JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Kasus HIV dan Sifilis terhadap perempuan di Indonesia mengalami peningkatan. Salah satu sebabnya karena para pengidap enggan memeriksakan diri sehingga membuat semakin menular ke lain orang.
Oleh karena itu, sudah semestinya para perempuan yang aktif secara seksual untuk secara mandiri melakukan pemeriksaan rutin untuk tes HIV dan Sifilis. Hal itu agar penyakit tersebut dapat diobati dan dihentikan penularannya.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Kramat 128 Zubairi Djoerban mengatakan bahwa dua penyakit menular itu dapat disembuhkan asalkan mendapatkan penanganan dengan obat-obatan. Untuk penyakit Sifilis, ia mengatakan bahwa pasien bisa diberikan obat suntikan Benzathine Benzylpenicillin G.
"Dokter akan menentukan apakah cukup satu kali atau tiga kali berturut-turut dengan interval satu minggu," ujarnya kepada JawaPos.com.
Selain obat itu, ada juga obat antibiotik yang dapat diberikan. Kemudian ada juga obat Doxycycline yang menurutnya harganya terjangkau.
"Dokter juga akan tentukan cukup dua minggu atau harus satu bulan. Kemungkinan keberhasilannya tinggi banget," ucap Zubairi.
Untuk pengobatan HIV sendiri, Pengurus PB IDI itu mengatakan bahwa pengobatannya dalam 3-6 bulan jumlah virusnya akan membuat pasien tidak merasa sakit lagi dan tak akan menularkan.
"Namun obatnya harus terus lanjut. Tidak bisa dihentikan," tegasnya.
Zubairi mengatakan bahwa sejauh ini sudah banyak pasiennya yang mengidap HIV di umur 20 tahunan sudah bisa beraktivitas normal dan produktif.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan melaporkan kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Indonesia meningkat tahun ini. Kebanyakan penderita HIV itu sendiri adalah ibu rumah tangga.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr. Muhammad Syahril menyebut bahwa kasus ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV bertambah hingga 5.100 orang tiap tahunnya alias bertambah hingga 35 persen.
Angka itu menurutnya lebih tinggi dibandingkan kasus HIV pada kelompok lainnya seperti suami pekerja seks dan kelompok MSM (man sex with man).
“Aktivitas ini telah menyumbang sekitar 30 persen penularan dari suami ke istri," ujar Syahril.
Sedangkan kasus sifilis atau raja singa di Indonesia dilaporkan meningkat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2016-2022). Penambahan kasus itu cukup siginifikan dari semula 12 ribu kasus menjadi hampir 21 ribu kasus. Rata-rata penambahan kasus setiap tahunnya mencapai 17.000 hingga 20.000 kasus.
Juru Bicara Kemenkes dr. Muhammad Syahril mengatakan bahwa penyebab kasus sifilis terus meningkat lantaran para pasien masih enggan dan malu mengobati penyakit menular seksual tersebut.
Tahun ini saja, ia mengatakan bahwa pasien ibu hamil dengan sifilis yang diobati hanya berkisar 40% pasien. Sisanya, sekitar 60% tidak mendapatkan pengobatan dan berpotensi menularkan dan menimbulkan cacat pada anak yang dilahirkan.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman