ELEKTABILITAS MASIH TINGGI

Bagaimana jika Pilpres 2019 Jokowi Vs Prabowo Lagi? Kata Pengamat...

Nasional | Minggu, 03 September 2017 - 00:00 WIB

Bagaimana jika Pilpres 2019 Jokowi Vs Prabowo Lagi? Kata Pengamat...
Joko Widodo dan Prabowo Subianto. (JPG)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Krisis kepemimpinan akan diperkirakan terjadi di Indonesia jika hanya Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto yang menjadi calon presiden yang akan bertarung di Pilpres 2019. 

Menurut pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro‎, jika hal itu terjadi, tentu sangat tidak baik bagi negara demokrasi. Sebab, kata dia, sejatinya ada namau -nama lain yang perlu didorong oleh partai politik (parpol).

"Kalau ada calon lagi selain mereka, Indonesia tidak krisis kepemimpinan," katanya kepada JawaPos.com, Sabtu (9/2/2017).
Baca Juga :MAKI Bakal Gugat ke PTUN, jika Firli Bahuri Tak Diberhentikan Tidak dengan Hormat dari KPK

Ditambahkan perempuan perempuan yang akrab disapa Wiwiek itu, apabila ada calon lain yang maju di Pilpres selain Prabowo dan Jokowi, hal itu baik dalam demokrasi. Pasalnya,  masyarakat akan diberikan banyak pilihan dalam memilih calon pemimpin Indonesia.

"Masyarakat diberikan pilihan lain. Masa’ 72 tahun merdeka pilihannya cuma itu-itu saja," tutur wanita kelahiran Blitar, Jawa Timur itu.

Di sisi lain, terkait Jokowi yang disebut akan berpotensi dua periode lantaran tingginya elektabilitasnya mantan walikota Surakarta itu, dia hanya berpendapat hal tersebut hanyalah sebuah persepsi.

Kata dia lagi, persepsi itu timbul karena tidak ada calon yang mendeklrasikan diri untuk bersaing. Misalnya, imbuhnya, Fauzi Bowo saat Pilgub DKI 2012 lalu. Kala itu, dia digadang-gadang akan menjadi Gubernur DKI dua periode. Akan tetapi, nyatanya kalah dengan Jokowi.

Selanjutnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang disebut-sebut menjadi kuda hitam yang mampu mengalahkan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Pilgub DKI, kenyataanya kalah. Bahkan, AHY tidak masuk dalam putaran kedua.

"(Jokowi dua putaran) itu hanya asumsi saja yang selalu dikeluarkan. Jadi, jangan mengukur elektabilitas apabila petahana dan lawan belum dikontestasikan," tuntasnya. (cr2)

Sumber: JPG
Editor: Boy Riza Utama









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook