Bela diri sambo merupakan gabungan antara judo, gulat, dan beberapa bela diri lainnya, termasuk karate dan juijitsu. Bisa dikatakan judo mencapai 80 %, sementara gulat 15-18 % dan sisanya bela diri lain. Di Indonesia, ada dua jenis yang populer, yakni sport dan combat.
“Kalau di luar negeri lebih banyak lagi yang digunakan, misalnya beach sambo yang dilaksanakan di pasir pantai,” tambah Sekretaris Umum Persambi Riau, Budi Kurniawan Datuk Rajo Mangkuto.
Dalam sambo, teknik sport tidak menggunakan pukulan dan tendangan, melainkan hanya bantingan dan kuncian. Sementara combat boleh menggunakan pukulan dan tendangan bahkan menggunakan kepala. Tekniknya mirip dengan tarung bebas atau mixed martial arts (MMA).
Akan tetapi, dalam pertandingan sambo gaya combat ini sangat aman. Sedikit saja berdarah, maka pertandingan dihentikan. Tentu beda dengan MMA yang minim alat keselamatan dan berdarah-darah menjadi hal biasa. Sambo tidak begitu.
“Bahkan jika ada yang cedera, justru wasit yang disalahkan karena tidak segera menghentikan pertarungan,” ujar Budi yang juga wasit bersertifikat Nasional sambo ini.
Selama pertarungan, para fighter diharuskan memakai beberapa alat pengaman. Mulai dari pengaman kepala (helm khusus), pengaman gigi, sarung tangan, pengaman kemaluan, pengaman tulang kering atau deker sekaligus kaos kaki, dan sepatu.
“Tapi kalau yang sport hanya perlu pengaman gigi dan pengaman kemaluan saja. Sebab tidak ada pukulan, hanya ada bantingan dan kuncian,” ujar Budi.
Dalam sambo, seragam petarung juga mirip antara gabungan judo dan gulat. Bajunya mirip baju judo, memakai lengan panjang dan menggunakan sabuk. Sementara celananya menggunakan celana pendek ketat, mirip celana gulat.
Baju mirip judo ini digunakan untuk membanting. Sementara celana pendek agar pertarungan kuncian di bawah bisa lebih leluasa. Biasanya, para petarung menggunakan pakaian berwarna merah dan biru. Matrasnya berbentuk bundar, dipimpin seorang wasit dan ofisial yang menilai di pinggir lapangan. Dalam pertandingan, para petarung menggunakan matras setebal 10 cm.
“Tentunya cukup nyaman jika ada yang terbanting,” ujar Bendahara Umum Persambi Riau Limpi Indra Nasution.
Dia melanjutkan, petarung harus sudah terbiasa membanting dan terbanting. Dipelajari juga cara yang aman ketika terbanting agar tidak cedera.