PERMUKAAN SUNGAI KAMPAR NAIK 60 CM

Warga Diminta Waspada

Lingkungan | Senin, 05 November 2018 - 14:38 WIB

Pihaknya kata Rusdi, sudah menyampaikan hal ini kepada semua pihak terkait, dan kepada masyarakat. Berdasarkan standar operasional prosesur pembukaan spillway gate, surat ke bupati dan instansi terkait serta lampiran pemberitahuan sudah disampaikan.

Baca Juga :Dirikan Tenda Tanggap Darurat di Wilayah Banjir

Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau Edwar Sanger juga mengimbau kepada masyarakat di sekitar aliran Sungai Kampar untuk waspada. Sebab, permukaan air sungai akan mengalami kenaikan.

“Kami juga imbau kepada petani keramba ikan agar lebih memperhatikan kondisi derasnya aliran Sungai Kampar. Kurangi juga aktivitas di tepi sungai,” kata dia.

Atas kondisi itu, kata Edwar Sanger, pihaknya, baik BPBD Riau dan kabupaten/kota terus melakukan pemantauan jika sewaktu-waktu terjadi banjir. Sebab, ada potensi banjir akibat dibukanya pintu buangan ini. Ini mengingat hampir setiap tahun terjadi hal yang sama.

“Kami akan terus memantau kondisi sisi hulu perkembangan kenaikan Sungai Mahat dan beberapa anak sungai yang bermuara ke Sungai Mahat, Sumatera Barat,” ujarnya.

Dia juga menyebut, salah satu daerah yang rawan banjir akibat meluapnya Sungai Kampar, adalah Kecamatan Siak Hulu, Kampar. “Seperti di Siak Hulu Kampar, sudah langganan banjir setiap tahun. Pada umumnya, banjir di Riau adalah kiriman dari provinsi tetangga. Sekarang curah hujan di hulu PLTA Koto Panjang sudah tinggi. Ini yang kita waspadai,” ujarnya.

Terkait hal ini, dirinya juga sudah berkoordinasi BPBD Kampar, untuk tindakan-tindakan yang akan diambil jika banjir terjadi. Meski demikian, hingga Ahad petang, belum ada laporan terjadinya banjir akibat pembukaan pintu spillway PLTA Koto Panjang tersebut.

Potensi Hujan Masih Tinggi

Secara umum potensi hujan cukup tinggi di hampir seluruh wilayah Riau. Bahkan, hujan disertai petir dan angin kencang. Hal ini membuat beberapa kali dikeluarkannya peringatan dini. Terhitung, pada Ahad (4/11), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, mengeluarkan tiga kali peringatan cuaca. Terakhir dikeluarkan pada pukul 19.20 WIB.

Peringatan dini tersebut menyampaikan, potensi hujan dengan intensitas lebat disertai petir dan angin kencang terjadi di sebagian Riau. Antara lain di Rokan Hulu, Siak, Kampar, dan Rokan Hilir.

Kepala Seksi (Kasi) Data dan Informasi BMKG Stasiun Pekanbaru, Marzuki menjelaskan, hampir seluruh wilayah di Riau memiliki pontensi hujan dengan intensitas tinggi hingga rendah. Potensi ini masih akan berlangsung hingga beberapa hari ke depan. Oleh karena itu, masyarakat diminta waspada.

“Waspada bagi Anda yang beraktivitas di luar ruangan pada saat hujan lebat yang dapat disertai angin kencang dan petir,” katanya.

BMKG juga sudah melakukan analisa cuaca pada Ahad. Kesimpulannya, secara umum angin pada lapisan 5.000 ft dan lapisan 10.000 ft bergerak dari arah timur ke tenggara dengan kecepatan 05-10 knot (09-27 km/jam) dan lapisan 10.000 ft bergerak dari arah tenggara ke selatan dengan kecepatan 05-20 knot (09-18 km/jam). Kelembaban udara pada lapisan 10.000 ft berkisar antara 60-80 persen, dan lapisan 19.000 ft berkisar antara 60-80 persen.

Dari hasil monitoring citra satelit awan, citra radar cuaca, analisis streamline dan kondisi fisis serta dinamis atmosfer, pada umumnya cuaca di wilayah Riau adalah cerah cerawan. Potensi hujan ringan hingga sedang yang dapat disertai dengan petir dan angin kencang terjadi di sebagian besar wilayah Riau pada siang atau sore dan malam atau dinihari. Hal ini membuat perkiraan tingkat kemudahan terjadinya kebakaran di wilayah Riau pada umumnya berada dalam kategori aman.

PLN Diminta Cari Solusi Jangka Panjang

Perusahaan Listrik Negara (PLN) mulai membuka pintu waduk PLTA Koto Panjang. Permasalahannya, ketika pintu waduk dibuka sering kali air meluap hingga ke pemukiman masyarakat sekitar aliran Sungai Kampar. Menanggapi hal itu, Wakil Ketua DPRD Riau Kordias Pasaribu meminta agar PLN bisa mencarikan solusi jangka panjang. Karena luapan air yang memasuki pemukiman warga sangatlah merugikan.

“Memang suatu keputusan yang diambil harapan kita tidak menimbulkan bencana baru. Artinya PLN harus mampu meanalisa kejadian terhadap situasi yang terjadi. Seperti kondisi saat ini,” sebutnya.

Ia menilai kondisi PLTA Koto Panjang seperti memakan buah simalakama. Di mana ketika air hujan berlebih, masyarakat terkena imbas banjir. Sedangkan pada kondisi kemarau tenaga listrik yang dihasilkan menurun. Sehingga menyebabkan seringnya pemadaman listrik.

“Berlebih air, kena banjir. Kemarau, sering mati lampu kan? Jadi seperti simalakama,” lanjutnya.

Ia menambahkan, sebagai perusahaan negara PLN juga dituntut memikirkan kondisi masyarakat dan alam sekitar. Karena PLN sendiri merupakan contoh bagi perusahaan swasta. Maka dari itu harus ada solusi agar kondisi tersebut tidak berlangsung terus menerus. Seperti memperbarui analisa dampak lingkungan waduk.

“Ya, kami tidak tau kondisinya seperti apa. Karena memang belum mendapat laporan resmi dari PLN. Ini nanti akan kami minta dan bahas di DPRD bagaimana solusinya. Tapi yang jelas, PLN harus bertindak. Jangan hanya koordinasi sana-sini tapi enggak ada hasil. Kan enggak baik,” tuturnya.

Ketika Riau Pos menanyakan apakah PLN tidak punya solusi jangka panjang atas masalah itu, Manajer Unit Layanan PLTA Koto Panjang, Muhammad Rusdi memilih mengakhiri pembicaraan. Ia beralasan saat itu sedang melakukan koordinasi dengan beberapa pihak.

“Saya sedang koordinasi. Nanti saja ya,” imbuhnya.(dal/end/nda/ted)

(Laporan TIM RIAU POS, Pekanbaru)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook