FENOMENA BALIK KAMPUNG DI TENGAH PENYEKATAN

Masak Ketupat Lagi setelah Sepekan Hari Raya

Liputan Khusus | Sabtu, 05 Juni 2021 - 08:45 WIB

Masak Ketupat Lagi setelah Sepekan Hari Raya
Ilustrasi larangan mudik Lebaran 2021. (DIMAS PRADIPTA/JAWAPOS.COM)

Pemerintah khawatir adanya kerumunan di saat hari raya. Realitasnya berbeda. Keramaian itu muncul setelah sepekan hari raya. Saat itu, penyekatan antarkabupaten di Riau mulai dibuka. Ketika itulah mudik dimulai. Bahkan ada yang membuat ketupat lagi untuk keluarga besar yang baru bisa balik kampung.

Laporan JARIR AMRUN, Pekanbaru


BERHARI raya di masa pandemi tahun 2021 ini sama seperti tahun lalu, dilarang balik kampung, dilarang barakan (jalan rombongan bersilaturahmi dari rumah ke rumah). Untungnya tahun ini masih dibolehkan salat tarawih dan salat Idulfitri. Tahun lalu, beberapa masjid di Bengkalis dilarang melaksanakan salat tarawih dan salat Idulfitri.

"Alhamdulillah di Masjid Jamik Kuala Alam, kami bisa melaksanakan salat tarawih dan salat Id. Tahun lalu kami tidak bisa melaksanakan Salat Id, karena Covid-19," ujar Imam Masjid Jamik Ustaz Isa.

Walaupun bisa melaksanakan salat tarawih berjamaah sesuai dengan protokol kesehatan (prokes), namun masyarakat merasakan ada yang kurang pas. Sebab hari raya ini ini dilarang barakan (kunjungan beramai-ramai), untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19. Selain itu banyak warga Bengkalis yang di perantauan, mereka tidak bisa pulang kampung.

"Sesuai aturan bahwa sepekan jelang hari raya dan sepekan setelah hari raya dilarang pulang kampung. Ada tim penyekatan di masing-masing berbatasan kabupaten/kota. Akhirnya banyak yang tidak bisa balik kampung," ujar Herman, tokoh masyarakat Desa Kuala Alam Bengkalis.

Yang ziarah pun hanya penduduk kampung. Biasanya kalau setelah salat Id, jamaah langsung ke pusara untuk berziarah. Kalau tidak pandemi, mereka yang berasal dari luar Bengkalis ramai pergi ziarah ke makam keluarganya. Warga yang bermukim di Bengkalis saja yang saling kunjung-mengunjungi, jadi sangat terbatas. Aturan pembatasan ini untuk menjaga agar penyebaran virus corona tidak menyebar.

Wakil Bupati Bengkalis H Bagus Santoso MP usai melaksanakan Salat Id menjelaskan, bahwa aturan tentang prokes pelaksanaan salat berjamaah, pembatasan dan penyekatan lintas ke Bengkalis dibuat untuk menyelamatkan jiwa warga, bukan untuk pemerintah.

"Islam itu diturunkan untuk menyelamatkan jiwa. Lihat ushul fiqh, maqasid syariah. Salah satunya kan hifzu nafs (menjaga jiwa). Jadi syariat Islam itu diturunkan untuk menjaga jiwa. Makanya mari kita jaga jiwa kita dengan mengikuti aturan yang telah ditetapkan pemerintah," ujarnya.

Wabup Bengkalis mengingatkan agar warga mematuhi aturan pemerintah dan prokes, salah satunya 3 M (menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan). Ini penting, untuk menjaga diri, keluarga, tetangga dari ancaman virus corona.

Ramai setelah Hari Raya
Karena dilarang datang saat Idulfitri, maka banyak warga Bengkalis yang datang ke Pulau Bengkalis, setelah tanggal 17 Mei. Sebab mulai tanggal tersebut penyekatan dibuka. Bagi PNS tentunya masih takut kena sanksi jika balik kampung di saat tanggal yang dilarang. Bahkan sanksinya akan dipotong uang tunjangan dan sanksi lainnya. Realitasnya, memang saat tanggal 17 Mei dan hari setelah itu pelabuhan roro penyeberangan Pakning-Bengkalis pun ramai. Bahkan antre.  Khusus mobil, antreannya panjang.

Demikian pula sebaliknya, mereka yang selama hari raya di Bengkalis, saat dibuka penyekatan antarkabupaten, mereka pun antre menyeberang dari Bengkalis ke Pakning melalui pelabuhan roro. Bukan hanya mobil, sepeda motor pun banyak yang antre. Fenomena ini membuat hari raya di Pulau Bengkalis menjadi agak lama. Karena kedatangan pemudik setelah tanggal 17 Mei. Mereka menunggu momen dibolehkan balik kampung.

Kue hari raya yang biasanya cepat habis, kali ini tidak. Sebab mereka menunggu kedatangan pemudik, sepekan setelah Idulfitri. Bahkan ada yang terpaksa memasak ketupat lagi, karena anak-anak mereka baru datang setelah tanggal 17 Mei."Terpaksalah kami buat ketupat lagi, untuk anak-anak kami yang tidak bisa datang saat lebaran kemarin," ujar Atah, tokoh masyarakat Kuala Alam.

Tak jarang tempat wisata pun jadi sasaran untuk jalan-jalan. Sebab liburan panjang ini banyak dimanfaatkan untuk jalan-jalan. Ini yang dikhawatirkan pemerintah, bahwa libur pascalebaran ini yang menjadi tempat kumpul warga.***

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook