GIZI

Ternyata Tinggi Badan Anak Tak Selalu Ditentukan Genetik Orangtua

Kesehatan | Minggu, 17 Oktober 2021 - 18:02 WIB

Ternyata Tinggi Badan Anak Tak Selalu Ditentukan Genetik Orangtua
ILUSTRASI (INTERNET)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Masa pertumbuhan anak terjadi secara sangat cepat jika didukung dengan asupan nutrisi yang tepat. Sebagian masyarakat menganggap tinggi badan anaknya tergantung pada tinggi badan orang tuanya. Padahal tak selalu seperti itu.

Dalam webinar bersama Abbott dengan PediaSure, masyarakat diedukasi bagaimana mendukung pertumbuhan anak-anak Indonesia. Dalam webinar juga dijelaskan kandungan nutrisi seperti Arginin dan Vitamin K2 penting untuk tumbuh kembang anak.


“Nutrisi adalah pondasi penting bagi kualitas hidup yang baik di masa depan. Bagaimana mengoptimalkan pertumbuhan anak dengan menyediakan nutrisi yang berbasis ilmiah,” ujar Presiden Direktur PT Abbott Products Indonesia, Angelico Escobar secara daring.

Medical Director for Abbott Nutrition Business in Pacific Asia, dr. Jose Dimaano Jr menjelaskan, Arginin dan vitamin K2 adalah dua nutrisi yang terbukti secara klinis untuk lebih jauh mendukung pertumbuhan tulang yang lebih panjang dan kuat. Arginin adalah asam amino penting yang memainkan peran dalam pertumbuhan tinggi badan. Arginin memicu multiplikasi sel pada lempeng pertumbuhan tulang untuk membantu tulang tumbuh lebih panjang.

Riset menemukan bahwa anak-anak dengan stunting memiliki level Arginin yang lebih rendah dalam darahnya jika dibandingkan dengan anak-anak biasa, dan asupan Arginin yang rendah diasosiasikan dengan pertumbuhan tinggi badan yang lebih lambat. Sedangkan vitamin K2 adalah nutrisi penting yang membantu menyalurkan dan mengikat kalsium ke tulang dan pada akhirnya memicu pertumbuhan tulang yang kuat.

Dokter Anak Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolis RSUP Fatmawati, Dr. dr. Lanny C. Gultom, Sp.A(K) mengatakan bahwa kekurangan nutrisi dapat terjadi di semua anak, bagaimanapun kondisi sosioekonomi dan geografi mereka. Oleh sebab itu, penting bagi orang tua untuk sadar akan status pertumbuhan dan nutrisi anak mereka.

Situasi pandemi saat ini juga telah membuat pemenuhan kebutuhan nutrisi dan pengukuran tinggi dan berat badan secara berkala di fasilitas kesehatan lebih terbatas bagi para orang tua. Oleh sebab itu, butuh dukungan secara konsisten dalam hal pemenuhan nutrisi anak.

“Tidak seperti anggapan pada umumnya, pengaruh genetika terhadap tinggi badan mulai dari bayi hingga usia balita sangat kecil. Nutrisi dan faktor lingkungan seperti kebersihan dan olahraga berperan jauh lebih besar,” katanya.

Menurutnya undernutrition atau kekurangan nutrisi adalah masalah umum secara global yang dapat memberi dampak kesehatan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Termasuk di Indonesia di mana lebih dari 1 dari setiap 4 anak mengalami stunting akibat kekurangan nutrisi. Kekurangan nutrisi meliputi berbagai permasalahan dalam pertumbuhan anak seperti berat badan kurang atau underweight; tengkes atau stunting, wasting atau berat badan rendah jika dibandingkan dengan tinggi badan, serta defisiensi mikronutrisi. Jika tidak segera ditangani pada usia dini, kondisi ini dapat membawa konsekuensi yang tidak dapat diperbaiki.

“Oleh sebab itu, intervensi pada rentang usia dini harus segera dilakukan untuk mencegah pertumbuhan yang terhambat, daya tahan tubuh yang rendah, dan perkembangan kognitif yang tidak optimal di masa depan,” kata dr. Lanny.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook