JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Saat puasa Ramadan, tubuh akan kekurangan cairan. Musababnya, tak ada asupan cairan selama belasan jam lamanya.
Untuk mengatasi hal ini, dokter spesialis gizi klinik dr Eva Kurniawati M Gizi SpGK memberikan kiat agar kebutuhan cairan orang-orang yang berpuasa selama Ramadan dapat terpenuhi, yakni membagi waktu minum ke dalam delapan waktu berbeda.
Eva mengatakan, kedelapan waktu ini yakni masing-masing satu gelas setelah bangun sahur, selepas sahur, saat berbuka, setelah Salat Maghrib, setelah makan malam, setelah Salat Isya, setelah Salat Tarawih dan sebelum tidur.
"Untuk menambah cairan coba memasak sayuran berkuah saat sahur dan buka, dan kuahnya dikonsumsi sekalian, dengan menghabiskan kuahnya kita menambah asupan cairan bagi tubuh juga," kata perempuan yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia, dikutip dari Antara, Kamis (23/2).
Seseorang disarankan mendapatkan cukup air setiap hari penting untuk mencegah dehidrasi, yakni suatu kondisi yang dapat menyebabkan pikiran tidak jernih, mengakibatkan perubahan suasana hati, menyebabkan tubuh kepanasan, serta menyebabkan sembelit dan batu ginjal.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) air tidak memiliki kalori, sehingga dapat membantu mengatur berat badan dan mengurangi asupan kalori jika menjadikannya pengganti minuman berkalori, seperti teh manis atau soda.
Kementerian Kesehatan menyarankan orang dewasa meminum air putih sekitar delapan gelas berukuran 230 ml per hari atau total dua liter. Selain dari minuman, makanan juga dapat memberikan asupan cairan pada tubuh yaitu sekitar 20 persen.
Cairan dari makanan terutama diperoleh dari buah dan sayur, misalnya bayam dan semangka yang mengandung 90 persen air.
Terkait upaya mencegah dehidrasi selama berpuasa, Eva juga menyarankan orang-orang menghindari minuman berkafein selama berbuka puasa dan sahur karena memiliki efek diuretik yang bisa meningkatkan risiko dehidrasi.
Lebih lanjut mengenai kafein, pakar nutrisi Dr Rowaidah Idris kepada Arab News pernah menyarankan orang-orang mencoba mengurangi asupan kafein sebulan sebelum Ramadan. Tetapi, kalau tak bisa melakukannya maka meminum air yang cukup selama sahur dan berbuka puasa, tidur cukup dan mengurangi asupan gula serta menghindari makanan tinggi lemak dapat membantu mengatasi gejala ketergantungan.
Pakar gizi Anjali Chawla mengatakan berolahraga dapat membantu seseorang mengurangi kafein, karena kegiatan ini membuatnya berkeringat, melepaskan adrenalin seperti halnya kopi dan akan membuat dia merasa waspada. Baik Idris maupun Chawla sepakat minum kopi selama atau setelah berbuka puasa serta sahur akan membuat seseorang mengalami insomnia dan dehidrasi yang akan menjadi tantangan selama puasa.
Keduanya juga menyarankan masyarakat mengurangi asupan kafein tidak hanya selama Ramadan tetapi dalam beberapa bulan setelahnya. Asupan kafein yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai efek samping baik mental maupun fisik.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi