Mengapa Khitan Penting?

Kesehatan | Minggu, 23 Juni 2019 - 11:30 WIB

Mengapa Khitan Penting?
Ilustrasi - internet

(RIAUPOS.CO) -- Sirkumsisi atau bahasa awam sering disebut khitan atau sunat adalah salah satu tindakan medis dengan cara memotong sebagian ujung kulit penis yang menutupi kepala penis. Tindakan ini merupakan tindakan yang saat ini sangat banyak dikerjakan para dokter umum maupun spesialis, terutama di RS Awal Bros Pekanbaru, karena lagi masa libur sekolah.

“Sunat adalah suatu tuntunan syariat Islam yang sangat mulia dan penuh manfaat. Secara medis tidak ada batasan umur berapa yang boleh disunat. Namun, semakin berumur seseorang maka semakin berisiko dilakukan sunatan, terutama pendarahan, karena ukuran penis dan pembuluh darah,” ujar Dokter Umum Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru dr Citra Rahmad.

Baca Juga : Dapat Amplop Kosong

Usia rata-rata dilakukan sunat sekitar rentang 5 hingga 15 tahun. Namun, saat ini sudah banyak kaum pria dewasa non muslim bahkan yang sadar akan manfaat sunat, sehingga juga melakukan tindakan sunat walaupun umur sudah di atas 30 tahun misalnya.

Mengapa begitu pentingnya tindakan sunat untuk seseorang terutama laki-laki, karena sangat banyak manfaat yang didapat. Menurut WHO dalam penelitiannya 2007, sunat memberi manfaat mencegah penularan penyakit HIV/AIDS dan kanker. Manfaat yang lain adalah membuat penis menjadi lebih bersih, mencegah penyakit menular seksual seperti HPV (human papiloma virus), kanker penis, mencegah kanker serviks yang ditularkan oleh pria, pencegahan phimosis (kulit atau kulup yang menguncup), mencegah bertumpuknya kotoran atau smegma dan sisa-sia urine di daerah ujung penis karna tertutup oleh kulit penis atau kulup yang berlebih.

Namun, saat ini ada juga yang menjadi faktor penghambat yang membuat orang tua dan anak-anak untuk tidak melakukan tindakan sunat seperti takut terhadap risiko atau komplikasi dalam sirkumsisi atau sunat kepercayaan bahwa preputium atau kulup masih dibutuhkan dan kepercayaan bahwa sunat mempengaruhi kenikmatan seksual.

Indikasi dilakukannya sunat yang pertama sekali adalah tuntunan agama Islam. Di mana sunat atau khitan adalah ajaran nabi dan fitrah manusia yang diwajibkan untuk dilakukan. Selanjutnya adalah indikasi medis, Pertama, Phimosis, yaitu keadaan dimana preputium atau kulup tidak dapat ditarik ke belakang, kadang kulup atau kulit penis tersebut mengunci dan kurangnya hanya sebesar lidi sehingga menyebabkan anak-anak saat buang air kecil tidak lancar atau menetes, dan bengkak pada ujung penis karena urin tertahan. Pada tahun 2008 data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia anak yang phimosis tercatat sekitar 10 persen. Keadaan yang dapat menimbulkan phimosis di antaranya kongenital dan peradaban atau infeksi. Kedua, Pharaphimosis yaitu keadaan dimana kulit tidak dapat ditarik ke depan ke daerah kepala penis, dapat menyebabkan batang penis terjepit dan menjadi bengkak atau meradang. Ketiga Condiloma akuminata adalah papiloma multiple yang tumbuh di daerah kemaluan atau bahasa awalnya kulit seperti kembang kol, permukaan kasar dan berbingkai. penyebabnya adalah perawatan kebersihan kemaluan yang kurang.  Keempat  Karsinoma penis atau kanker penis. Dengan kuatnya anjuran untuk sunat, tindakan ini tidak hanya dilakukan kaum muslimin saja. Bagi sebagian penduduk non muslim pun sudah banyak yang datang ke rumah sakit untuk tindakan sunat.

Namun, sebelum tindakan ada baiknya konsultasikan ke dokter Anda bahwa tidak ada kontraindikasi untuk tindakan sunat dari anggota keluarga Anda. Sunat tidak dilakukan pada keadaan keadaan medis seperti Hiphospadia yaitu adanya kelainan muara uretra atau lubang penis yang normalnya ada di ujung penis, pada kelainan ini bisa terletak di batang penis bagian bawah, di bawah gland penis atau kepala penis, atau bahkan di perineum atau dibawa kantung zakar. Tidak boleh dilakukan sirkumsisi karena kulup atau kulitnya akan dimanfaatkan untuk memperbaiki muara penuhnya pada saat dioperasi.

kemudian juga tidak boleh langsung dikerjakan pada pasien dengan kelainan pembekuan darah atau penyakit hemofilia, trombositopenia( trombosit darah rendah) karena akan terjadi perdarahan hebat yang sulit berhenti. kontraindikasi yang masih pertimbangan adalah adanya infeksi pada penis, diabetes mellitus.

‘’Sekali lagi, temui dokter sebelum melakukan tindakan sehingga dokter dapat menjelaskan tindakan bisa dilakukan atau tidak,’’ tegasnya.

Saat ini banyak teknik dan metode yang bisa digunakan tenaga medis untuk melakukan tindakan sirkumsisi atau sunat. Metode konvensional dianggap masih lebih efektif dari teknik atau metode yang lain. Saat ini Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru masih menggunakan teknik konvensional tersebut baik dokter umum atau dokter spesialis. Di samping harganya murah dan hasil diharapkan lebih baik.

Metode yang lain adalah yang lagi marak adalah sistem klamp tanpa jahitan, menggunakan metode penjepitan kulit kulup dengan klamp yang terbuat dari bahan plastik steril, kemudian kulit dipotong sepanjang jepitan yang melingkar bawah gland penis. Klamp akan dilepas dalam 5 hari setelah tindakan. Namun, metode ini cenderung mahal.

Kemudian ada tren sunat laser yang sebenarnya salah kaprah, karna yang digunakan adalah energi panas yang dialirkan ke besi tipis sehingga mampu memotong kulup tanpa perdarahan. Namun rentan terhadap komplikasi bengkak dan kulit penis bahkan kepala penis hangus atau seperti luka bakar sehingga penyembuhan lama. Metode ini juga sama dengan metode flashcouter.

Metode yang seorang sudah ditinggalkan adalah teknik guilotin atau amputasi, bisa berbahaya karna jika tidak hati-hati maka akan berkomplikasi juga ikut terpotongnya kepala penis.

Perawatan pascatindakan diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi, analgesik atau penahan rasa sakit dan antiinflamasi. Jika perlu diberikan vitamin.Tidak ada pandangan makan, dianjurkan mengonsumsi makanan tinggi protein. Pada sunat konvensional pasien dianjurkan kontrol 3 hari pada tindakan untuk membuka perban. Pada pasien yang gemuk dan banyak lemak di daerah putusnya, kemungkinan akan dilakukan perawatan terbuka tanpa perban. Selama 3 hari penis dijaga agak tidak basah dan terkena urine, kurangi aktivitas berlebih. ***

Laporan HENNY ELYATI, Pekanbaru

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook