JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun ini memang terjadi saat pandemi Covid-19 sedang melanda seluruh dunia. Meskipun demikian, pandemi justru menumbuhkan harapan baru di bidang pendidikan.
Menurut Presiden Joko Widodo, pandemi ini telah memberikan begitu banyak pelajaran. Tidak hanya tentang bagaimana memutus mata rantai penularan, namun juga pelajaran tentang bagaimana agar para siswa tetap bisa mengenyam pendidikan. ’’Dan bagaimana sekolah-sekolah berkreasi memanfaatkan teknologi dalam proses belajar mengajar,’’ terangnya melalui akun media sosial resminya.
Sebagaimana diketahui, sejak kegiatan belajar dilakukan dari rumah, sudah banyak sekolah yang berkreasi agar para siswa tidak ketinggalan pelajaran. Cara utama yang ditempuh adalah dengan menggunakan kelas daring. Sementara di pelosok, bahkan ada guru yang rela datang ke rumah-rumah siswa untuk mengajarinya secara langsung karena siswa tidak memiliki akses teknologi.
Upacara bendera rutin dalam rangka peringatan Hardiknas pun tak digelar tahun ini. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) selaku panitia peringatan Hardiknas Tahun 2020 telah mengeluarkan pedoman penyelenggaraan Hardiknas 2020. Dalam pedoman tersebut, Kemendikbud meniadakan penyelenggaraan upacara bendera yang umumnya dilakukan satuan pendidikan, kantor kementerian/lembaga/pemerintah daerah, serta perwakilan Pemerintah Republik Indonesia di luar negeri sebagai bentuk pencegahan penyebaran Covid-19. Upacara hanya dilakukan terpusat di halaman Kantor Kemendikbud, Jakarta, Sabtu (2/5) pagi. Itu pun, dihadiri undangan terbatas.
Sebagai Pembina Upacara, Mendikbud Nadiem Makarim hadir melalui tayangan telekonferensi dari kediamannya. Meski demikian, tak sedikit pun mengurangi kekhidmatan upacara yang diselenggarakan di tengah gerimis.
Sesuai dengan tema Hardiknas 2020, yaitu Belajar dari Covid-19, Mendikbud mengajak seluruh insan pendidikan di Tanah Air mengambil hikmah dan pembelajaran dari krisis Covid-19. Misalnya, melalui situasi saat ini, untuk pertama kalinya guru-guru melakukan pembelajaran melalui daring/online dengan menggunakan tools/perangkat baru. Mereka juga menyadari bahwa sebenarnya pembelajaran bisa terjadi di manapun. Begitu juga dengan orangtua, untuk pertama kalinya menyadari betapa sulitnya tugas guru untuk bisa mengajar anak secara efektif. Sehingga turut menimbulkan empati kepada guru yang tadinya mungkin belum ada.
Selain itu, guru, siswa, dan orangtua sekarang menyadari bahwa pendidikan itu bukan sesuatu yang hanya bisa dilakukan di sekolah saja. Di mana, pendidikan akan efektif jika terjadi kolaborasi yang baik antara tiga unsur tersebut.
”Dari krisis ini kita mendapatkan banyak sekali hikmah dan pembelajaran yang bisa kita terapkan saat ini dan setelahnya,” ujarnya. Salah satunya, terkait inovasi di dunia pendidikan. Dia mengajak kepada seluruh pemangku kepentingan pendidikan untuk selalu berinovasi terutama di tengah pandemi Covid-19. Diakuinya, belajar memang tidak selalu mudah namun saat ini waktu yang tepat untuk mulai melakukan berbagai eksperimen. ”Inilah saatnya kita mendengarkan hati nurani dan belajar dari Covid-19,” sambungnya.
Di samping itu, melalui krisis Covid-19, Mendikbud juga menyampaikan agar masyarakat dapat memetik hikmah tentang betapa pentingnya kesehatan, kebersihan, serta norma-norma kemanusiaan di dalam masyarakat. Empati dan solidaritas ini yang kemudian harus dikembangkan. Bukan hanya di masa krisis ini, tetapi juga di saat krisis ini telah berlalu.
Di akhir pidatonya, Mendikbud berterima kasih kepada seluruh masyarakat Indonesia khususnya para insan pendidikan yang telah mengikuti arahan Presiden Joko Widodo. Yakni untuk selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta tetap belajar, bekerja, dan beribadah di rumah saja. “Semoga kita semua diberikan kesehatan, kekuatan, dan semangat agar bisa melalui masa sulit ini,” harap Mendikbud.
Plt Dirjen PAUD Dikdasmen Kemendikbud Hamid Muhammad mengatakan, prinsip utama pembelajaran dari rumah adalah komunikasi yang baik antara guru, orangtua, dan siswa. Guru harus bisa berinovasi agar siswa tidak jenuh dalam belajar. ’’Pembelajaran di rumah hendaknya bisa membuat mereka (siswa) merasa senang,’’ ujarnya di Greaha BNPB, kemarin.
Yang perlu perhatian lebih adalah koordinasi antarguru di level SMP dan SMA. Karena masing-masing guru mengampu satu mata pelajaran. Bila semuanya memberikan tugas dalam waktu bersamaan, siswa akan merasa berat. ’’Mohon melakukan koordinasi agar tidak membebani anak-anak kita dengan beban yang berat,’’ lanjutnya.(mia/jpg)