JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Teriakan kekurangan suplai oksigen kembali terdengar dari fasilitas kesehatan. Kali ini datang dari RSUP dr Sardjito di DI Jogjakarta. Kejadian tersebut terungkap setelah surat yang ditandatangani Direktur Utama RSUP Sardjito dr Rukmono Siswishanto SpOG bocor ke publik pada Sabtu lalu (3/7).
Dalam surat tersebut dinyatakan bahwa ada kendala pasokan oksigen. Sementara pasukan oksigen di rumah sakit tersebut akan habis pada Sabtu pukul 18.00. Hingga berita ini ditulis, pihak rumah sakit belum merespons penyebab krisis oksigen tersebut. Ternyata kekurangan oksigen tak hanya terjadi di RSUP dr Sardjito.
Kekurangan oksigen di Jogjakarta benar-benar mengkhawatirkan. Seperti yang dialami Koordinator Kampung Tanggap Bencana (KTB) Kampung Tegalmulyo, Pakuncen, Wirobrajan, Jogjakarta Herman Kurniawan. Dia berkeliling Jogjakarta untuk mencari oksigen demi warga yang terkena Covid 19. ”Posisinya warga bernama Pak Seno ini ditolak rumah sakit pada Senin (28/6),” tuturnya.
Karena itu, warga tersebut terpaksa isolasi mandiri kendati saturasi oksigennya hanya 70. Karena itu untuk keperluan perawatan KTB mencarikan oksigen. Sayangnya, ketersediaan oksigen di Jogjakarta sangat kritis.
”Saya berkeliling ke enam tempat baru dapat,” paparnya.
Dia mengatakan, dapat oksigen itu pun juga hanya satu tabung, dari keperluan tiga tabung oksigen. Karena memang tidak ada oksigen lagi, tentunya tidak bisa berbuat apa-apa.
”Satu tabung oksigen itu pun yang terakhir di toko itu,” jelasnya.
Bahkan, pemilik toko juga memperlihatkan tabung-tabung oksigen yang dimilikinya. Semuanya kosong tanpa oksigen. ”Jadi ya habis, setelah saya beli,” tuturnya dihubungi Jawa Pos (JPG), kemarin.
Menurutnya, warga tersebut akhirnya berupaya mencari rumah sakit pada Ahad (4/7). Sayangnya, kendati telah berkeliling ke lima rumah sakit, semuanya menolak. ”Karena memang tidak ada tempat tiduran tempat merawat lagi,” ujarnya.
Dia menuturkan, saat ini masih berupaya untuk berkoordinasi dengan sejumla pihak agar bisa mendapatkan shelter perawatan. ”Masih coba saya hubungi,” paparnya.
Memang kesulitan untuk mendapatkan oksigen sudah terasa sejak beberapa minggu lalu. Dia menuturkan, pernahuga mencarikan oksigen untuk warga lainnya. Berkelili ke tiga tempat baru dapat oksigennya. ”Makin sedikit ketersediaan oksigen,” tuturnya.
Terkait habisnya persediaan oksigen yang menyebabkan puluhan kematian di RSUP Dr Sardjito, Komisi IX DPR menilai Kementerian Kesehatan harus bertanggung jawab. Apalagi pihak rumah sakit rujukan utama di Provinsi Daerah Istimewa Jogjakarta itu sudah menyampaikan surat permohonan bantuan ke Kemenkes sejak Sabtu lalu (3/7).
Wakil Ketua Komisi IX DPR Emanuel Melkiades Laka Lena menegaskan bahwa pemberitahuan tentang habisnya persediaan oksigen di RSUP tersebut seharusnya menjadi perhatian Kemenkes selaku pengambil kebijakan.
“Ini yang harus bertanggung jawab (adalah) Kemenkes RI terhadap kematian 63 pasien di RS Sardjito,” ungkapnya, Ahad (4/7).
Kematian 63 pasien ini, lanjut dia, bukan hal biasa dan harus dilihat sebagai kelalaian, sehingga kasus itu perlu diusut untuk memastikan akar permasalahannya. “RS Sardjito itu rujukan nasional untuk penanganan Covid-19, tidak masuk akan sampai mereka berteriak tidak ada oksigen,” tegas politikus Golkar tersebut.
Melki berharap agar kejadian ini juga menjadi evaluasi bagi Kemenkes agar bergerak lebih cepat dalam hal ketersediaan oksigen di rumah sakit-rumah sakit besar, khususnya yang menjadi rujukan utama Covid-19 di daerah-daerah dengan kasus tinggi. Melki juga menyarankan agar Kemenkes meningkatkan kerja sama dengan Kementerian Perindustrian dan pihak-pihak terkait agar memprioritaskan pengadaan tabung oksigen.