik di dalam mau pun di luar negeri.
”Mereka (napi kasus terorisme, red) melakukan kekejaman dengan merampas senjata, menyandera, menyiksa, bahkan membunuh para petugas dengan cara-cara kejam,” ungkap Wiranto, Kamis (10/5).
Untuk itu pemerintah mengambil sikap tegas. Dengan menyiapkan opsi terbaik di samping upaya soft approach. ”Direncanakan serbuan untuk melucuti, melumpuhkan, para teroris,” ungkap Wiranto.
Menurut pejabat asal Jogjakarta itu, rencana serbuan itu turut dibahas dalam rapat terbatas (ratas) di kantornya, Rabu, (9/5).
Tentu saja, sambung Wiranto, dengan mempertimbangkan banyak aspek. Termasuk operasi yang dilakukan sesuai standar juga aturan dan ketentuan yang berlaku. Pasca Bripka Iwan Sarjana bebas dari aksi penyanderaan, aparat kepolisian yang dipimpin Syafruddin bergerak semakin aktif. Sehingga mereka berhasil memaksa 145 dari total 155 napi menyerah.
Menurut Wiranto, keberhasilan itu diawali dengan ultimatum yang disampaikan petugas kepada para napi. ”Bahwa kami akan melaksanakan serbuan. Menyerah atau mengambil risiko dari serbuan yang dilaksanakan aparat keamanan,” kata dia mencontohkan ultimatum yang disampaikan kepada para napi.