OLEH: DAHLAN ISKAN

Pengkhianatan Konglomerat

Nasional | Senin, 10 Juni 2019 - 10:35 WIB

Pengkhianatan Konglomerat

(RIAUPOS.CO) --  Untung. Penerbangan ini  lebih dari 12 jam. Cocok untuk menulis agak panjang. Bahwa pembaca disway akan kelelahan..., ya..., minal aidin. Kan masih dalam suasana Idulfitri: mohon maaf lahir batin.

Ini tentang jembatan. Yang menghubungkan surga dan mayapada. Disebut Pan Gu Da Guan. Pemandangan yang agung. Keindahan yang tak terpermanai.

Baca Juga :God Bless

Jembatan surga itulah yang dijadikan nama sebuah superblock. Di Beijing. Salah satu tower di ‘jembatan surga’ itu difungsikan untuk hotel. Namanya: Pangu 7 Stars Hotel.

Pemilik superblock inilah yang akan jadi pemeran utama. Dalam drama panjang disway hari ini. Ada kekayaan. Tingkat tinggi. Ada pengkhianatan. Tingkat tinggi. Ada seks. Tingkat tinggi. Ada persekongkolan antar negara. Tingkat tinggi.

Nama konglomerat itu: Guo Wen Gui.

Lawan utamanya: Wang Qishan, Wakil Presiden Tiongkok saat ini. Tangan kanan dan kepercayaan Presiden Xi Jinping.

Partner mainnya: Steve Bannon, penasehat masalah-masalah strategis Donald Trump. Ia anti Tiongkok. Sampai ubun-ubun. Anti-Islam. Sampai tulang sumsum.

Lokasi drama ini: New York, Hongkong, Beijing, Shandong, Zhengzhou, Negeri Atas Angin.

Cerita awalnya sebuah kolusi. Antara pengusaha muda ambisius. Dengan pejabat daerah yang rakus.  Didukung oleh orang pusat yang haus.

Saat melakukan riset tulisan ini saya merasa beruntung. Terjawab sudah pertanyaan lama saya. Setiap kali saya ke Beijing. Setiap kali lewat dekat stadion Olimpiade 2008. Setiap kali melihat bangunan tinggi berjajar lima dekat arena Aquatic. Tidak jauh dari Stadion Bird’s Nest. Yang jadi pusat pembukaan Olimpiade Beijing 2008 itu.

Jajaran lima gedung itu diakhiri dengan satu gedung tinggi. Tingginya 39 lantai. Desain bagian atasnya -menurut saya- konyol. Tidak indah. Tidak unik. Tidak menarik.

Tapi selera saya saja yang mungkin jelek. Bagian atas gedung itu seperti pistol. Atau seperti mainan. Tapi arsiteknya ternyata punya imajinasi yang berbeda. Bagian atas gedung itu, katanya, mirip obor. Yang akan selalu menyala selama olimpiade berlangsung. Saya sama sekali tidak melihat di mana kemiripannya.

Setiap kali saya melewati jalan di sebelahnya selalu saja saya ngomel: ini pasti selera orang kaya yang asal  buang uang.

Ternyata ada imajinasi lain. Kalau lima gedung itu dilihat dari jauh. Jejeran gedung itu bisa dibayangkan seperti kereta api. Gedung obor itu lokomotifnya. Yang mengeluarkan asap dari cerobongnya. Sedang empat gedung yang lebih rendah itu seperti gerbongnya. Yang lagi ditarik oleh lokomotif berasap.

Lihat sendirilah fotonya. Yang saya ambil dari internet.

Tapi jangan remehkan gedung itu. Jangan dengar pendapat saya itu. Perancang gedung ugly ini bukan sembarang arsitek. Ia adalah Li Zuyuan. Arsitek terkemuka Taiwan. Yang merancang gedung One-O-One. Yang unik itu. Yang mengambil desain bambu itu. Gedung tertinggi di Taipei. Yang pernah jadi gedung tertinggi di dunia. Sebelum Burj Al Khalifah lahir di Dubai.

Pemilik ‘kereta api’ itulah Guo Wen Gui. Lakon utama drama ini. Bos besar dari grup konglomerat Zenith Holding. Sang bos sendiri yang memberi nama superblock itu Ban Gu Da Guan. Satu nama yang populer dalam cerita kuno. Sebagai jembatan antara surga dan bumi.

Keberhasilannya membangun super block itu berkat kedekatannya dengan Wakil Walikota Beijing: Liu Zhihua.

Terbukti. Setelah jembatan surga itu jadi sang wakil wali kota terlihat. Begitu sering ke situ. Makan di salah satu restorannya. Restoran Jepang. Yang set menu sushi termurahnya Rp3,5 juta.

Sang wakil wali kota akhirnya terjerat kasus korupsi. Dicopot. Dihukum. Ketahuan pula setiap kali ke jembatan surga itu ia bisa menghabiskan satu menu Rp10 juta. Mirip dengan makan di Ebeya di lantai bawah Ritz Carlton Pacific Place Jakarta.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook