JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Saat ini lebih dari 90 persen kebutuhan bahan baku untuk farmasi masih dipasok oleh impor. Khususnya dari Cina yang memiliki porsi 60 persen atas pasokan bahan baku tersebut.
Direktur Jenderal Industri Kimia Farmasi dan Tekstil Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Muhammad Khayam pun mengatakan, bahwa Indonesia sebenarnya dapat mengurangi ketergantungan akan impor, akan tetapi membutuhkan waktu kurang lebih 10 tahun.
“Jadi kita bisa sebenarnya dalam waktu kurang 10 tahun ketergantungan kita bisa kita kurangi 50 persen, ya bahkan lebih,” kata dia beberapa waktu yang lalu di kawasan Bekasi.
Alasan Indonesia bisa terlepas dari kebutuhan impor, yakni karena sumber daya alamnya yang melimpah. Apalagi untuk bahan baku kategori obat herbal.
“Sebenarnya banyak produk-produk yang dihasilkan berbasis herbal, yang sumber daya alam kita (banyak) dan kategorinya sudah obat,” tutur dia.
Untuk memanfaatkan kekayaan itu, Khayam mengatakan bahwa pihaknya akan segera berkoordinasi dengan BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan).
“Ini artinya badan-badan yan g memberi izin harus mampu melihat bahwa ini adalah obat. Ini akan dibahas dengan BPOM dan (lembaga) yang lainnya yang memberikan izin (konsumsi),” kata dia.
Jika hal tersebut dapat memenuhi kriteria, baik uji pra klinis dan klinis itu sendiri. Indonesia dapat terbebas dari belenggu impor bahan baku farmasi.
“Ke depan ketergantungan kita bahan baku yang 90 persen ini cepat bisa diatasi, karena sebenarnya kita terlalu bergantung chemical base, tapi yang bio technology base sama herbal base justru kita sebenarnya kaya,” tutupnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman