JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Dampak buruk krisis global berdampak kenaikan inflasi di sejumlah negara. Khususnya, Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) mengingatkan pengusaha untuk cermat memilih sasaran ekspor. GPEI menyebutkan, wilayah Asia Tenggara mempunyai potensi yang tak kalah menjanjikan.
"Tantangan ekspor kita ke pasar AS dan Eropa adalah komoditi manufaktur, serta untuk mengantisipasinya dengan mulai mengalihkan negara yang kita impor dan ekspor," ujar Ketua Umum GPEI Benny Soetrisno.
Menurut Benny, kondisi global yang demikian berpotensi mengurangi volume ekspor Indonesia hingga tutup tahun nanti. Untuk saat ini, lanjut dia, para eksportir masih terus memonitor dan meraba-raba upaya antisipasi apa saja yang dapat ditempuh supaya bisa terhindar dari dampak krisis ekonomi global. Di samping itu, para ekspotir juga berharap pemerintah mampu memperbaiki kinerja logistik sehingga biaya pengiriman barang dapat ditekan. "Kami ingin pemerintah bisa mengurangi aturan-aturan yang selama ini justru menjadi penghambat kinerja ekspor Indonesia," ujarnya.
Sementara itu, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan meminta para eksportir meningkatkan daya saing. Caranya melalui peningkatan kualitas produk dan jangkauan pasar untuk menghadapi tantangan perdagangan dunia.
"Indonesia dinilai sebagai bagian penting dari perdagangan global," tuturnya.
Periode Januari-Agustus, neraca perdagangan RI mencetak surplus sebesar 34,92 miliar dolar AS. Selain itu, total ekspor nonmigas naik sebesar 35,24 persen dari tahun sebelumnya pada periode yang sama.
"Fundamental ekonomi dan perdagangan yang kuat harus terus kita jaga. Hal itu dapat dilakukan dengan adanya semangat kolaborasi yang baik antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta seluruh pemangku kepentingan di sektor perdagangan," ujarnya, Kamis (6/10).(dee/agf/jpg)
