JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan, kecemasan pemerintah terhadap kemungkinan terjadinya efek ping-pong sangat wajar. Pasalnya, jika hal itu terjadi, maka skenario ekonomi terburuk pun sangat mungkin terjadi.
"Bukan hanya ping-pong, lambannya respons kebijakan berujung pada katastropi ekonomi. Bencana ekonomi yang lebih dalam dari '98 maupun 2008'," ujarnya kepada JawaPos.com, Kamis (7/5).
Bhima mengatakan, kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di ibu kota pun terlambat dilakukan. Sebab, saat kebijakan ini diambil sebagian masyarakat sudah terlanjur keluar Jakarta.
Ditambah lagi kebijakan larangan mudik yang terlambat dikeluarkan. Masyarakat yang kemungkinan membawa virus sudah menyebar ke berbagai daerah.
Terlihat, terjadi lonjakan kasus Covid-19 di luar Jakarta. "Ada gelombang pengungsian yang didorong oleh hilangnya pendapatan dan PHK massal. Gelombang ini berjalan tanpa bisa dicegah pemerintah," ucapnya.
Imbasnya, imbuh Bhima, penyebaran Covid-19 di daerah memaksa pemerintah daerah untuk melakukan hal yang sama seperti Jakarta. "Ritel tutup, warung UMKM tutup, dan aktivitas ekonomi nyaris mati suri," tukasnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi