PEMKAB PELALAWAN PERINGATI HARI PEDULI SAMPAH NASIONAL 2023

Jaga Lingkungan, Kurangi Pemakaian Kantong Plastik

Lingkungan | Minggu, 26 Februari 2023 - 09:39 WIB

Jaga Lingkungan, Kurangi Pemakaian Kantong Plastik
Kepala DLHK Pelalawan Eko Novitra MSi menyerahkan botol minuman kepada petugas kebersihan untuk mengurangi pemakaian sampah plastik, di Pangkalankerinci, Kamis (16/2/2023). (MUHAMMAD AMIN RIAU POS)

RIAUPOS.CO - SUDAH tidak diragukan lagi, bahwa sampah plastik dapat menyebabkan pencemaran tanah, karena dapat menghalangi peresapan air dan sinar matahari sehingga mengurangi kesuburan tanah dan dapat menyebabkan banjir. Tak hanya lingkungan, dampak sampah plastik juga dapat memengaruhi kondisi kesehatan. Hal ini perlu diperhatikan karena kehidupan manusia tidak terlepas dari penggunaan plastik di dalamnya. Oleh karena itu, diperlukan cara tepat untuk mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan sampah plastik.

Bersempena peringatan Hari Peduli Sampah Nasional 2023, Pemerintah Kabupaten Pelalawan memulainya dengan hal kecil namun dinilai mampu bersama-sama mengurangi pengurangan dalam penggunaan sampah plastik yang selama ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat.


Selain itu, masyarakat, khususnya masyarakat Kabupaten Pelalawan, diminta dapat terus menjalani pola hidup bersih dan sehat. Salah satunya dengan mengurangi menggunakan sampah plastik.

Hal kecil yang saat ini dilakukan sekaligus melakukan sosialisasi mengurangi pemakaian sampah plastic ialah, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pelalalawan melalui Dinas Lingkungan hidup (DLH) Pelalawan menyerahkan bantuan thumbler (botol minuman) kepada 309 petugas kebersihan. Bantuan itu, diserahkan langsung oleh Kepala Dinas DLH  Eko Novitra MSi.

“Kita memulainya dengan menyerahkan bantuan botol minuman thumbler kepada 309 petugas kebersihan. Ini kita lakukan untuk mengurangi pemakaian sampah plastik oleh para garda terdepan kebersihan daerah ini,” kata Eko kepada wartawan Riau Pos, di Pangkalankerinci.

Bantuan botol minuman ini diserahkan kepada diantaranya para petugas penyapu jalan, pembersih drainase, sopir angkutan sampah, juru pungut retribusi, petugas workshop, security dan petugas TPA dilingkungan DLH Pelalawan.

“Bantuan botol minuman thumbler ini, berasal dari program CSR perusahaan yang sangat komit mendukung Pemerintah untuk mengatasi permasalahan sampah plastik,” ujarnya.

Ilustrasinya, disampaikan Eko, selama ini, para petugas kebersihan membawa botol minuman plastik kemasan saat bekerja. Sehingga, saat pekerjaan telah selesai, botol plastik tersebut dibuang dan menyebabkan meningkatnya kapasitas sampah plastik di tempat pembuangan akhir (TPA) di Desa Kemang Pangkalan Kuras.

“Untuk itu, kita berharap para petugas kebersihan dapat memanfaatkan bantuan botol minuman ini. Sehingga tetap sehat dan semangat menjalankan tugas,” tuturnya.

Banyak sumber menegaskan, bahwa dampak plastik terhadap lingkungan merupakan akibat negatif yang harus ditanggung alam karena keberadaan sampah plastik. Dampak ini ternyata sangat signifikan.

Konsumsi berlebih terhadap plastik, pun mengakibatkan jumlah sampah plastik yang besar. Karena bukan berasal dari senyawa biologis, plastik memiliki sifat sulit terdegradasi (non-biodegradable). Plastik diperkirakan membutuhkan waktu 100 hingga 500 tahun hingga dapat terdekomposisi (terurai) dengan sempurna. Sampah kantong plastik dapat mencemari tanah, air, laut, bahkan udara.

Peduli Sampah
Masih dengan misi pro dengan lingkungan terhindar dari bahaya sampah plastik, Eko Novitra, mengatakan, bahwa Pemkab Pelalawan saat ini juga melakukan penjajakan dengan salah satu universitas ternama di Indonesia, Institut Teknologi Surabaya (ITS) bersama sebuah perusahaan Samudera Indonesia, untuk melanjutkan semangat mengurangi penggunaan sampah plastik, diolah menjadi pupuk organic di Pelalawan.

 

Dikatakannya, pihak tersebut berminat melakukan pengolahan sampah menjadi pupuk organik dan produk turunan lainnya di Kabupaten Pelalawan. Hal ini mengingat bahan baku sampah di Kabupaten Pelalawan terbilang memadai diolah lalu dikembangkan.

Bayangkan saja, kata Eko, sampah-sampah dari masyarakat Kecamatan Pangkalan Kerinci saja setiap bulan bisa menghasilkan 40 sampai 50 ton setiap bulannya. Itupun, belum terkumpul semua dan hanya tercatat satu kecamatan saja dari 12 kecamatan yang ada di Kabupaten Pelalawan.

Seluruh sampah tersebut berasal dari masyarakat Pangkalan Kerinci tersebut, dikumpulkan lalu diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. TPA ini berlokasi di desa Kemang, Kecamatan Pangkalan Kuras.

Ditambahkan Eko bahwa, pihak ITS, beberapa waktu yang lalu sudah melakukan survei di TPA Kemang. Dan hasil survei mereka ini memberikan penilaian layak untuk dikembangkan pengolahan sampah menjadi pupuk organik. Apalagi bahan baku sampah ini dinilai cukup untuk dikembangkan.

“Jadi, sampah dari kecamatan Pangkalan Kerinci saja, saat ini bisa menghasilkan antara 40 sampai dengan 50 ton sampah setiap bulan. Sehingga ITS bersama Perusahaan Samudera Indonesia, ingin membangun pengolahan pabrik sampah dengan kapasitas 20 ton. Untuk sampah ini. nantinya akan dipilah-pilah. Dimana jika plastik menjadi biji plastik atau listrik. Sedangkan diluar plastik, olah menjadi pupuk organik yang dcampurannya pupuk perkebunan kelapa sawit misalnya dari tangkos dan pome limbah cair pabrik,” tuturnya.

Untuk itu, pihaknya akan terus melakukan koordinasi dengan ITS dan juga perusahaan Samudera Indonesia. Sehingga wacana ini dapat terealisasi dengan cepat. Dengan demikian, penanganan masalah sampah di Negeri Amanah ini dapat terlaksana dengan maksimal.

Kata Eko lagi, jika tidak mulai, maka dampak negative terhadap lingkungan antara lain, terjadi pencemaran air dan tanah, pemanasan global, polusi udara,  mengacaukan proses rantai makanan, dan berdampak juga pada bahaya banjir. ‘’Ini yang harus kita lakukan bersama demi kelangsungan lingkungan sehat dan berkesinambungan,’’ tuturnya.(gus)

 

Laporan MUHAMMAD AMIN, Pangkalankerinci









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook