OLEH: DAHLAN ISKAN

Pembunuh Fa-Lao

Nasional | Minggu, 27 Desember 2020 - 10:26 WIB

Pembunuh Fa-Lao

Fa pun disergap saat mengambil uang tebusan itu. Terjadilah drama tembak-menembak di lokasi itu. Fa berhasil diringkus. Tahun itu juga pengadilan menjatuhkan  hukuman mati untuk Fa. Hanya dalam hitungan hari Fa sudah dieksekusi. Tapi Fa berhasil melindungi Lao. Fa tidak mau menyebut di mana tinggal. Termasuk di mana lokasi penyekapan.

Ia tahu bahwa ia toh akan dihukum mati. Mengakui siapa temannya membunuh pun tidak akan membuat hukumannya lebih ringan. Saat itulah Lao lari. Meninggalkan korban yang disekap di apartemen itu. Beberapa hari kemudian barulah polisi menemukan lokasi itu: dari laporan penduduk. Yakni karena ada bau busuk keluar dari kamar itu.

Baca Juga : Bambu Ijuk

Mungkin korban mati karena dibunuh. Mungkin juga karena diikat. Tidak ada yang tahu ada sandera di situ. Di pengadilan Senin lalu Lao mengaku berada di bawah tekanan suami. Kalau menolak perintah suami dia akan dibunuh. Bahkan juga  keluarganya. “Saya sering dipukul, dicekik dan dimaki-maki. Juga diancam,” ujar Lao kepada hakim.

Lao pun minta maaf kepada semua keluarga korban. Dia mengaku tidak berniat membunuh. Dia merasa ditipu oleh suami. Lao diadili di Kota Nanchang, ibu kota Provinsi Jiangxi –kota tempat saya dulu belajar bahasa Mandarin.  Itu karena Lao berasal dari provinsi itu.

Salah satu keluarga korban memberikan kesaksian. “Keluarga kami hancur setelah pembunuhan itu,” ujar janda korban. Sebagaimana disiarkan di media di Nanchang. “Ibu mertua kami menangis sampai buta. Tiga anak kami putus sekolah,” katanya.

Bagaimana dengan anak Fa bersama Lao? “Kami tidak punya anak. Fa tidak boleh saya punya anak. Saya empat kali aborsi,” katanyi pada polisi. Lao sendiri mungkin tidak menyangka otak buatan yang ditaruh di kamera-kamera di jalanan berhasil mengungkapkan pembunuhan 20 tahun lalu.

Tentu Lao tidak tahu kalau kamera itu bisa mendeteksi 80 titik unik di wajah seseorang. Yakni titik-titik di sekitar mata, hidung, pipi, dan mulut. Yang tidak semuanya bisa berubah saat operasi kecantikan. Dari 80 titik unik itu tentu masih ada yang sama dan tidak berubah. Tapi tetap saja AI ini mengagumkan. Kok tetap bisa mendeteksi biarpun foto gadis 21 tahun itu sudah menjadi wanita berumur 46 tahun.

Kemajuan teknologi di sana memang mencengangkan. Dalam Repelita ke-13, tahun ini, Tiongkok punya program Sky Net Project. Atau juga disebut Sharp Eye Project. Di akhir Repelita 13 itu, tahun depan, sudah akan terpasang 626 juta kamera di tempat umum di seluruh Tiongkok.

Semua kamera itu dilengkapi AI yang terhubung dengan big data. Jumlah kamera itu begitu banyaknya sehingga praktis tiap dua penduduk diawasi dengan satu kamera. Dengan teknologi itu akan bisa dikenali 1,3 miliar wajah orang Tiongkok hanya dalam waktu tiga detik.

Dengan teknologi ini era sidik jari sudah praktis berakhir. Tidak ada gunanya lagi cap jempol. Kamera, dengan kecerdasan buatan, menggantikannya. Lao masih terlalu muda untuk mengalami zaman AI. Yang ternyata AI-lah yang bisa mengakhiri hidupnya.**

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook