RIAUPOS.CO - Beberapa tahun lalu, para pebonsai mengambil bahan jadi bonsai dari hutan. Biasanya bahan jadi bonsai itu berumur 10 tahun ke atas. Dengan demikian proses pembonsaian bisa dipersingkat karena pebonsai tinggal memindahkan ke pot besar, merawatnya intensif, lalu memindahkan lagi ke pot yang lebih kecil, lebih tipis, dalam bentuk bonsai.
Belakangan muncul kesadaran konservasi bagi pada para penggemar bonsai. Makanya kemudian mulai dilakukan budi daya tanaman bonsai sejak 6 hingga 7 tahun yang lalu. Salah satu bibit bonsai yang menarik dan mudah dibentuk adalah anting putri yang juga berasal dari hutan-hutan di Riau.
Setidaknya ada tiga fase dalam membuat sebuah tanaman menjadi bonsai. Fase pertama adalah pemrograman yakni saat tanaman bibit bonsai ditanam di lahan pertanian. Masanya menjadi bahan yang layak menjadi bonsai bisa mencapai dua hingga empat tahun.
Selanjutnya masuk tahap kedua yaitu fase pembentukan dahan dan cabang, yakni ketika bonsai dari tanah dipindahkan ke dalam pot yang cukup besar. Masa ini adalah pembentukan dahan dan cabang serta mengurangi akar-akar yang halus. Masa ini termasuk masa yang krusial karena perpindahan pohon dari tanah alami ke pot yang terbatas. Tentu saja, pebonsai harus memahami karakter tanaman, juga media tanam yang dipakai. Pebonsai juga harus memiliki ketekunan dalam menyiram tanaman dan perawatan tanaman. Media yang dipakai sebaiknya adalah tanah yang poros atau tidak tergenang air. Biasanya tanah yang dipakai adalah tanah humus dicampur sekam bakar, bisa juga pasir bangunan dan yang terbagus adalah pasir Malang.
Fase terakhir adalah fase pembentukan bonsai yakni saat bonsai sudah mulai terbentuk dan kemudian dipindahkan ke pot bonsai yang lebih tipis sehingga akarnya terlihat dengan jelas. Akarnya itu sudah seperti mencengkeram ke tanah seperti kuku harimau sehingga ia tampak lebih eksotis. Akarnya bahkan sering ditonjolkan ke luar. Selain perlu dilakukan pemotongan dahan dan ranting. Pemangkasan akar juga harus dilakukan dengan hati-hati.
Sebagai makhluk hidup, bonsai tentu saja memerlukan perawatan rutin. Penyiraman harus dilakukan setiap hari. Akan tetapi media tanamnya harus poros, sehingga tidak ada air yang tergenang. Pemangkasan juga harus dilakukan setiap saat yang diperlukan sehingga ia bisa tampil rapi dan bagus.
Dalam dunia bonsai, pemangkasan ini juga menjadi salah satu barometer dari keindahan bonsai dan menunjukkan bakat dari seorang pebonsai. Ada beberapa model bonsai yang dikenal, di antaranya adalah bonsai tegak lurus, bonsai bergaya miring, setengah menggantung, gaya air terjun, gaya bonsai sapu, gaya jamur, gaya bunjin (literati), gaya bonsai tertiup angin, gaya bonsai batang ganda, gaya bonsai multibatang, gaya bonsai hutan, dan gaya bonsai di atas batu.
“Semuanya tergantung bahan baku dan kecenderungan pohon itu sendiri. Dan seorang pebonsai harus mengikuti seperti apa kecenderungan tanaman itu. Jangan dipaksakan sesuai selera kita,” ujar Bung Dor.
Tips untuk Pemula
Menjadi pebonsai tentu harus menerjunkan diri dalam dunia bonsai secara totalitas. Maka yang pertama kali dan menjadi modal utama adalah harus suka pada bonsai terlebih dahulu. Selanjutnya tentu harus memahami dunia tumbuhan dan konsisten dalam menjaga kehidupan tanaman, termasuk kesuburannya. Adapun yang lainnya adalah teknis dan bakat dari seseorang itu dalam membentuk sebuah bonsai.
Seorang pebonsai juga harus tekun, rajin, dan terus belajar tentang dunia tanaman. Pebonsai juga harus paham tentang media tanam yang disukai tanaman dengan beberapa jenis yang berbeda. Tetapi yang paling sering adalah media tanamnya harus poros agar akarnya selalu sehat. Sebab jika akar terendam air, maka akar akan membusuk dan tanaman akan mati. Selain itu, bonsai juga memerlukan cahaya yang cukup. Jika tanamannya sudah dewasa, maka bisa ditempatkan di ruang terbuka.
Pebonsai juga harus belajar cara membentuk tanaman dan tahu cara menggunakan beberapa peralatan penting yakni gunting, kawat dan beberapa alat lainnya.
Jasa Trainer
Dalam beberapa kasus, ada penggemar bonsai yang tidak mau repot mengurus bonsainya. Mereka suka pada bonsai, tetapi tidak punya waktu merawatnya, atau punya waktu, tapi kurang suka merawatnya karena memerlukan waktu yang panjang dan keahlian yang cukup spesifik. Makanya ada juga yang hanya membeli bonsai pertama kali dengan mahal, lalu tidak bisa mengurusnya. Dalam hal ini, maka sudah ada jasa perawatan bonsai yang disebut jasa trainer.
Menurut Doris, untuk perawatan rutin seperti menyiram atau memangkas, mungkin bisa dilakukan pembantu atau orang yang paham sedikit tentang tanaman. Akan tetapi pemangkasan yang lebih spesifik atau perawatan akar tanaman memerlukan keahlian yang lebih khusus.
“Makanya diperlukan jasa trainer,” ujar Bung Dor.(muh)