Selain itu, lanjut dia, kebijakan membuka sekolah kembali bukan dilakukan dengan serta-merta. Tapi, melalui banyak pertimbangan.sekolah harus memenuhi daftar periksa yang sudah diamanatkan dalam SKB empat Menteri. Di mana, daftar periksa ini disusun oelh banyak pihak, mulai dari Kemendikbudristek, satgas Covid-19, dan Kementerian Kesehatan. Sehingga, parameter yang harus dipenuhi sudah memenuhi standar keamanan untuk menghindari penularan COVID-19 di sekolah.
"Ada daftar periksa yang harus diisi sekolah. Kalau daftar belum terpenuhi maka tentu sekolah tidak bisa melaksanakan PTM terbatas," kata dia.
Selain itu, PTM dimulai ketika vaksinasi Covid-19 bagi para pendidik telah dilaksanakan. Diakuinya, target vaksinasi untuk tenaga kependidikan meleset dari rencana awal. Yang tadinya direncanakan rampung Juni, ternyata belum mencapai 100 peren hingga kini. Pihaknya pun sudah berkomunikasi dengan kemenkes guna mempercepat proses vaksinasi bagi tenaga kependidikan ini.
"Kemenkes sudah terbitkan surat edaran agar Pemda memprioritaskan vaksinasi pada guru dan pendidik," ujarnya.
Guru besar FKUI Tjandra Yoga Aditama mengatakan ketika muncul klaster sekolah, maka sekolah tersebut harus ditutup sementara.
"Bukan hanya dihentikan, tetapi semua yang kontak harus ditest untuk tahu ada penularan berkelanjutan atau tidak," katanya.
Tjandra mengatakan dari sudut kesehatan masyarakat, dia berharap perlindungan dalam kegiatan PTM terbatas dilakukan secara maksimal. Dia menyampaikan ada lima hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan PTM terbatas. Yaitu kegiatan vaksinasi, protokol kesehatan dengan sangat ketat, jaminan pemeriksaan atau tes secepatnya jika ada keluhan, serta jaminan keamanan pergi dan pulang sekolah.
"Segera tutup sementara kalau ada yang positif (Covid-19, red) dan lakukan telusur maksimal," jelasnya.
Dia mengatakan terhadap kejadian klaster sekolah, ada sejumlah titik resiko penularan. Di antaranya adalah dari dalam lingkungan sekolah itu sendiri. Kemudian bisa juga dari sepanjang rute perjalanan anak-anak dari rumah ke sekolah sampai pulang lagi ke rumah.
Selain itu penularan Covid-19 di sekolah juga bisa dari guru, tenaga kependidikan, serta murid itu sendiri. Para murid bisa juga tertular dari rumah atau lingkungan rumah. Kemudian dibawa ke sekolah. Dia mengatakan selama anak-anak di rumah, tentu mereka beraktivitas di lingkungannya. Jadi sulit untuk dikendalikan anak-anak yang kembali menjalani PTM hanya beraktivitas di rumah dan sekolah saja.(mia/tau/wan/jpg)