JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Saat berpuasa Ramadan kuncinya adalah pengendalian diri. Ketika kita membatasi makan dan minum dengan menjaga kadar gula darah, tekanan darah, dan kolesterol tetap terkendali, maka kita akan terhindari dari ancaman penyakit tak menular seperti stroke dan diabetes.
Konsultan Ahli Saraf dari Pakistan Prof Muhammad Wasey, saat berbicara di Konferensi Diabetes dan Ramadaan Internasional ke-8 2022, yang berlangsung di sebuah hotel di Karachi mengatakan seseorang lebih sedikit mengalami stroke di bulan Ramadan karena penurunan penggunaan tembakau, tekanan darah yang lebih baik dan kontrol diabetes serta kolesterol rendah. Itulah salah satu manfaat puasa untuk otak.
Selain meningkatkan kesehatan mental, penelitian telah menunjukkan bahwa puasa menunda timbulnya penyakit Alzheimer dan Parkinson sementara itu meningkatkan tremor pada penyakit Parkinson serta pada gangguan tremor esensial. Puasa juga dapat membantu pasien yang menderita epilepsi dan sering migrain,” kata Prof Muhammad Wasey, seperti dilansir dari media Pakistan, The News, Senin (18/4/2022).
Prof Wasey menyatakan bahwa puasa juga membantu orang meningkatkan dan mendapatkan kembali indra perasa yang sebelumnya mengeluhkan indra perasa mereka memburuk setelah infeksi Covid-19. Puasa bermanfaat bagi kesehatan mental karena mengurangi kecemasan dan serangan panik, menstabilkan suasana hati pada pasien gangguan bipolar, meningkatkan kemampuan untuk mengelola stres.
Ahli lainnya Prof Tahir Hussain mengatakan bidang ilmu kedokteran telah membuktikan puasa aman untuk penderita diabetes, gangguan mental dan neurologis, penyakit kardiovaskular dan ginjal stabil serta ibu hamil. Meski begitu, pasien tersebut harus berkonsultasi dengan dokter mereka sebelum awal bulan suci.
Ahli endokrin Prof Zaman Shaikh mengatakan pasien berpenyakit kardiovaskular seperti stroke dan jantung yang sudah dipasang ring dapat berpuasa setelah berkonsultasi dengan ahli jantung. Namun ia menambahkan bahwa ada beberapa pasien dalam kondisi tidak stabil tidak disarankan untuk berpuasa.
Pakar kesehatan senior lainnya dr Saif-ul-Haq dari BIDE mengatakan ada sekitar 1,9 miliar Muslim di seluruh dunia, 150 juta di antaranya adalah penderita diabetes, tetapi lebih dari 86 persen penderita diabetes Muslim memilih untuk berpuasa setidaknya selama 15 hari. Dari 150 juta penderita diabetes Muslim ini, sekitar 61 persen berpuasa sepanjang bulan Ramadan.
“Penelitian telah menunjukkan bahwa puasa memiliki efek positif pada orang dengan diabetes tipe 2, selain itu juga meningkatkan kesejahteraan fisik dan sosial orang,” tutup dr. Saif.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman