Bonsai Kelapa Lebih dari Sekadar Lambang Pramuka

Liputan Khusus | Minggu, 18 Juni 2023 - 10:11 WIB

Bonsai Kelapa Lebih dari Sekadar Lambang Pramuka
Infografis (RIAU POS)

Kelapa ternyata dapat dijadikan bonsai. Bentuknya unik dan tak kalah seni daripada jenis tanaman bonsai lainnya. Tinggi bonsai kelapa yang ideal hanya sekitar 60 cm, sama seperti tunas kelapa, lambang Pramuka. Tapi tentu saja bonsai berbeda, bukan tunas kelapa yang berumur sepekan-dua. Umurnya bisa puluhan tahun dengan ukuran tinggi yang nyaris sama. Nilai dan harganya tentu juga berbeda.

RIAUPOS.CO - Bentuknya unik. Ada yang menggembung di bagian tengahnya. Ada juga akar yang meninggi, terpisah dari pot. Buah kelapanya malah di tengah, di antara daun dan akar. Tapi tingginya tidak berubah, antara 60 cm hingga satu meter. Daunnya pun tidak melebar.


“Tentu karena dirawat. Jika tidak, daunnya dapat melebar,” ujar Ketua Komunitas Pecinta Bonsai Indonesia (KPBI) Inhil Zaini Jumat, beberapa waktu lalu.

Bonsai kelapa sudah menjadi tren baru di Negeri Hamparan Kelapa Dunia, Inhil. Komunitas pecinta bonsai di Inhil sendiri sudah memiliki 200 anggota, dari pengusaha hingga pejabat. Beberapa kali diadakan festival bonsai kelapa, termasuk dalam helat Hari Pers Nasional (HPN) tingkat Provinsi Riau di Tembilahan, beberapa waktu lalu.

Pada umumnya, mereka yang memiliki bonsai sudah paham cara merawat bonsai. Apalagi sebelum membeli dari pembudidaya, biasanya mereka bertanya detail dan masuk menjadi anggota pencinta bonsai. Mereka menikmati merawat bonsai kelapa yang sudah jadi dan bisa bertanya di grup pencinta bonsai juga jika tidak paham.

Akan tetapi terkadang ada juga yang abai dan lalai, sehingga bonsai tumbuh liar, membesar, dengan daun yang memanjang walaupun sudah ditanam di dalam pot.

“Bonsai memang harus dirawat antara tiga hari hingga sepekan. Harus diiris bagian tertentu pada selaput bakal daunnya. Tujuannya agar ketika tumbuh tidak ke atas melainkan menyamping. Agar nanti tidak bisa membesar. Tetap seukuran itu,” ujar Zaini.

Merawat dan memelihara bonsai kelapa ini berbeda dengan bonsai lainnya. Jika tanaman lainnya seperti anting putri atau beringin bisa dibentuk dengan menggunakan kawat bonsai, kelapa tidak bisa dibentuk dengan menggunakan kawat. Pembentukan yang baik tetap dengan memeliharanya menjadi kelapa ukuran mini. Caranya adalah dengan memotong atau mengiris selaput tumbuh daun sehingga ia tidak bisa tumbuh besar.

Teknik lain yang digunakan adalah dengan cara memanjangkan akar. Biasanya akar kelapa diturunkan ke bawah menggunakan pipa besar atau botol mineral dengan diisi media tanam, sehingga akarnya menjulur ke bawah. Akar yang menjulur itu kemudian dibiarkan menguat di dalam pot hingga beberapa bulan. Setelah beberapa bulan, barulah pipa itu dibuka, sehingga akar itu bisa menopang buah kelapa yang masih bulat, termasuk batangnya, dan daunnya. Bentuknya menjadi indah dan eksotik. Hanya saja, menurut Zaini cara seperti ini baru untuk pemula. Tingkatan yang lebih profesional tetaplah dengan membesarkan pohon kelapa hampir sama seperti ukuran aslinya tapi dengan daun yang kecil. Hanya berdiameter setengah meter saja. Bahkan, pelepah yang ideal untuk bonsai hanya memiliki diameter 15 cm saja.

“Kalau untuk kontes bonsai kelapa, biasanya yang dipilih adalah kelapa yang batangnya bisa membesar tetapi daunnya proporsional khas bonsai atau kecil dengan pot yang proporsional juga,” ujarnya.

Media tanam kelapa bonsai memang telah membatasi tinggi kelapa. Media tanamnya kebanyakan lebih tinggi daripada bonsai tanaman lainnya. Jika bonsai tanaman lainnya diusahakan seceper atau setipis mungkin, maka bonsai kelapa ini memiliki media tanam rata-rata  dengan tinggi 30 cm. Lebarnya juga sekitar 30 cm. Pot bonsai ini memiliki ketinggian yang lebih dibandingkan tanaman bonsai lainnya karena kecenderungan kelapa yang tumbuh ke atas (vertikal) sehingga memerlukan wadah akar yang kuat. Akan tetapi karena media tanamnya terbatas, maka percepatan tingginya tidak akan maksimal. Dalam empat tahun, kelapa bonsai bisa tumbuh setinggi 5 cm saja dengan diameter batang yang hampir sama dengan aslinya dan daun yang kecil seperti lazimnya bonsai.

Pembudidaya bonsai biasanya memotong bagian akar atau bagian bawah pohon kelapa agar bonsai itu tetap pendek. Caranya adalah dengan menumbuhkan akar di bagian samping pohon kelapa. Jika akar sudah tumbuh, akar itu bisa dibungkus dengan tanah.  Setelah dianggap aman untuk bisa tumbuh dengan akar baru yang tumbuh dari samping itu, maka bagian bawah pohon kelapa termasuk akar lamanya bisa dipotong dan kelapa ditanam ulang dengan akar yang baru.

“Dengan demikian kelapa bisa terus pendek,” ujar Zaini.

Umur kelapa yang dibonsai ini hampir sama dengan umur kelapa pada umumnya. Zaini menyebutkan, umurnya bisa mencapai 30 tahun lebih. Pernah juga ada bonsai kelapa yang dibonsai oleh petani Inhil dengan umur 15 tahun. Bonsai itu sempat diberikan kepada anggota DPRD Riau asal Inhil Sulastri. Hanya saja perawatannya kurang maksimal karena sempat terbiar sehingga tidak sempat dipamerkan dalam pameran atau festival kelapa bonsai Inhil HPN beberapa waktu lalu.

Sebab menurut Zaini, jika kelapa bonsai ini terbiar cukup lama, maka membuatnya kembali seperti kelapa bonsai yang ideal relatif sulit. Sebab biasanya daun-daunnya sudah membesar. Tidak lagi menjadi daun kelapa yang mini yang bentuknya menjadi unik.

Cuan Menjanjikan

Inhil memang dikenal sebagai penghasil kelapa. Maka produk turunan kelapa juga sangat banyak. Apalagi, kelapa dikenal sebagai pohon kehidupan, yang semuanya bisa diolah dan menghasilkan. Salah satunya yang dikembangkan dan berpotensi menghasilkan cuan adalah bonsai kelapa ini.

Harga kelapa bonsai ini ternyata cukup menjanjikan. Sebab para penghobi tidak akan melihat harga, melainkan seperti apa kualitas dan keunikan bonsai kelapa itu. Harganya bisa mencapai puluhan juta. Bahkan dalam pameran di HPN Tembilahan beberapa waktu lalu, ada yang dihargai sebesar Rp10 juta. Akan tetapi, ada juga bonsai kelapa yang relatif murah, terutama bagi pemula, yakni hanya berkisar Rp50 ribu hingga Rp500 ribu.

Sejauh ini para pebonsai kelapa di Inhil masih menjual bonsai untuk masyarakat di sekitar Inhil dan sekitar Riau. Ada juga penghobi dari Rengat dan beberapa kota lainnya termasuk di Kepri yang juga berdekatan dengan Tembilahan.

“Belum ada di marketplace. Tapi nanti kita usahakan agar bonsai kelapa Inhil bisa juga dijual di marketplace, dan lebih dikenal lagi,” ujarnya.

 

Kelapa Gading hingga Albino

Terdapat beberapa jenis kelapa yang biasa dibonsai. Yang paling banyak adalah kelapa gading dan kelapa puyuh. Selain itu, ada juga kelapa hibrida dan kelapa lokal. Kadang digunakan juga kelapa albino. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Biasanya yang digunakan untuk kelapa bonsai ini adalah kelapa gading karena ukurannya yang memang relatif lebih kecil dibandingkan dengan kelapa jenis lainnya. Warnanya juga unik karena kuning keemasan dan ada juga yang krem, selain gading susu. Tapi ada juga yang menggunakan kelapa puyuh dan pandan wangi, karena terbukti juga bisa menjadi bonsai yang bagus.***

Laporan Muhammad Amin, Tembilahan









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook