OLEH: DAHLAN ISKAN

Pengkhianatan Konglomerat

Nasional | Senin, 10 Juni 2019 - 10:35 WIB

Pengkhianatan Konglomerat

Orang seperti Bill Gate juga tinggal di sini. Saat menonton olimpiade dulu. Menghabiskan Rp12 miliar. Mantan Menlu Amerika yang legendaris, Henry Kissinger, juga menginap di sini. Pada momentum yang sama.

Hotel 7 Stars-nya sendiri tarifnya Rp5 juta per malam. Tidak terlalu mahal. Dibanding, misalnya, Nihi Sumba di Sumba Barat.

Baca Juga :God Bless

Juga bosnya itu sendiri yang menamakan hotel di jembatan surga itu ‘7 Stars’. Ia tidak mau hotelnya dikategorikan bintang 5. Ia ingin disejajarkan dengan hotel bintang 7 di Uni Emirat Arab. Yang dari jauh sangat indah itu. Mirip layarnya perahu layar itu.

Di dunia ini memang tidak ada lembaga perhotelan yang mau memberi ranking bintang 6. Apalagi bintang 7. Ranking tertinggi adalah bintang 5. Hotel terbaik di New York pun, Astoria, juga bintang 5.

Guo ingin serba hebat. Ia namakan sendiri hotelnya ‘7 Stars’. Waktu jembatan surga itu diresmikan Guo memang masih berumur 37 tahun. Menyala-menyalanya kehidupan seorang laki-laki sejati.

Salah satu yang membongkar skandal kolusinya itu adalah majalah bisnis Caixin. Milik  pengusaha Hu Shuli.

Di Tiongkok kebebasan pers sangat dibatasi. Kalau terkait politik. Tapi sangat-sangat bebas. Kalau masalah bisnis. Majalah Caixin rajanya. Paling sering membongkar skandal kolusi di perusahaan swasta. Caixin sangat ditakuti kalangan pengusaha.

Waktu itu Wang Qishan belum menjadi Wakil Presiden. Masih menjabat ketua KPK-nya Tiongkok. Perkara ini ia tangani dengan tuntas. Tidak peduli dengan rumor menakutkan: Guo dibackingi pejabat tinggi dari pusat.

Bahkan pejabat tinggi itu dibongkar sekalian. Wakil Menteri Keuangan diperiksa. Terbongkar semuanya. Ma Jiang, Wakil Menkeu itu, ditahan. Diadili. Dihukum.

Giliran Wang Qishan mengejar Guo-nya sendiri. Guo ternyata takut. Lari. Ke Timur Tengah. Ke Eropa. Akhirnya ke New York.

Di New York Guo tinggal di satu apartemen yang ia beli dengan harga sekitar Rp1 triliun. Istimewa. Menghadap ke Central Park New York yang terkenal itu.

Guo lari dengan membawa beberapa kopor kebencian. Benci pada Majalah Caixin. Sekaligus kepada bos majalah itu, Hu Shuli. Benci kepada Wang Qishan yang akan menangkapnya. Benci kepada Xi Jinping yang program pemberantasan korupsinya tidak pandang bulu.

Salah satu kopor kebencian itu ia serahkan kepada Steve Bannon. Ia penasehat masalah strategis Presiden Trump. Yang sangat anti-Tiongkok. Yang selalu mengusulkan ini: Amerika tidak usah muter-muter, langsung saja runtuhkan pemerintah pusat Tiongkok! (Baca DisWay xxxx).

Guo sudah lama mengenal Bannon. Saat menghadiri Olimpiade Beijing Bannon  juga tinggal di jembatan surga. Bannon mengaku merinding saat menyaksikan acara pembukaan olimpiade. Emosinya memuncak saat melihat adegan demi adegan di pembukaan itu. Yang ia bayangkan mengandung filsafat ancaman. Tiongkok akan segera menelan Amerika. Katanya: terbaca dari adegan itu.

Saya juga melihat pembukaan olimpiade itu. Di siaran langsung televisi. Memang dahsyat. Filosofi adegannya sangat dalam. Tentang kejayaan Tiongkok kuno. Yang akan tiba kembali untuk Tiongkok-modern.

Saya dua-tiga kali menonton lagi acara pembukaan itu. Di siaran ulangnya. Memang dahsyat. Tapi imajinasi saya tidak seperti imajinasi Bannon. Saya melihat kebangkitan Tiongkok-modern sebagai keniscayaan. Akibat penderitaannya yang tak tertahankan selama puluhan tahun. Setidaknya selama 70 tahun. Sampai tahun 1985.

Tahun 1966 adalah tipping point bagi Tiongkok. Ketika terjadi revolusi kebudayaan. Wen hua da ge ming. Ketika kelaparan melanda seluruh negeri.

Setelah lari Guo begitu sering melakukan pertemuan dengan Bannon. Membicarakan bagaimana menumbangkan pemerintah Tiongkok di bawah Xi Jinping. Bagaimana mengakhiri komunisme di negeri itu. Bagaimana Tiongkok tidak jadi ancaman bagi Amerika.

Guo juga menjadi anggota Mar-A-Lago. Sebuah istana mewah milik pribadi Presiden Trump. Di Florida. Yang ada lapangan golfnya. Yang tidak mudah untuk bisa menjadi member-nya.

Mar-A-Lago adalah ‘Gedung Putih’ di musim dingin. Ketika Gedung Putih di Washington bersalju Trump sering tinggal di Mar-A-Lago.

Begitu banyak orang bermimpi bisa ke Mar-A-Lago. Alangkah bangganya kalau sekadar bisa berfoto di sana.

Di Tiongkok ada yang menawarkan tur ke Mar-A-Lago. Tentu tidak bisa masuk. Melihat dari jauh saja. Lumayan. Dari pada hanya melihat fotonya.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook