PENCEMARAN SUNGAI WARGA SAKAI

Bagus Santoso: Pemerintah Harus Bertindak

Lingkungan | Senin, 01 April 2019 - 00:52 WIB

Bagus Santoso: Pemerintah Harus Bertindak
Anggota DPRD Riau, Bagus Santoso (memegang lukah) saat berkunjung ke beberapa desa-desa Suku Sakai di Kecamatan Talang Mandau, Bengkalis, baru-baru ini. (ISTIMEWA)

DURI (RIAUPOS.CO) -- Hingga saat ini pencemaran Sungai Mandau yang melintasi Desa Melibur Kecamatan Talang Mandau --pemekaran dari Kecamatan Pinggir-- Kabupaten Bengkalis,  belum juga steril. Masih banyak jenis ikan terutama yang berukuran kecil yang mati. Puncak petaka terjadi sekitar sebulan lalu, ribuan bangkai ikan mati bertumpukan.

"Tolonglah sungai kami ini dibersihkan dari limbah. Di sinilah kami turun-temurun mengais rezeki, bertahan hidup menangkap ikan," pinta Abdul Rahman,  warga  Suku Sakai, saat dikunjungi anggota DPRD Riau Bagus Santoso dalam lawatan kunjungan kerja ke Desa Tasik Serai, Serai Wangi dan Tasik Serai Timur.

Menurut keterangan A Rahman yang tinggal di gubuk bersama isteri dan anaknya di tepian Sungai Mandau, hampir sebulan warga tidak dapat menangkap ikan lagi. Aliran sungai itu ditengarai kena terkontaminasi limbah. Di sepanjang tepian sungai bertumpukan bangkai ikan.
Baca Juga :Ajak Masyarakat Bersatu Bangun Bengkalis

"Di depan Gubuk ini pun bangkai ikan seperti sampah ampas tebu, kami kehilangan mata pencaharian," imbuh Rahman sambil memperbaiki alat penangkap ikan, yakni lukah.

Hal senada disampaikan Salim, nelayan sungai berasal dari Desa Lubuk Gaung yang juga tinggal di tepi sungai. Ia sangat khawatir dengan limbah yang meracuni sungai. Sebab, gara-gara tidak dapat lagi menangkap ikan Anaknya terancam tidak bisa melanjutkan kuliah.

"Terus terang saya kawatir, sebab selama ini saya bisa bayar anak kuliah di Unilak Pekanbaru sampai semester 7 hasil dari menangkap ikan. Kalau ikan tak ada lagi kami mau cari rezeki ke mana?" ujar Salim dengan nada cemas.

Mendapatkan pengaduan warga, Bagus Santoso turut prihatin dan mengutuk perilaku tak sehat kepada pihak-pihak yang membuang limbah beracun ke sungai.

"Sebuah sikap yang tak bertanggung jawab jika ada perusahaan buruk perangainya. Seharusnya perusahaan menjaganya tapi malahan mengahancurkan lingkungan," tegas Bagus di hadapan sejumlah nelayan.
 
Bagus Santoso meminta kepada pihak tekait dan berwenang, agar perusahaan yang tidak mengelola limbahnya dicabut perizinan dan diberikan sanksi tegas. Kendati demikian Bagus tetap menghimbau  agar perusahaan sadar serta mengubah perilaku dengan penuh tanggung jawab mengikuti prosedur dan taat aturan.

"Perusahaan itu harusnya menjaga alam, jangan hanya pintar mengeruk keuntungan tapi tak bertanggung jawab menjaga warga dan alamnya," tegas Bagus.

Dari sejumlah sumber disebutkan limbah beracun yang mencemari sungai dicurigai berasal dari sejumlah pabrik kelapa sawit (PKS) yang dibangun sepanjang sungai yang melintasi  Desa Leko, Belutu, Penaso sampai Sam Sam. Salain PKS, di kawasan itu juga ada perusahaan PT Arara Abadi yang menguasai hutan dengan tanaman akasia yang luasnya tidak tembus pandangan mata. Sejauh ini belum ada kabar penanganan dari pemerintah.

Untuk menempuh desa Melibur melalui jalan perusahaan minyak PT Chevron dengan pemandangan pipa minyak sepanjang jalan. Lalu perusahaan PT Arara Abadi yang menanam pohon akasia. Medan jalan di permukiman sangat sulit maka diperlukan stamina yang kuat. 

Setelah perjalanan melelahkan sekitar 3 jam akan menemukan pemandangan alam sungai yang indah dan jika beruntung mendapatkan banyak jenis ikan seperti selais, tapah, baung bahka Kahyangan. Tidak ketinggalan ikan bujuk, gabus, limbat dan belut.

Kata Bagus, habitat alam yang memberi keutungan ekonomi bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya, harus terus dijaga. Baik oleh perusahaan yang mengelola kawasan maupun oleh masyarakat. Bagus berharap perusahaan dan pemerintah memperhatikan kondisi tersebut agar masyarakat tetap bisa mendapatkan penghasilan untuk penopang kebutuhan hidup mereka.

Penulis/Editor: Hary B Koriun









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook