(RIAUPOS.CO) - SAMPAH masih menjadi salah satu penyebab pencemaran lingkungan. Banyak masyarakat, aktivis, hingga lembaga yang melakukan berbagai hal untuk meminimalisir sampah yang dihasilkan oleh manusia.
Seperti yang dilaksanakan oleh SMPN 23 Pekanbaru. Sekolah ini mengajak para pelajarnya untuk mengubah limbah plastik menjadi karya artistik, melalui metode ecobrick.
Kepala Sekolah SMPN 23 Pekanbaru Edi Suhendri menceritakan, ide menggunakan ecobrick ini berawal dari keprihatinannya akan sampah yang berserakan di tepi-tepi jalan. ’’Meskipun Pemko sudah usaha menangani sampah, kita tak bisa berpangku tangan. Kita harus berbuat hal sederhana, seperti memulai dengan anak didik kita,” katanya, Sabtu (19/2).
Ia berharap, dengan adanya ecobrick, semua satuan pendidikan bisa mewujudkan eco student, eco family, eco school, hingga eco city. Ecobrick merupakan metode yang digunakan untuk meminimalisir sampah plastik dengan media botol plastik yang diisi penuh dengan sampah anorganik bersih, hingga botol tersebut benar-benar keras dan padat. Dengan demikian, akan dapat mengurangi sampah plastik, serta mendaur ulangnya dengan media botol plastik untuk dijadikan sesuatu yang berguna.
Di SMPN 23 Pekanbaru, ecobrick dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan meja, kursi, hingga batu bata untuk tembok, yang ramah lingkungan.
Ketua OSIS SMPN 23 Pekanbaru Faras menjelaskan langkah-langkah untuk membuat ecobrick dari plastik bekas, yang dapat disulap menjadi kursi dan meja, serta bata.
Mula-mula, sampah plastik dipilah, dibersihkan, dan dikeringkan. Kemudian sediakan botol bekas air mineral dalam jumlah yang banyak. Siapkan juga tongkat/kayu untuk menekan plastik agar menjadi padat. ’’Masukkan sampah plastik ke dalam botol, jika sampahnya berukuran besar, potong menggunakan gunting, padatkan sampah plastik menggunakan tongkat atau kayu hingga benar-benar padat. Jangan sampai kempes atau mengeluarkan bunyi ketika ditekan dari luar. Kalau tidak nanti bisa meleyot,” ungkapnya.
Faras mengatakan, setiap ecobrick harus ditimbang. Standarnya adalah 200 gram per botol air mineral berukuran 600 ml dan 500 gram per botol berukuran 1.500 ml. Untuk membuat kursi dan meja dari ecobrick, Faras memaparkan, pertama gabungkan ecobrick 1.500 ml dengan lem kaca atau lakban. Susun menjadi bentuk yang dikehendaki, seperti lingkaran, heksagonal, atau kotak. Ini dilakukan dengan rapi dan rata.
Agar lebih menarik dan kuat, bagian atas dan bawah dilapisi triplek sesuai bentuk kursi, serta tambahkan kaki. Agar lebih indah, pasang cover kursi dan bagian atas dilapisi busa biar lebih empuk. “Kami juga menjual satu botol ecobrick Rp2 ribu. Selain itu untuk satu paket jadi yang berisi empat kursi dan satu meja kami jual seharga Rp1,5 juta,” ungkapnya.
Sementara itu, untuk membuat bata ecobrick, Faras memaparkan alat dan bahan yang diperlukan yaitu ecobrick berukuran 600 ml, dan cetakan berupa tabung silinder berdiameter 11 cm, dengan tinggi 22 cm, serta semen dan pasir.
“Aduk semen dan pasir dengan perbandingan satu banding tiga, masukkan ecobrick ke dalam cetakan silinder kemudian ditumpahkan adukan semen dan pasir. Diamkan selama 24 jam, lepaskan bata ecobrick dari cetakan. Ecobrick siap digunakan,” tuturnya.
Faras menambahkan, di SMPN 23 Pekanbaru juga ada taman literasi yang dibuat menggunakan dua ton sampah plastik dengan metode ecobrick. “Dengan ecobrick lingkungan jadi bersih dari limbah plastik. Kami berharap bisa melestarikan lingkungan dengan cara ini,” pungkasnya. (ali)
Laporan MUJAWAROH ANNAFI, Pekanbaru