Bahkan, lanjut Edu, Presiden Klub memberi kepercayaan kepada pelatih kepala bahwa seluruh keputusan di pelatih kepala untuk kemajuan dan prestasi PSPS tidak akan ia intervensi. Masih menurut Edu, Presiden Klub PSPS sudah mewanti-wanti soal pemain bahwa dia tak mau ada pemain titipan.
"Pokoknya benar-benar fight-lah untuk prestasi PSPS," ujarnya.
Dikatakan Edu, usai mendatangkan pelatih asal Cili, Simon Pablo Ellissetche Correa, selanjutnya manajemen PSPS langsung menggelar seleksi pemain. Untuk saat ini, seleksi difokuskan pada pemain lokal Riau.
"Rencananya, kami rekrut 25 pemain. Dengan estimasi 60 persen lokal Riau dan 40 persen lokal nasional. Sebelum, akhir bulan diharapkan sudah terbentuk kerangka timnya," ujar Edu, Kamis (17/5).
Edu menegaskan hingga saat ini belum ada pemain yang pasti direkrut, termasuk beberapa pemain lokal yang direkomendasikan pelatih dan manajemen sebelumnya.
"Rencananya seleksi lokal Riau ada dua tahap dan tahap satu mungkin berakhir minggu ini," ujarnya.
Seleksi PSPS memang tidak terbuka. Apalagi kondisi pandemi Covid-19. Manajemen membuat kebijakan pemain yang akan diseleksi harus menjalani protokol Kesehatan (prokes) ketat. Bahkan, pemain harus tes swab antigen di RS Madani Pekanbaru. Pemain yang diseleksi merupakan pemain hasil rekomendasi pelatih atau manajemen lama dan pemain kompetisi lokal serta mantan pemain Porwil Riau. "Pemain yang dipanggil setelah acc head coach, asisten, dan top manajemen. Mereka harus negatif Covid-19 dan melampirkan swab antigen," ujar Edu.
Pemain lama yang direkomendasikan manajemen lama adalah Ismail Hanafi, Ifrawadi, Redo Rinaldi, Fadau, dan Danil Junaidi. Sisanya mantan pemain PSMS Andre dan Rendy serta mantan pemain PSPS yang pernah membela Semen Padang Novrianto. "Rencananya, pekan depan akan datang pemain lokal nasional lainnya," ujarnya.
Berikan Kebanggaan
PSPS dinilai memberi kebanggaan bagi masyarakat Pekanbaru khususnya dan Riau umumnya. Hanya saja kebanggaan itu adalah saat PSPS berada di Liga Utama atau Liga 1 sekarang. Oleh sebab itu, PSPS harus dapat kembali ke Liga 1 agar kebanggaan itu kembali bisa didapat.
"Saya yakin PSPS mampu. Apalagi sekarang ada investor yang diyakini bisa mengangkat kembali pamor PSPS," ujar mantan manajer PSPS Dastrayani Bibra.
Masalah klasik yang dialami PSPS dalam beberapa tahun terakhir adalah soal keuangan. Menyusul tidak bolehnya lagi penggunaan dana APBD untuk menyokong keuangan klub sepakbola profesional, maka pelan-pelan prestasi PSPS pun merosot. Bahkan terjungkal ke Liga kasta kedua. Dengan dibeli investor asal Malaysia, masalah keuangan diharapkan tak lagi jadi kendala. Untuk mendapatkan dukungan penuh masyarakat seperti dulu, maka diperlukan prestasi. Kembali ke Liga 1 adalah prestasi yang harus dicapai.
"Kalau sudah kembali ke Liga 1, maka dukungan penuh dari masyarakat, suporter, bahkan pengusaha dan sponsor akan berdatangan. Sekarang itu harus dibuktikan dulu. Saya yakin PSPS mampu," ujar Ide, panggilan akrabnya.(fiz/das/muh)