PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Sebanyak 3.375 warga di Provinsi Riau terjangkit demam berdarah dengue (DBD) selama 2019. Sebanyak 27 orang di antaranya meninggal akibat gigitan nyamuk aides aegepty itu. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau Mimi Yuliani Nazir mengatakan, daerah dengan penderita terbanyak sekaligus korban meninggal terbanyak adalah Kabupaten Bengkalis. Yakni 947 korban. Sembilan di antaranya meninggal.
"Di Bengkalis, penderita DBD dari bulan ke bulan terus mengalami peningkatan. Puncaknya terjadi pada November dengan jumlah penderita 168 orang," katanya.
Lebih lanjut dikatakannya, daerah dengan penderita DBD terbanyak kedua ada di Kota Pekanbaru. Dengan jumlah penderita 396 orang, empat di antaranya meninggal. Kemudian Rokan Hulu 230 orang, lima meninggal. Kota Dumai juga menjadi daerah dengan jumlah penderita 375 orang, tiga meninggal dunia.
Untuk daerah lain, ujar Mimi, Indragiri Hulu dengan jumlah korban 282 orang, satu meninggal. Kabupaten Kampar, penderita DBD selama setahun mencapai 187 dengan satu orang meninggal. Kemudian Pelalawan 52 korban.
"Untuk Kuansing jumlah korban mencapai 234. Alhamdulillah semua tertolong sehingga tidak ada yang meninggal dunia. Untuk Indragiri Hilir, jumlah korbannya 97 orang dan satu meninggal dunia," ujarnya.
Sedangkan di Kabupaten Siak, jumlah korban akibat DBD 137 dan tidak ada yang meninggal dunia. Kabupaten Rokan Hilir, yang terkena DBD 244 dan dua di antaranya meninggal dunia. Sedangkan Kepulauan Meranti, korban yang terkena DBD 194 orang dan satu di antaranya meninggal.
Untuk mencegah penyebaran penyakit DBD, Mimi menjelaskan, bisa dilakukan dengan cara pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Mulai dari lingkungan rumah masing-masing. Kegiatan PSN harus difokuskan pada tempat-tempat yang disukai nyamuk aedes aegypti tersebut.
"Kegiatan PSN harus difokuskan pada genangan air yang tidak bersentuhan dengan tanah secara langsung. Seperti bak kamar mandi, tempat penampungan air, air pembuangan kulkas tempat minum burung, pot bunga, dispenser air minum (wadah limpahan airnya), atau barang bekas di sekitar rumah," katanya.
Lebih lanjut dikatakannya, pada tempat-tempat tersebut, hendaknya dapat dipastikan tidak terdapat jentik nyamuk. Karena satu jentik nyamuk betina, dalam 12-14 hari akan berubah jadi nyamuk dewasa. Dan satu nyamuk betina dewasa sekali bertelur bisa mencapai 100-150 butir telur.
"Dalam masa hidup nyamuk betina dewasa berkisar satu bulan, bisa bertelur hingga lebih kurang empat kali. Jadi bisa dibayangkan satu nyamuk betina bisa bertelur hingga 600 telur sebulan. Jadi jika melihat ada jentik berarti kita terancam demam berdarah," ujarnya.
Dijelaskan Mimi, bahwa jam "kerja" nyamuk aides aegepty pada pagi hari mulai pukul 09.00-10.00 WIB. Dan sore hari pada pukul 15.00-16.00 WIB. Untuk itu, ia mengimbau pakai selalu anti nyamuk terutama bagi anak-anak pada saat pagi atau sebelum berangkat sekolah dan sore saat bermain.
"Sekali lagi kami ingatkan, jangan salah sasaran dalam melakukan PSN. PSN bukan dilakukan dengan cara memotong pohon, bersih-bersih rumput, menata bunga dan lainnya. Karena jentik tidak bersarang di rerumputan," jelasnya.(sol)