KERUSAKAN LINGKUNGAN

Polusi Renggut Jutaan Nyawa

Lingkungan | Selasa, 29 Desember 2015 - 00:36 WIB

Polusi Renggut Jutaan Nyawa
Seorang wanita di Beijing, Cina, harus menggunakan masker karena polusi di negeri itu yang melebihi ambang batas. (MIRROD)

BEIJING (RIAUPOS.CO) - Polusi udara tidak hanya mengganggu pernapasan, tetapi juga mengancam nyawa. Pada 2012, Italia menjadi negara dengan angka kematian tertinggi karena polusi se-Eropa. Badan Lingkungan Eropa (EEA) mengungkapkan bahwa lebih dari 84 ribu orang tewas lebih cepat daripada semestinya karena kualitas udara yang buruk.

Kondisi lebih buruk terjadi di Cina. Lembaga penelitian Berkeley menyebutkan bahwa setiap tahun ada 1,6 juta orang di Negeri Panda tersebut yang tewas lantaran polusi. Termasuk pada tahun ini. Polusi udara menyumbangkan 17 persen penyebab kematian di Cina. Jika dirata-rata, per hari ada 4.400 orang yang tewas karena buruknya kualitas udara.

Baca Juga :New Delhi Kembali Diselimuti Kabut Tebal

Tingginya angka kematian itu disebabkan tingkat polusi di Cina yang terus meningkat setiap tahun. Contohnya, polusi udara di Beijing tahun ini tujuh kali lipat melebihi ambang batas aman yang direkomendasikan WHO. Pada caturwulan pertama tahun ini, 90 persen kota-kota di Cina gagal memenuhi standar kualitas udara yang ditetapkan pemerintah.

Di New Delhi, India, polusi udara bertanggung jawab atas 10–30 ribu kematian setiap tahun. Hal tersebut berdasar laporan penelitian Pusat Sains dan Lingkungan (CSE) di India. Mereka mengadakan penelitian terhadap polusi di industri, kendaraan bermotor, dan kompor masak yang menimbulkan polusi di dalam rumah serta berbagai penyebab polusi lain.

’’Angka kematian lantaran polusi udara tidak terkontrol dan mengakibatkan banyak penyakit di dunia. Naik 300 persen selama satu dasawarsa terakhir,’’ tulis laporan tersebut.

CSE menegaskan bahwa polusi udara termasuk satu di antara 10 penyebab kematian tertinggi di dunia. Sebab, polusi udara memicu penyakit seperti stroke, penyakit paru-paru, hati, infeksi saluran pernapasan bawah dan trakea, kanker paru-paru, serta berbagai penyakit lain. Mayoritas korban tentu saja adalah orang miskin. (sha/tia)

Laporan: JPNN/First Post/BBC/Aljazeera

Editor: Hary B Koriun









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook