Sebelum sang ibu pergi, Diana dan tiga saudaranya harus terlebih dahulu kehilangan sang ayah. Sama dengan sang ibu, sang ayah juga pergi meninggalkan mereka tanpa kabar dan tak pernah kembali hingga saat ini. Sejak saat itu, mereka harus berusaha sendiri untuk bertahan hidup. Bersama sang kakak, Nadia (17), dia harus berbagi tugas antara mencari nafkah dan mengurus rumah.
Pasalnya, ada dua adik laki-laki yang harus mereka tanggung yakni Marcel (11) dan Kevin (7). Dari bekerja menyusun batu bata, Diana setiap hari bisa mengumpulkan uang Rp10 ribu hingga Rp20 ribu. Itu setelah ia bisa menyusun batu bata sebanyak 2 ribu, karena per seribu bata, ia diupah Rp10 ribu. Sedangkan sang kakak, harus bekerja menjadi buruh di tempat penjualan gorengan.
“Hasil uangnya dibagi-bagi. Ada sebagian untuk beli beras dan ada juga yang disisihkan untuk jajan sekolah adik,” kata gadis yang hanya pernah mengenyam pendidikan hingga kelas I SMP tersebut.
Berbeda dengan kedua kakaknya yang putus sekolah, Marcel dan Kevin masih beruntung bisa bersekolah. Marcel saat ini duduk di kelas III dan Kevin kelas I SDN 45 Pekanbaru. Itu pun karena tidak dibebankan biaya. Di usia yang masih kecil, kedua adik Diana beberapa kali sempat menanyakan keberadaan orangtua mereka. Saat itu, Diana hanya bisa menghibur kedua adik dengan menggatakan ayah dan ibu tengah bekerja.
Di tengah kesibukannya mencari nafkah, dari lubuk hatinya, Diana masih ingin melanjutkan pendidikan. Pasalnya, dia bercita-cita ingin menjadi guru, untuk mengajar anak-anak tidak mampu supaya tetap bisa berpendidikan.
“Kalau ada uang, masih mau sekolah. Karena saya ingin jadi guru, biar besok kalau ada anak-anak tidak mampu bisa diajari,” sebutnya.
Ketua Lembaga Bantuan Perlindungan Perempuan dan Anak Riau (LBP2AR), Rosmaini yang saat itu juga tengah mengunjungi rumah Diana mengatakan, pihaknya turut prihatin akan nasib yang menimpa Diana bersama tiga saudaranya. Di mana, anak seusia mereka seharusnya masih menikmati masa belajar dan bermain.
“Tapi tidak untuk Diana dan saudaranya, karena mereka harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan cara membantu orang lain berjualan goreng dan menyusun batu bata. Kami akan mencarikan solusi agar mereka bisa mendapatkan bantuan termasuk bisa bersekolah lagi,” ujarnya.***