JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Harmoko, mantan Menteri Penerangan era Presiden Soeharto mengembuskan napas terakhir di RSPAD Gatot Soebroto sekitar pukul 20.22, malam tadi (4/7). Dia dianggap sebagai legenda yang pernah ada.
Sebelum meninggal dunia, politikus kelahiran Patihanrowo, Nganjuk itu sudah mulai sakit-sakitan sejak beberapa tahun lalu. Kondisi kesehatannya semakin menurun sejak Mei lalu.
Mantan wartawan itu wafat dalam usia 82 tahun.
Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Nurul Arifin mengatakan, pihaknya berduka atas wafatnya Harmoko. Menurutnya, Harmoko adalah tokoh bangsa. Dia merupakan salah satu kader terbaik yang pernah dimiliki Partai Golkar. Nurul mengatakan, Harmoko adalah sosok yang rendah hati dan berwawasan luas, karena latar belakang kewartawanannya. Dia juga dikenal sebagai tokoh yang sangat memegang teguh budaya Jawa.
"Pak Harmoko adalah legenda yang pernah ada. Semoga almarhum husnul khotimah," ucapnya.
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengatakan, sebelum meninggal dunia, Harmoko memang sudah sakit sejak beberapa tahun lalu. Namun, semangat hidupnya luar biasa. Dia masih rajin hadir di acara-acara besar Partai Golkar, walaupun harus duduk di kursi roda.
Menurut Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar itu, Harmoko adalah politikus senior, guru sekaligus panutan banyak kader Partai Golkar. Banyak jabatan penting yang pernah dipegangnya semasa Orde Baru. " Pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan Indonesia, Ketua MPR pada masa pemerintahan B.J Habibie. Perjalanan hidupnya luar biasa," terangnya.
Di era Harmoko, kata Bamsoet, harga-harga keperluan pokok rakyat terkendali, karena selalu diumumkan. Bahkan, Harmoko setiap hari muncul di televisi mengumumkan harga-harga keperluan pokok rakyat, seperti harga cabai keriting, beras, minyak, dan lain-lain untuk mencegah para spekulan bermain.
"Jujur, kami semua merasa kehilangan," tutur Bamsoet.
Kiprah Harmoko tak bisa dilepaskan dari Golongan Karya. Harmoko pernah menjadi Ketua Umum Golkar pada tahun 1993-1998. Itu adalah saat terakhir Golkar menuju era reformasi, yang kemudian berubah nama menjadi Partai Golkar. Selama aktif di Beringin, Harmoko pun pernah menduduki posisi penting di parlemen. Yakni, menjabat sebagai Ketua MPR sekaligus Ketua DPR pada tahun 1997-1999. (lum/jpg)