(RIAUPOS.CO) - Jenis mikroplastik fiber mendominasi pencemaran Sungai Siak. Kandungannya mencapai 73 persen. Sumber utama mikroplastik jenis fiber adalah limbah cair domestik dari bekas cucian pakaian dan sampah popok.
Hal ini terungkap dari uji dan penelitian oleh Tim Ekspedisi Sungai Nusantara, berkolaborasi dengan Mapala Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Riau (Unri) dan Telapak Bada Teritori Riau. Tim penelitian ini melakukan kegiatan Deteksi Kesehatan Sungai Siak dengan mengukur kualitas fisika kimia air dan uji kandungan mikroplastik pada tanggal 1-2 Juli 2022 lalu.
Lokasi pengukuran kualitas air dilakukan di 6 lokasi. Yaitu jembatan Siak 2 di Sri Meranti, Siak River side di Kampung Bandar, Jembatan Siak 4 dan di Muara Batang Sago dekat Pelindo V. Kemudian di Muara Batang Sail dan Sungai Siak di Kelurahan Tanjung Rhu.
Peneliti dari Perkumpulan Telapak Riau, Dedy Admi Saputra didampingi Peneliti Tim Ekspedisi Sungai Nusantara, Prigi Arisandi menjelaskan, lokasi penelitian ini diambil di bagian hulu diwakili oleh Jembatan Siak 2 di Sri Meranti dan hilirnya di wilayah kelurahan Tanjung Rhu di Kecamatan Lima puluh.
‘’Penelitian ini kami lakukan untuk mengetahui tingginya tingkat pencemaran. Selain di Sungai Siak, kami juga mengambil sampel dari sumber-sumbernya berupa anak sungai Batang Sail dan Batang Sago,’’ ungkap Dedy.
Dari hasil uji, Prigi lebih lanjut menjelaskan, kandungan mikroplastik di Sungai Siak menunjukan bahwa rata-rata kandungan mikroplastik di Sungai Siak adalah 220 partikel mikroplastik (PM) dalam setiap 100 liter air. Dari penelitian tersebut, di Sungai Siak terdapat empat jenis mikroplastik jenis granula, fragmen, filament hingga fiber atau benang.
‘’Rata-rata kandungan mikroplastik di Sungai Siak adalah 220 partikel mikroplastik dalam 100 liter air. Lokasi yang paling tinggi kadari mikroplastiknya adalah di Jembatan Siak 2 Sri Meranti di Kecamatan Rumbai yang terdapat sebesar 280 partikel alam setiap 100 liter air,’’ jelas Prigi.
Tim penelitian ini menjelaskan, temuan mikroplastik di Sungai Siak disebabkan banyaknya sampah plastik yang dibuang di badan air sungai. Beragam jenis sampah plastik seperti tas kresek, sachet makanan, styrofoam, popok bayi dan bungkus personal care seperti sachet shampo, sabun, deterjen cuci hingga botol plastik minuman.
Prigi menjelaskan, sampah plastik sekali pakai yang dibuang ke sungai akan terfragmentasi, terpecah, menjadi serpihan plastik kecil berukuran dibawah 5 mm yang disebut mikroplastik. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22/2021 menyebutkan bahwa dalam sungai-sungai di Indonesia tidak boleh ada sampah.
Hasil uji kandungan Mikroplastik di Sungai Siak menunjukkan bahwa jenis mikroplastik fiber atau benang-benang 73 persen paling mendominasi dibandingkan jenis filament yang 19 persen fragmen 7 persen. Adapun kandungan granula sebesar 1 persen.
‘’Jenis fiber atau benang berasal dari limbah cair rumah tangga seperti air bekas cucian pakaian yang melarutkan benang-benang dari pakaian yang dicuci, sumber lain adalah sampah popok bayi yang dibuang dan benang-benang plastik penyusun popok terlepas dan terlarut dalam air,’’ jelas Parigi.