PBNU Pilih Fikih Baru ketimbang Khilafah

Nasional | Rabu, 08 Februari 2023 - 11:20 WIB

PBNU Pilih Fikih Baru ketimbang Khilafah
Bendera NU. (INTERNET)

SURABAYA (RIAUPOS.CO) - ''Indonesia, selamat datang di abad kedua Nahdlatul Ulama. Dunia, selamat datang di abad kedua Nahdlatul Ulama. Universe, welcome to the second century of Nahdlatul Ulama,'' seru Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf. Kalimat itu diteriakkan Gus Yahya, sapaannya, saat memberikan sambutan pada resepsi puncak Hari Lahir (Harlah) 1 Abad NU di GOR Delta, Sidoarjo, Selasa (7/2).

Kalimat senada ditujukan kepada Presiden Joko Widodo, para kiai, dan nahdliyin yang memenuhi area GOR. ''Pak Jokowi dan Ibu (Iriana Jokowi, red) sugeng rawuh, selamat datang di abad kedua Nahdlatul Ulama,'' ucap Gus Yahya disambut tepuk tangan hadirin.


Dia menyampaikan, mulai kemarin NU sudah memasuki gerbang abad kedua. Dia mengajak warga nahdliyin untuk terus bekerja keras memajukan NU. Itulah cara untuk menghormati perjuangan para ulama yang mendirikan organisasi tersebut pada 16 Rajab 1344 Hijriah atau 31 Januari 1926 silam. ''Tidak ada yang lebih patut untuk kita lakukan selain syukur pada anugerah Ilahi. Dan berkhidmah dengan kerja keras dan ikhlas untuk mendapat berkah,'' ujar Gus Yahya.

Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar mengingatkan warga nahdliyin untuk memiliki mental yang kuat. Memegang teguh prinsip ahlussunnah wal jamaah. Tidak mudah dipengaruhi pihak-pihak luar. Dia meminta prinsip itu menjadi bekal nahdliyin dalam memasuki abad kedua NU.

''Siapkan diri kalian untuk menerima kebenaran dan kebaikan. Jika orang-orang baik, kalian harus baik. Dan jika mereka rusak, kalian jangan menjadi orang zalim,'' pesannya menyitir sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Tirmidzi.

PBNU juga menetapkan tekad 1 Abad NU. Deklarasi itu merupakan hasil Muktamar Internasional Fikih Peradaban yang digelar Senin (6/2) lalu di Surabaya. Dokumen terangkum dalam enam poin yang dibacakan Ketua Mustasyar PBNU KH Mustofa Bisri dalam bahasa Arab. Terjemahan dalam bahasa Indonesia dibacakan Ketua Panitia Harlah 1 Abad NU Zannuba Ariffah Chafsoh alias Yenny Wahid.

Isu krusial yang disikapi terkait pandangan sebagian kelompok Islam yang mencita-citakan penyatuan umat Islam dalam naungan negara tunggal. Yaitu, khilafah. Pendapat itu berakar pada tradisi fikih klasik. Bagaimana pandangan NU?

Alih-alih setuju dengan sikap itu, NU justru memilih jalan lain. Yenny mengatakan, NU mengajak umat Islam untuk menempuh visi baru dengan mengembangkan wacana baru tentang fikih. Yaitu, fikih yang dapat mencegah eksploitasi identitas. Menangkal penyebaran kebencian antar golongan.

Tapi, di sisi lain mendukung solidaritas, saling menghargai perbedaan manusia, budaya, dan bangsa-bangsa di dunia. ''Kami mendukung lahirnya tatanan dunia yang sungguh-sungguh adil dan harmonis,'' kata Yenny yang membacakan teks.

Tatanan yang didasarkan pada penghargaan atas hak-hak yang setara serta martabat setiap umat manusia. ''Visi seperti inilah yang justru akan mampu mewujudkan tujuan-tujuan pokok syariah,'' papar Yenny.

Dia menjelaskan, keinginan mendirikan kembali negara khilafah dinilai berbahaya saat ini. Di luar semangat untuk menyatukan umat Islam sedunia, khilafah berpotensi menimbulkan gejolak sosial. Sebab, muslim dan nonmuslim akan memiliki hubungan yang saling berhadapan. ''Sehingga NU berpandangan tidak pantas untuk diusahakan dan dijadikan sebagai aspirasi,'' beber Yenny.

Dia menyampaikan ISIS sebagai contoh kasus. Pendirian ISIS berakhir dalam kekacauan dan justru berlawanan dengan tujuan-tujuan pokok agama. Bahwa dalam syariat Islam harus menjaga lima prinsip. Yaitu, nyawa, agama, akal, keluarga, dan harta. ''Usaha mendirikan kembali negara khilafah nyata-nyata bertabrakan dengan tujuan-tujuan pokok agama,''lanjutnya.

Upaya itu bisa menimbulkan ketidakstabilan dan merusak keteraturan sosial-politik. Lebih dari itu, jika berhasil, usaha-usaha tersebut akan mengakibatkan runtuhnya sistem negara bangsa serta mengakibatkan konflik berbau kekerasan yang akan menimpa sebagian besar wilayah di dunia. Sejarah menunjukkan, kekacauan karena perang pada akhirnya akan selalu didampingi dengan penghancuran yang luas atas rumah ibadah, hilangnya nyawa manusia, hancurnya akhlak, serta tatanan keluarga.

Di sisi lain, lembaga multilateral seperti PBB berikut piagamnya dinilai masih menjadi dasar paling kukuh untuk mengembangkan fikih baru. Piagam PBB dimaksudkan sejak awal untuk mengakhiri perang yang amat mendesak. Tapi, NU menilai PBB belum sempurna dan harus berbenah. ''Ini penting guna menegakkan masa depan peradaban umat manusia yang damai dan harmonis,'' tandas Yenny.

Presiden Joko Widodo hadir dalam resepsi 1 Abad NU. Pada kesempatan itu, Jokowi meyakini bahwa NU tumbuh dan mampu menjadi teladan dalam keberislaman yang moderat. Sebagai organisasi Islam terbesar di dunia, NU layak berkontribusi bagi masyarakat internasional. ''Pemerintah sangat menghargai upaya PBNU untuk ikut membangun peradaban dunia yang lebih baik dan lebih mulia,'' katanya.

Jokowi memandang NU sebagai organisasi yang mampu menjaga ketahanan masyarakat dalam menghadapi berbagai tantangan dunia. Karena itu, Jokowi mendorong NU untuk tetap menjadi garda terdepan dalam membaca gerak zaman yang terus mengalami perubahan. ''NU harus terdepan dalam membaca perkembangan teknologi dan transformasi ekonomi serta menjaga tatanan sosial yang adil dan beradab,'' ujar Jokowi.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu berharap lembaga pendidikan NU dapat mempersiapkan para nahdliyin muda yang mampu beradaptasi dan menjawab tantangan global. Di samping itu, para generasi muda harus dirangkul agar tradisi dan adab keislaman tetap mengakar kuat di dalam diri mereka. ''Saya juga berharap NU merangkul dan memberi perhatian serius kepada generasi muda agar tetap mengakar kuat kepada tradisi dan adab ahlussunnah wal jamaah. Terus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,'' ucap Jokowi.

Sementara itu, Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengucapkan selamat merayakan usia kesatu abad untuk NU. Dia mengatakan saat ini NU memasuki masa baru. Dia menegaskan NU harus bertransformasi dan adaptif sesuai perkembangan zaman.

Ma’ruf yang juga sebagai mustasyar PBNU itu mengatakan, perubahan zaman diiringi dengan aneka tantangan. Baginya budaya transformasi dan adaptasi sejatinya sudah berjalan di NU. Sejak berdiri hingga saat ini, NU terus bertransformasi. Kondisi itu bisa dilihat dari kontribusi yang diberikan para tokoh atau kiai NU.

''Dimulai dari upaya mempertahankan NKRI lewat peristiwa pengusiran penjajah,'' katanya, Selasa (7/2). Bagi Ma’ruf hingga kini NU turut berkiprah dalam mengisi pembangunan. Kemudian NU juga menjadi mitra yang andal bagi pemerintah. Kontribusi tersebut harus terus dilanjutkan oleh warga NU saat ini.

Ma’ruf lantas menyampaikan tiga aspek tantangan zaman yang dihadapi NU saat ini. Yaitu aspek individu, bangsa dan negara, serta dunia secara keseluruhan. ''Mari kita lanjutkan upaya ishlahul ummah (memperbaiki umat), ishlahul wathan (memperbaiki bangsa dan negara), wal ishlahul alam (memperbaiki dunia),'' terangnya.

Ma’ruf berharap agar warga NU dapat terus berkontribusi aktif dalam menjadikan Indonesia sebagai negeri yang mengumpulkan kebaikan dari alam dan kebaikan perilaku penduduknya. Dia juga mendoakan seluruh pimpinan dan segenap warga NU tetap sehat, semangat, amanah, serta istiqomah, bersama-sama memajukan dan menjadikan Indonesia baldatun tayyibatun warabbun ghafur.

Sementata itu, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPANRB) Abdullah Azwar Anas turut menyampaikan ucapan selamat hari lahir Nahdlatul Ulama yang ke-100 tahun. Ia mendoakan, agar Indonesia dan NU dilimpahan rahmat. ''In sya Allah NU semakin digdaya, di mana kedigdayaannya itu didedikasikan untuk peradaban dunia,'' ujarnya.

Menurut mantan ketua umum Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) itu, perjalanan satu abad NU jadi bukti nyata bahwa jamiyah ini didirikan oleh para muassis NU semata demi negeri. Buktinya, NU tak pernah sekali pun absen hadir membersamai negeri.

Anas mengatakan, sesuai sambutan presiden saat Resepsi Puncak Satu Abad NU, organisasi yang didirikan KH Hasyim Asyari ini telah memberikan warna yang luar biasa untuk Ibu Pertiwi dengan memperkuat nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan, keislaman dan kebangsaan, persatuan dan kesatuan, serta kerukunan dalam keberagaman. Yang ke depannya akan menguasai sains dan teknologi melalui nahdliyin-nahdliyin muda.

Penguasaan dunia digital tersebut pun diyakininya akan turut mendorong kesuksesan transformasi pelayanan publik berbasis digital yang tengah dikebut pemerintah. ''Saya juga melihat, kini semakin banyak anak muda NU yang menguasai dunia digital, bukan hanya soal media sosial, tapi juga beragam dimensi teknologi informasi lainnya,'' tuturnya.

Selain itu, lanjut dia, PBNU dapat membantu mendorong pemberdayaan ekonomi umat kedepan. Di mana, hal ini dilakukan dengan tetap fokus dan membumi pada tradisi Nusantara dan kukuh pada penyebaran moderasi beragama. Diakuinya, ada tantangan besar yang bakal dihadapi. Yakni, bonus demografi yang tengah disiapkan oleh pemerintah.(mar/lyn/wan/mia/c19/oni/jpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook