NASIB DUNIA OLAHRAGA

Maju Kena, Mundur Kena

Liputan Khusus | Sabtu, 10 April 2021 - 09:33 WIB

Maju Kena, Mundur Kena

Dana Bantuan
Terkait nasib atlet Riau apakah ada bantuan yang diberikan akibat pandemi ini, Emrizal menyebut KONI selalu memperhatikan para atlet dengan memberikan bantuan. KONI ada dana bantuan pembinaan atlet. Dana ini diberikan setiap bulan. Selama Covid-19, itu tetap dijalankan sesuai dengan prestasi yang mereka miliki.

"Misalnya ada prestasi mereka medali emas pra-PON, kita hargai Rp3,5 juta. Setiap bulan mereka terima. Lain lagi perak, lain lagi perunggu," ujarnya.


Dalam PON mendatang, tambahnya tidak ada pengurangan cabor untuk Riau. Cabor yang dipertandingkan 37, Riau di 27 cabor. Ada 10 cabor yang Riau tidak ikut. Hal ni dikarenakan selain karena kita tidak lolos seleksi, juga dikarenakan Riau tidak punya atlet dan pengprov cabor tersebut.

"Misalnya hand ball. Itu dipertandingkan, tapi kita belum punya atlet dan pengprovnya," ujarnya lagi.

Dari 27 cabor yang akan diikuti Riau tersebut sekarang bertambah pula menjadi 29. Mengapa? Karena ada satu cabor dulu menggabung tiga olahraga. Ada angkat berat, besi dan binaraga. Sekarang cabor itu menjadi satu-satu dan pengprovnya pun beda-beda. Jadi akhirnya Riau ikut 29 cabor, sedangkan secara keseluruhan, total yang dipertandingkan di PON mendatang menjadi 39 cabor.

Terkait target, Emrizal menyebut Riau menargetkan  tetap dalam 10 besar. Hanya saja, kalau dibandingkan PON di Jabar, pihaknya berusaha agar medali emas yang diraih dalam PON di Papua ini lebih banyak lagi.

Riau sendiri meloloskan sebanyak 174 atlet. Ada memang beberapa atlet yang indisipliner. Mereka dalam beberapa waktu terakhir ini sudah tidak latihan lagi. Diminta pelatih untuk latihan, ternyata dia tidak latihan. Yang seperti itu dilakukan penggantian-penggantian.

"Cuma saya ingatkan kepada cabornya agar penggantinya harus lebih baik dari yang diganti. Ini penting agar target-target yang kita tetapkan bisa dicapai dengan maksimal," ujarnya.

Berlatih Sendiri
Ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Kabupaten Kampar M Salim SPd MPd menjelaskan bahwa saat ini tidak ada pertandingan, karena untuk menyelenggarakan pertandingan memerlukan izin yang ketat dari tim Covid-19.

"Jika akan menyelenggarakan pertandingan harus memenuhi protokol kesehatan. Saat ini belum bisa menyenggarakan pertandingan," ujar M Salim.

M Salim menjelaskan bahwa tahun 2017 lalu Kampar pernah meraih 9 emas. Saat itu juara umum. Untuk PON di Papua nanti, akan ada atlet Kampar yang mewakili Riau. Untuk sementara ini di masa pandemi, mereka akan berlatih sendiri-sendiri. Sebab di masa Covid-19 segalanya harus memenuhi protokol kesehatan.  "Latihan mandiri inilah yang diperlukan saat ini. Masing-masing atlet harus berlatih. Perlu diketahui di Kampar ini banyak perguruan silat, ada 20 perguruan silat. Ini merupakan potensi silat di Riau," ujarnya.

Diharapkan pada semua unsur, mulai dari peserta, pelatih dan pengurus di perguruan silat serius atau fokus berlatih dalam rangka meraih kemenangan di Porprov Riau tahun 2022 di Kuantan Singingi nantinya.

PSPS Vakum
Akibat pandemi Covid-19, tim sepakbola kebanggaan masyarakat Riau PSPS masih vakum. Tidak ada pertandingan, tidak ada latihan. Bahkan hingga saat ini, tim PSPS masih dalam kondisi vakum alias bubar. Tentu tidak pengurusnya. Hanya timnya yang bubar. Sudah setahun tim PSPS bubar. Sebenarnya, Oktober 2020 lalu, setelah beberapa bulan vakum pertandingan, sempat ada wacana akan dibuat Liga 2. Hanya saja Liga 2 batal terlaksana.

"Sejak saat itu tim bubar sampai saat ini. Tidak ada kontrak dengan pelatih dan pemain," ujar Humas PSPS M Teza Taufik.

Bahkan ketika di televisi sudah mulai ada pertandingan Piala Kemenpora yang kemudian direncanakan akan dilanjutkan dengan Liga 1, lalu Liga 2, PSPS belum ada persiapan. Sebab, sebelumnya pernah ada wacana akan ada liga, tapi ternyata tidak jadi. Manajemen PSPS menunggu kepastian terlebih dahulu dari PSSI. Sebab, Piala Kemenpora memang akan menjadi acuan. Jika sesuai protokol kesehatan, maka akan dilanjutkan dengan Liga 1, lalu Liga 2. Tapi jika tidak, akan dapat menimbulkan klaster baru Covid-19, maka kemungkinan Liga 1 akan ditunda lagi. Begitu juga Liga 2, tempat PSPS kini berkompetisi.

"Kami tidak mau dua kali di-PHP (pemberian harapan palsu, red)," ujar Teza.

Memang ada rencana yang beredar Liga 2 digelar pada Juni 2021 mendatang. Tapi itu juga belum pasti. Masih menunggu izin Polri dan Satgas Covid-19. Setelah pasti, barulah rencananya akan dibentuk tim. Pelatih dan pemain akan kembali dipanggil. Atau dicari yang baru. Para pemain sendiri sejauh ini dibebaskan, apakah mau bergabung kembali atau pindah. Begitu juga pelatih. Kenyataannya, ada yang masih bertahan dan menunggu dan ada yang pindah. Pelatih PSPS sebelumnya, Raja Isa, misalnya, memilih pindah dan jadi pelatih di Bangladesh. Beberapa pemain ada yang memilih bergabung dengan klub lain. Bahkan ada yang sedang main di piala Kemenpora dari klub Persikabo. Yang lainnya mulai bergerak pindah. Misalnya Yudi Aditya yang mulai prakontrak dengan PSMS Medan.

"Kami tak akan tahan jika ada yang mau pindah. Tapi kebanyakan pemain kita ini lokal Riau. Jadi masih banyak bertahan," ujar Teza.

Tiga Naga Tetap Latihan
Berbeda dengan PSPS, tim Liga 2 lainnya, Tiga Naga tetap melakukan latihan di tengah kondisi pandemi Covid-19. Tiga Naga memang berbeda dengan PSPS karena sifatnya berbasis akademi. Ada tim U-16 lima belas pemain, U-18 dua belas pemain, U-20 delapan pemain dan tim senior 26 pemain. Karena basisnya akademi, maka mereka masih latihan. Terutama tim akademinya.

"Pada tim senior memang belum semua ikut latihan. Ada sepuluh pemain yang tak latihan karena liga belum mulai. Kami tak paksakan," ujar Manajer Tiga Naga, Hidayat.

Pihaknya juga sudah mengetahui rencana Liga 2 yang akan digelar akhir Juni 2021. Hanya saja, semuanya masih menunggu izin dari kepolisian. Sementara menunggu liga bergulir, tim ini tetap melakukan latihan. Bahkan juga melakukan latih tanding dengan beberapa tim lokal di Pekanbaru.

Jangan Paksakan Berolahraga di Masa Pandemi
Berolahraga sekarang memang dilema. Covid-19 pun mengubah cara olahraga. Bahkan ada anjuran menghentikannya, terutama jika tak bisa menghindari kerumunan. Dr Miftah Azrin SPKO, dokter atlet PSPS Riau mengatakan, berolahraga yang aman dapat dilakukan di luar rumah. Tentu tidak boleh terlalu intens dengan keramaian dan terlalu jauh dari lingkungan. Selanjutnya adalah bijak memilih waktu olahraga yang tepat. Misalnya ketika jumlah orang sekitar masih sedikit, salah satunya di pagi hari. Aspek lainnya adalah memilih lokasi yang relatif tidak terlalu ramai, serta menjaga jarak yang cukup satu sama lain.

Ia menyebutkan, hal terpenting yang tidak boleh dilupakan adalah menggunakan masker. Memang awalnya, penggunaan masker dinilai akan menyulitkan untuk bernapas karena membatasi aliran oksigen masuk ke dalam tubuh, sehingga berpotensi mengurangi manfaat olahraga. Meski demikian, ada beberapa cara agar bisa tetap nyaman berolahraga menggunakan masker. Ia menyarankan, masker tetap dipakai dan ditarik ke dagu saat berolahraga. Dengan begitu, jika melihat seseorang mendekat atau memasuki area sedikit lebih ramai, maka dapat menarik masker dan hanya menyentuh permukaan luarnya saja.

"Intensitas olahraga yang dilakukan tidak boleh terlalu berat. Kalau pun harus berat yang dilakukan tidak di tempat umum. Sehingga kita terhindar dari virus corona," ujar dr Miftah.(gem/jrr/muh/ksm/ted)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook