Ini Alasan Pekerja Lebih Rentan Terkena TBC

Kesehatan | Sabtu, 18 Maret 2023 - 16:05 WIB

Ini Alasan Pekerja Lebih Rentan Terkena TBC
Ilustrasi TBC (BOLDSKY)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Perwakilan dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Dwi Sutanto membeberkan alasan para pekerja lebih berisiko terkena TBC. Hal itu, lantaran bagian tubuh manusia yang paling sering terkena TBC adalah paru-paru.

"Pekerja berisiko karena faktor risiko bekerja bisa karena usia masa kerja dan pajanan bahan di tempat kerja. Beberapa pajanan bahan di tempat kerja itu menyebabkan kondisi dan daya tahan tubuh di paru-paru menurun," ujar Dwi Sutanto, Sabtu (18/3).


Dia mencontohkan seperti silika dan bahan-bahan toxic lain yang terhirup di tempat kerja. Itu dapat merusak sistem pertahanan paru.

"Akibatnya kalau kena infeksi TBC paru-paru lebih rentan terinfeksi," terang Dwi.

Beberapa kondisi yang meningkatkan risiko infeksi TBC juga, lanjut dia, adalah penyakit yang memperburuk imunitas tubuh, seperti HIV/AIDS, diabetes, gangguan gizi, gagal ginjal, alkohol, perokok. Selain itu, dengan ventilasi di tempat kerja kurang baik, pencegahan infeksi di tempat kerja yang tidak berjalan, dan APD yang tidak digunakan optimal, hingga kebiasaan merokok, akan membuat pekerja berisiko tinggi terinfeksi TBC.

Dwi menyebut, gejala seseorang terinfeksi TBC biasanya batuk-batuk berdahak, batuk berdarah, sesak napas, lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, berkeringat malam hari, dan demam meriang.

"Tujuan pengobatan TBC adalah untuk menyembuhkan. Jadi kalau sudah ada yang terkena TBC wajib diobati supaya tidak menular kepada orang lain, produktivitas dan kualitas hidupnya menjadi lebih bagus, terutama bagi pekerja," ucap Dwi.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyampaikan bahwa jumlah kasus TBC sensitif obat berdasar jenis pekerjaan pada 2022 paling banyak dialami buruh. Yakni 54.800 orang. Selain itu, di kalangan petani 51.900 orang dan wiraswasta 44.200 orang.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Imran Pambudi mengatakan, jumlah tersebut mesti jadi perhatian. Edukasi berpengaruh terhadap keberhasilan TBC karena tergolong lama. "Kalau TB SO itu 6 bulan minimal, kalau TB RO itu minimal 1 tahun," terang Imran pada konferensi pers hari TBC Sedunia 2023, Jumat (17/3) secara virtual.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook