Dijelaskan Al Azhar juga, Februari mulai musim panas di Riau. Ia mengaku termasuk orang yang sangat was-was apakah Riau akan berasap lagi atau tidak, baik karena karhutla di di Riau sendiri atau karena asap kiriman seperti bebarapa bulan lalu. Ketika asap banyak, semua orang melihat betapa pentingnya pencegahan. Dibandingkan dengan penanggulanga, pencegahan dini lebih masuk akal Ia mencontohkan penanggulangan yang dilakukan tahun lalu, apapun bentuknya, tidak bisa selain hujan dari Allah. Sedangkan hujan buatan, katanya, faktanya gagal baik itu yang didatangkan dari Singapura, Malaysia dan lainnya.
Mulai saat ini, sambung Al Azhar, skenario pencegahan karhutla itu harus dibukakan kepada masyarakat. Apa yang harus dilakukan untuk mencegah atau kalau tidak ada di Provinsi Riau, apa yang harus dilakukan untuk menghindar dari asap kiriman, juga harus direncanakan. ‘’Sudah adakah pemerintah kita mempersiapkan skenario itu? Sudah adakah sumber daya manusia untuk menjalankan rencana aksi pencegahan itu? Bagaimana rencana aksinya? Semua itu harus dijelaskan dan disosialisasikan kepada masyarakat supaya msyarakat berperan bersama pemrintah melakukan pencegahan.
Saya belum melihat dan mendengar rencana aksi oleh pemrov, kota sampai kecamatan yang seperti itu. Bagaima dengan Masyarakat Peduli Api itu sekarang, ini perlu dibeberkan lagi kepada masyarakat. Penanggulangan juga tetap direncanakan, tapi fokus kepada pencegahan. Jangan beraksi setelah direndam asap,’’ katanya lagi.(gem)