KESEHATAN

Sering Begadang Bisa Memicu Stroke, seperti Kisah Perempuan Muda Ini

Kesehatan | Rabu, 08 Juni 2022 - 18:00 WIB

Sering Begadang Bisa Memicu Stroke, seperti Kisah Perempuan Muda Ini
Ilustrasi stroke. Stroke adalah ketika aliran darah ke otak terputus, menyebabkan sel-sel otak mati karena kekurangan oksigen. (CARRUS HEALTH)

LONDON (RIAUPOS.CO) – Kisah viral diceritakan oleh seorang perempuan muda berusia 21 tahun. Dalam akun media sosialnya, perempuan itu mengaku terkena stroke dan berujung koma. Dia mengaku sering begadang pada malam hari.

Pemilik akun @Olsza Lauuu menceritakan awal mula bagaimana dirinya terserang stroke, bahkan hingga koma. Menurutnya karena begadang membuat sumbatan di otaknya.


Guys ini foto aku pas lagi ulang tahun dan di RS, posisinya abis koma, kenapa koma? Karena di pembuluh darah otakku itu ada perdarahan, jadi ada stroke,” katanya dalam ceritanya.

JawaPos.com merangkum dari berbagai sumber yang menyebutkan bahwa kurang tidur atau tidur larut malam dapat menyebabkan risiko stroke dan serangan jantung yang lebih tinggi. Laporan Science Daily menyebutkan salah satu hasil penelitian tahun 2011 oleh Universitas Warwick mengungkapkan kurang tidur yang berkepanjangan dan pola tidur yang terganggu dapat dikaitkan dengan stroke, serangan jantung, dan gangguan kardiovaskular yang sering mengakibatkan kematian dini.

Penelitian terbaru dari Warwick Medical School yang diterbitkan dalam European Heart Journal menunjukkan bahwa kurang tidur yang berkepanjangan dan pola tidur yang terganggu dapat memiliki implikasi kesehatan jangka panjang yang serius. Akademisi terkemuka dari universitas telah menghubungkan kurang tidur dengan stroke, serangan jantung dan gangguan kardiovaskular yang sering mengakibatkan kematian dini atau 15 persen lebih besar kemungkinan atau meninggal karena stroke.

 “Tren tidur larut malam dan dini hari sebenarnya adalah bom waktu untuk kesehatan kita, sehingga Anda perlu bertindak sekarang untuk mengurangi risiko kondisi yang mengancam jiwa ini,” kata Profesor Cappuccio dan rekan penulis dr Michelle Miller, dari University of Warwick.

Mereka melakukan program penelitian yang menindaklanjuti bukti dari responden umur 7 hingga 25 tahun dari lebih dari 470 ribu peserta dari delapan negara termasuk Jepang, AS, Swedia, dan Inggris. Peneliti mengingatkan bahwa hidup harus seimbang.

“Perlu keseimbangan pekerjaan/kehidupan. Terlalu banyak dari kita menukar waktu tidur yang berharga untuk memastikan kita menyelesaikan semua pekerjaan. Tetapi dengan melakukan itu, secara signifikan meningkatkan risiko menderita stroke atau mengembangkan penyakit kardiovaskular yang mengakibatkan, misalnya, serangan jantung,” tambahnya.

 “Tidur pendek kronis menghasilkan hormon dan bahan kimia dalam tubuh yang meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke, dan kondisi lain seperti tekanan darah tinggi dan kolesterol, diabetes, dan obesitas,” kata ahli.

Tidur dan Stroke

Laporan Sleep Foundation menyebutkan stroke adalah ketika aliran darah ke otak terputus, menyebabkan sel-sel otak mati karena kekurangan oksigen. Stroke iskemik terjadi ketika gumpalan darah atau plak menyumbat arteri.

Sebuah serangan iskemik transien (TIA) juga disebut sebagai mini-stroke, hanya melibatkan penyumbatan jangka pendek. Dalam studi penelitian, kurang tidur telah berkorelasi dengan kemungkinan lebih besar terkena stroke.

Kurang tidur meningkatkan tekanan darah, dan tekanan darah tinggi dianggap sebagai faktor risiko utama stroke. Selain itu, dengan berkontribusi pada penumpukan plak di arteri. Kurang tidur dapat mempermudah terjadinya penyumbatan dan menyebabkan stroke ringan atau stroke.

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwar Yaman

 

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook