JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Gangguan penglihatan akibat kelainan kornea bisa memicu kebutaan. Kebutuhan donor kornea pun masih tinggi hingga kini.
Data Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami), hingga 2020, sekitar 35 juta orang di Indonesia mengalami gangguan penglihatan. Dari jumlah tersebut, 3,7 juta orang menderita kebutaan, termasuk akibat kelainan kornea.
Dalam peringatan World Sight Day 2021 yang tahun ini mengangkat tema #LoveYourEyes, disebutkan data Organisasi Kesehatan Dunia WHO menyebut kelainan kornea sebagai penyebab kebutaan terbesar keempat di dunia setelah katarak, glaukoma, dan degenerasi makula.
Di Indonesia sendiri, diperkirakan 1 per 1.000 orang penduduk Indonesia menderita kebutaan akibat kelainan kornea. Kebutaan disebabkan karena hilangnya transparansi yang merupakan sifat dasar dari kornea.
"Jumlah penderita kebutaan kornea di Indonesia tidak sebanding dengan jaringan kornea yang tersedia. Sangat disayangkan kita masih harus bergantung kepada negara lain untuk penyediaan kornea yang dibutuhkan untuk cangkok. Walaupun target 100 jaringan kornea lokal telah tercapai pada 2019 lalu, tetapi jumlah tersebut belum bisa menyelesaikan angka kebutaan kornea yang tinggi di Indonesia," jelas Dokter Spesialis Mata dr Sharita Siregar SpM(K) dari Medis Lions Eye Bank Jakarta secara daring, Kamis (14/10).
Sementara, penyebab kebutaan lainnya degenerasi makula, juga perlu diwaspadai. Disebut juga dengan Age-related Macular Degenerations (AMD), degenerasi makula merupakan salah satu penyakit mata yang menyerang bagian retina, khususnya pada area makula.
Secara global, diperkirakan AMD menyerang sekitar 8,7 persen populasi penduduk dunia yang berusia lebih dari 50 tahun.
Ketua Retina Service dan Dokter Spesialis Mata Subspesialis Vitreoretina JEC Eye Hospitals & Clinics dr Elvioza SpM(K), mengatakan makula, area berukuran lima milimeter di tengah retina, merupakan lapisan saraf pada dinding bola mata yang berfungsi menerima cahaya. Makula berperan penting sebagai penglihatan sentral dan mengidentifikasi warna.
"Adanya gangguan pada struktur makula berdampak sangat besar pada kualitas penglihatan," kata Elvioza.
Penderita AMD lazim mengalami penglihatan buram atau gelap yang mulai muncul dari tengah lapang pandang. Kondisi ini tentu mempengaruhinya dalam membaca, menyetir kendaraan, menulis, bahkan mengenali wajah orang.
Selain penglihatan gelap di bagian tengah lapang pandang (disebut skatoma sentral), gejala umum AMD lainnya adalah metamorfosia yaitu pandangan terhadap garis lurus yang tampak bengkok/miring (juga di bagian tengah lapang pandang), serta penurunan ketajaman penglihatan.
Penyebab munculnya AMD masih belum diketahui pasti. Namun, ada beberapa faktor risiko yang memperbesar peluang seseorang menderitanya.
AMD umumnya terjadi pada orang lanjut usia. Sebab, proses degenerasi (penuaan) secara perlahan mempengaruhi struktur makula hingga akhirnya memicu kerusakan yang meluas. Kondisi lain yang dapat memicu munculnya penyakit ini antara lain kebiasaan merokok, obesitas, hipertensi, adanya riwayat AMD pada keluarga, dan pola hidup yang kurang sehat.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi